"CHOI SO RA?!" ucap Dosen Park kaget.
"Ya, anak perempuan itu adalah So Ra," ucap Dong Wook. "Perempuan yang akan menjadi istrimu," lanjutnya.
"Tidak mungkin," ucap Dosen Park.
"Aku mengetahuinya sendiri dari Ayahku," ucap Dong Wook. "Ayahkulah yang mengoperasi So Ra 11 tahun yang lalu," lanjutnya.
"Jadi, ginjal milik Ji Woon," ucap Dosen Park. "Sekarang, menjadi milik So Ra?" tanyanya dengan nada syok.
"Ya," jawab Dong Wook. "Mungkin saja, ginjal itu yang membawa So Ra padamu," lanjutnya.
Dengan seketika air mata menetes pada pipi Dosen Park. Dia benar-benar tidak menyangka, bagian tubuh dari adiknya berada pada So Ra.
##########
Beberapa haripun berlalu, Dosen Park masih benar-benar syok karena telah mengetahui bahwa ginjal Ji Won berada di tubuh So Ra.
Kini, sikap Dosen Park pada So Ra pun mulai berbeda. Dosen Park merasa benar-benar canggung saat berada di dekat So Ra.
So Ra pun mulai melihat perbedaan sikap Dosen Park. "Chagiya," ucap So Ra.
"Ya?" tanya Dosen Park.
"Aku ingin bertanya," jawab So Ra. "Kau kenapa?" tanyanya.
"Maksudmu?" Dosen Park balik bertanya.
"Sikapmu padaku akhir-akhir ini berbeda," jawab So Ra. "Kau terlihat canggung saat bersamaku. Kau tidak seperti biasanya. Kau kenapa?" tanyanya.
"A—aku tidak apa-apa," jawab Dosen Park.
"Bohong," ucap So Ra.
"Aku tidak bohong sayang," ucap Dosen Park seraya tersenyum, lalu memegang tangan So Ra.
"Hmm.. baiklah," ucap So Ra seraya tersenyum. "Sayang, ada hal yang ingin aku katakan sebelum kita menikah," lanjutnya.
"Apa?" tanya Dosen Park.
"S—sebenarnya... aku mempunyai riwayat penyakit ginjal," jawab So Ra. "Seluruh keluargaku menyembunyikan hal itu dari publik," lanjutnya.
Raut wajah Dosen Park terlihat biasa saja, karena dia sudah terlebih dahulu mengetahuinya.
"Tapi kau tidak perlu khawatir, ginjalku sekarang sudah baik-baik saja," ucap So Ra. "Karena, 11 tahun yang lalu, ada seseorang yang rela mendonorkan gijalnya untukku," lanjutnya.
Mata Dosen Park mulai berkaca-kaca. "Terkadang, aku merasa sangat bersalah pada si pendonor," ucap So Ra. "Karena, aku sudah merenggut organ yang penting dalam tubuhnya," lanjutnya seraya menangis.
"Hidupnya pasti tidak sempurna lagi," ucap So Ra. "Aku benar-benar jahat'kan? Telah merenggut ke bahagiaan seseorang?" tanyanya.
Dosen Park berusaha menahan air matanya. "Tidak," jawab Dosen Park. "Kau salah jika kau mengira, kau merenggut ke bahagiaan si pendonor," lanjutnya.
"Huh?" tanya So Ra.
"Bukan salahmu, si pendonor kehilangan ginjalnya," ucap Dosen Park. "Si pendonor hanya ingin membantu dan membagikan ke bahagiaan padamu," lanjutnya.
"Jadi, jangan terus menerus menyalahkan dirimu sendiri," ucap Dosen Park dengan mata berkaca-kaca. "Karena, keluarga pendonor pasti sedih, jika mendengar hal itu," lanjutnya seraya tersenyum.
##########
Keesokan harinya, So Ra pergi ke kampus. Bulan ini adalah bulan terakhirnya menjadi seorang mahasiswi. Saat sampai di kelas, Mo Ne dan Hye Jin menghampiri So Ra.
"Kau sudah dengar kabar pagi ini?" tanya Mo Ne.
"Tidak," jawab So Ra. "Kabar apa?" tanyanya.
"Dosen Park, tidak bisa hadir hari ini," jawab Mo Ne.
"Huh? Kenapa?" tanya So Ra sedikit terkejut.
"Dari kabar yang aku dengar," jawab Hye Jin. "Hari ini adalah peringatan hari kematian adik Dosen Park," lanjutnya.
"Apa benar Dosen Park mempunyai seorang adik?" tanya Mo Ne.
"Ya, itu memang benar," jawab So Ra. "Tapi, kenapa semalam dia tidak memberitahuku tentang hal ini? Tanggal berapa sekarang?" tanyanya.
"13 Agustus," jawab Mo Ne.
Seketika, So Ra terdiam. "Kenapa? Ada yang salah?" tanya Hye Jin.
So Ra pergi meninggalkan kelas. Dia bergegas menuju ke parkiran. "Agasshi, apa yang terjadi?" tanya sang supir.
"Kita pergi ke rumah Dosen Park sekarang," ucap So Ra seraya masuk kedalam mobil.
Sang supir pun bergegas melajukan mobilnya.
Akhirnya, So Ra sampai di rumah Dosen Park. So Ra membunyikan bel. Tidak lama kemudian, Eun Bi membukakan pintu.
"So Ra, apa yang kau lakukan disini?" tanya Eun Bi.
"Apakah Dosen Park ada dirumah?" So Ra balik bertanya.
"Dia sedang tidak dirumah," jawab Eun Bi. "Ayo, masuklah dulu," lanjutnya.
So Ra pun masuk kedalam rumah. Saat masuk, dia melihat foto keluarga berukuran besar terpampang di dinding ruang tamu. Padahal, sebelumnya foto itu tidak ada. Foto itu terlihat lengkap, ada orang tua Dosen Park, Eun Bi, Dosen Park, dan seorang lelaki berumur sekitar 17 tahun. Foto itu terlihat seperti foto lama, karena Dosen Park masih sangat muda.
So Ra terus memandangi foto itu. "Ini tehnya, silahkan diminum," ucap Eun Bi.
"Eonni, bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanya So Ra.
"Tentu saja," jawab Eun Bi.
"Siapa lelaki itu?" tanya So Ra seraya menunjuk lelaki 17 tahun dalam foto.
"Lelaki itu adalah adikku," jawab Eun Bi. "Dia adalah anak bungsu dari keluarga ini," lanjutnya dengan mata berkaca-kaca.
Suasana menjadi hening. "Namanya Park Ji Woon," ucap Eun Bi. "T—tapi, dia sudah meninggal dunia," lanjutnya.
"Meninggal?" tanya So Ra.
"Ya," jawab Eun Bi. "Dia meninggal dalam kecelakaan, 11 tahun yang lalu," lanjutnya.
"Saat itu, dia sedang dalam perjalanan pulang dari rumah temannya," ucap Eun Bi. "Tapi, saat tiba disalah satu perempatan jalan di Seoul, mobilnya ditabrak oleh truck yang remnya blong," lanjutnya seraya menangis.
"Dia dibawa ke DongKook Hospital," ucap Eun Bi. "Tapi, nyawanya tidak tertolong," lanjutnya.
"Dia meninggal saat berumur 17 tahun," ucap Eun Bi. "Dia juga meninggal seminggu sebelum kelulusan SMA nya di Amerika," lanjutnya.
"Hari ini, adalah hari peringatan kematiannya," ucap Eun Bi. " Dan foto itu, diambil 3 bulan sebelum kematiannya," lanjutnya seraya menangis.
"Dia, meninggal tanggal 13 Agustus 2005?" tanya So Ra dengan mata berkaca-kaca.
"Ya," jawab Eun Bi. "Kenapa? Kau baik-baik saja?" tanyanya.
"Aku permisi," ucap So Ra seraya pergi.
"Agasshi, apakah Anda baik-baik saja?" tanya supir.
"Ayo, kita ke DongKook Hospital," jawab So Ra dengan wajah pucat.
Sang supir membukakan pintu untuk So Ra. Sang supir pun melajukan mobilnya.
"Dia meninggal karena kecelakaan di Seoul. Dia dibawa kerumah sakit DongKook, tapi nyawanya tidak tertolong. Pada hari itu juga, aku melakukan cangkok ginjal. Apa jangan-jangan, pendonor ginjal untukku adalah... Park Ji Woon?!" ucap So Ra dalam hati.
##########
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Him If You Dare
RomanceApa kau percaya takdir? Dulu, pada saat aku hampir mati, aku sama sekali tidak percaya dengan takdir. Tapi, sekarang aku mulai mempercayainya. Aku akan memberitahu pada kalian jalan takdir yang telah aku lewati. Ingatlah satu hal, tidak ada suatu ha...