Ji Woon tersenyum pada So Ra. "Tidak," jawab Ji Woon. "Tapi, pergunakanlah sisa waktumu dengan baik, adikku," lanjutnya yang dengan seketika menghilang.
Kembali pada Dong Wook yang sedang berjuang menyelamatkan So Ra. "Defibrillator," ucap Dong Wook.
Suster bergegas memberikan defibrillator pada Dong Wook. "Isi 50 joule," ucap Dong Wook. "1 2 3, shock," lanjutnya seraya menempelkan defibrillator pada dada So Ra.
Bed side monitor masih menunjukkan garis. "Lagi, 50 joule," ucap Dong Wook. "1 2 3, shock," lanjutnya seraya menempelkan lagi defibrillator pada dada So Ra.
Bed side monitor masih menunjukkan garis. "Kumohon So Ra, kembalilah," ucap Dong Wook. "Sekali lagi, 75 joule. 1 2 3, shock," lanjutnya seraya menempelkan defibrillator pada dada So Ra.
Akhirnya, detak jantung So Ra kembali. Dong Wook merasa sangat lega. Tim medis menstabilkan keadaan So Ra. Dong Wook keluar untuk menemui orangtua So Ra dan Dosen Park.
"Dong Wook, bagaimana keadaan So Ra?" tanya Nyonya Hye Ra.
"Sekarang, kondisi jantung dan paru-parunya," jawab Dong Wook. "Dalam keadaan kritis," lanjutnya.
Dengan seketika wajah Nyonya Hye Ra menjadi pucat dan tubuhnya lemas. Tuan Yeong Soo membantu Nyonya Hye Ra duduk di kursi.
"Kita harus segera melakukan transplantasi jantung mekanik," ucap Dong Wook. "Hanya itu, satu-satunya cara untuk setidaknya membuat So Ra bertahan, hingga dia menemukan pendonor jantung yang cocok," lanjutnya.
"Tapi, transplantasi jantung mekanik ini, memiliki resiko infeksi yang sangat tinggi," ucap Dong Wook. "Hanya sedikit orang, yang cocok menggunakan jantung mekanik," lanjutnya.
"Dong Wook, kumohon," ucap Tuan Yeong Soo. "Buatlah So Ra bertahan," lanjutnya.
"Aku akan berusaha," ucap Dong Wook.
##########
Keesokan harinya, So Ra dipindahkan ke ruang rawat inap karena dia sudah sadar. Tuan Yeong Soo dan Nyonya Hye Ra duduk di samping tempat tidur So Ra.
"Besok, kau akan melakukan operasi jantung mekanik," ucap Tuan Yeong Soo. "Lalu, kita akan mencari pendonor jantung yang cocok untukmu," lanjutnya.
"Ayah," ucap So Ra dengan suara lirih. "Aku tidak ingin melakukan operasi itu," lanjutnya.
"Kenapa kau bicara seperti itu?" tanya Nyonya Hye Ra dengan mata berkaca-kaca.
"Peluang berhasilnya sangat kecil," jawab So Ra. "Dan jika gagal, Dong Wook pasti akan berada dalam masalah," lanjutnya.
"Jangan lakukan itu, Ayah," ucap So Ra. "Sekarang, aku tidak mau serakah lagi. Lebih baik, jantung itu diberikan kepada orang yang bisa bertahan lebih lama dariku," lanjutnya.
"Bagaimana bisa kau mengatakan hal itu pada orangtuamu?" tanya Tuan Yeong Soo. "Di dunia ini, tidak pernah ada orangtua yang akan membiarkan anaknya mati," lanjutnya seraya menangis.
"Orangtua akan memberikan segalanya untuk anaknya, sekalipun itu nyawanya sendiri," ucap Tuan Yeong Soo. "Kaulah satu-satunya yang kami punya," lanjutnya.
"Coba kau pikirkan, bagaimana perasaan orang-orang yang akan kau tinggalkan," ucap Tuan Yeong Soo. "Bagaimana denganku? Bagaimana dengan Ibumu?" tanyanya.
"Kasih sayang orangtua tidak akan ada habisnya," ucap Tuan Yeong Soo.
So Ra menitihkan air mata. "Baiklah, aku akan melakukannya," ucap So Ra. "Tapi, jikalau..." lanjutnya.
"Jikalau, aku tidak selamat," ucap So Ra seraya menangis. "Ibu dan Ayah harus merelakan aku pergi. Ayah dan Ibu tidak boleh sedih. Karena, meskipun aku tidak ada di dunia ini, kasih sayang kalian akan terus mengalir untukku," lanjutnya.
Tuan Yeong Soo dan Nyonya Hye Ra ikut menangis mendengar perkataan So Ra. Tuan Yeong Soo memeluk So Ra.
"Putriku," ucap Tuan Yeong Soo.
##########
Malam harinya, Dosen Park menemani So Ra. Dosen Park berbaring di samping So Ra. Tangan kiri Dosen Park menjadi bantal untuk kepala So Ra. Dosen Park memeluk So Ra.
"Saat aku tidak sadarkan diri," ucap So Ra. "Aku bertemu dengan Kakakku," lanjutnya.
"Benarkah?" tanya Dosen Park.
So Ra mengangguk. "Dia tersenyum padaku," ucap So Ra. "Aku bertanya padanya, 'Apakah sudah waktunya aku pergi?'. Tapi dia menjawab, 'Tidak. Tapi, gunakanlah sisa waktumu dengan baik'," lanjutnya.
"Saat dia mengatakan 'sisa waktu' aku merasa..." ucap So Ra. "Waktuku sudah tidak banyak lagi," lanjutnya.
"Park So Jin," ucap So Ra. "Apakah kau akan melupakanku setelah aku pergi?" tanyanya.
"Sejak aku kecil, aku selalu diajarkan untuk mengingat. Bukan untuk melupakan," jawab Dosen Park. "Aku akan selalu mengingatmu Choi So Ra," lanjutnya seraya mencium kening So Ra.
"Tidak apa-apa jika aku harus mati sekarang," ucap So Ra. "Setidaknya, aku akan bahagia. Karena, mati dipelukan orang yang aku cintai," lanjutnya seraya menatap Dosen Park.
"Sebelum aku pergi, aku ingin..." ucap So Ra. "Kita saling mengucapkan perpisahan," lanjutnya.
"Baiklah," ucap Dosen Park.
"Annyeong, Park So Jin," ucap So Ra seraya tersenyum.
"Kenapa kau mengatakannya sekarang?" tanya Dosen Park.
"Hanya berjaga-jaga saja," jawab So Ra. "Siapa tau, besok pagi aku tidak bisa membuka mataku lagi," lanjutnya.
"Baiklah," ucap Dosen Park. "Annyeong, Choi So Ra," lanjutnya seraya tersenyum.
"Kau mau menemaniku melewati malam ini?" tanya So Ra.
"Tentu saja," jawab Dosen Park seraya tersenyum. "Beristirahatlah," lanjutnya.
So Ra pun memejamkan mata.
#########
Gimana ceritanya guys? So Ra hampir aja tuh meninggal... Kira-kira apa yang akan terjadi selanjutnya?
Tunggu di BAB selanjutnya...
DON'T FORGET VOTE + COMMENT ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Him If You Dare
RomanceApa kau percaya takdir? Dulu, pada saat aku hampir mati, aku sama sekali tidak percaya dengan takdir. Tapi, sekarang aku mulai mempercayainya. Aku akan memberitahu pada kalian jalan takdir yang telah aku lewati. Ingatlah satu hal, tidak ada suatu ha...