"So Ra, memiliki gejala gagal jantung kongestif," ucap Dong Wook.
"D--dong Wook, kau yakin dengan apa yang kau katakan barusan?" tanya Tuan Yeong Soo dengan mata berkaca-kaca.
Dong Wook hanya mengangguk, lalu menundukkan kepala. "Maafkan aku," ucapnya.
Tuan Yeong Soo dan Dong Wook kembali berbincang.
##########
Jam menunjukkan pukul 18.30 KST. So Ra sedang bersiap untuk menemui Dosen Park di taman. Tuan Yeong Soo sampai dirumah, ia bergegas menuju ke kamar So Ra diikuti dengan Nyonya Hye Ra.
"Ayah, bagaimana hasilnya?" tanya So Ra.
"Kemasi barang-barangmu, kita ke rumah sakit sekarang," jawab Tuan Yeong Soo.
"Apa ada masalah?" tanya So Ra.
"Hasil tes biopsi menyatakan," jawab Tuan Yeong Soo. "Kau menunjukkan gejala gagal jantung kongersif," lanjutnya dengan mata berkaca-kaca.
"Apa?!" ucap So Ra dengan nada pelan tapi kaget. "Apa yang akan terjadi padaku, Ayah?" tanyanya.
"Kau pasti akan baik-baik saja," jawab Tuan Yeong Soo seraya menahan air matanya jatuh. "Maka dari itu, kau harus ke rumah sakit sekarang. Kau harus menjalani banyak tes," lanjutnya.
"Aku harus menemui seseorang terlebih dahulu," ucap So Ra seraya berjalan keluar kamar.
Tuan Yeong Soo mengejar So Ra, lalu menahan tangannya. "Tidak," ucap Tuan Yeong Soo. "Kau sedang sakit parah," lanjutnya.
"Kumohon, Ayah," ucap So Ra. "Hanya sebentar saja. Aku sudah tidak bertemu dengannya sejak seminggu yang lalu," lanjutnya seraya menangis.
"Tidak," ucap Tuan Yeong Soo. "Kondisimu sedang lemah, jika kau pingsan di jalan bagaimana?" tanyanya.
"Ayah, aku mohon," ucap So Ra seraya menangis. "Aku merindukannya," lanjutnya.
"Sekali Ayah bilang tidak, ya tidak!" ucap Tuan Yeong Soo dengan nada tinggi yang membuat So Ra sedikit tersentak. Akhirnya, Tuan Yeong Soo tidak bisa lagi menahan tangisnya.
Suasana menjadi hening. So Ra menangis, Nyonya Hye Ra memeluknya.
"Kau tau apa yang Ayah rasakan saat ini?" tanya Tuan Yeong Soo seraya menangis. "Putri kesayangan Ayah, anak semata wayang dikeluarga ini. Didiagnosis menderita penyakit gagal jantung yang bisa membunuhnya kapan saja," lanjutnya.
"Jika kau meninggal," ucap Tuan Yeong Soo seraya menangis. "Lalu, siapa lagi anak Ayah? Tidak ada'kan?" tanyanya.
"Ayah dan Ibu sudah pernah menyaksikanmu saat sedang sekarat 11 tahun yang lalu," ucap Tuan Yeong Soo seraya menangis. "Dan kita tidak ingin hal itu terulang untuk yang kedua kalinya," lanjutnya.
"Maafkan aku, Ayah," ucap So Ra seraya menangis. "Tapi, aku harus menemuinya," lanjutnya seraya pergi.
"So Ra! So Ra!" panggil Tuan Yeong Soo dan Nyonya Hye Ra seraya mengejar.
So Ra memakai sepedahnya bergegas menuju taman. Saat baru separuh perjalanan, tiba-tiba dada kiri So Ra kembali sakit, dia juga kesulitan bernafas. So Ra memberhentikan sepedah untuk mengatur nafasnya.
So Ra menangis. "Kumohon, bertahanlah. Hanya sebentar saja. Kumohon, Tuhan. Aku berjanji tidak akan lebih dari 10 menit." ucap So Ra dalam hati seraya memegang dada kirinya.
Setelah merasa lebih baik, So Ra pun melanjutkan perjalanan. Sementara itu, Dosen Park sudah menunggu So Ra di taman.
Akhirnya, So Ra pun sampai. "So Ra," ucap Dosen Park disertai senyuman hangat seraya menghampiri So Ra. "Aku sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat merindukanmu," lanjutnya seraya memeluk So Ra.
"Aku juga," ucap So Ra dengan nada lesu.
"Kau masih sakit?" tanya Dosen Park.
"Tidak," jawab So Ra seraya tersenyum.
"Tapi, kau kelihatan pucat," ucap Dosen Park.
"Aku baik-baik saja," ucap So Ra.
So Ra dan Dosen Park duduk di bangku taman. Saat Dosen Park bicara, So Ra hanya memandanginya dengan mata berkaca-kaca.
"Kenapa? Ada masalah?" tanya Dosen Park.
So Ra menggeleng. "Aku hanya ingin memandangimu," ucap So Ra. "Supaya aku tidak melupakanmu," lanjutnya dalam hati.
"Baiklah, silahkan pandangi aku sepuasnya," ucap Dosen Park. "Aishh...ternyata, kau benar-benar merindukanku, ya?" tanyanya.
"Tentu saja," jawab So Ra.
"Oh iya, tentang pernikahan kita," ucap Dosen Park. "Apa kita tetap melanjutkannya?" tanyanya.
"A--aku rasa," ucap So Ra terbata-bata. "Kita harus menundanya," lanjutnya.
"Kenapa?" tanya Dosen Park. "Jika alasanmu karena ginjal itu. Aku tidak bisa menerima alasan itu," lanjutnya.
"Sudah aku bilang'kan, ginjal itu adalah hadiah. Dan sekarang sudah menjadi milikmu," ucap Dosen Park. "Kau tidak perlu memikirkan pemilik sebelumnya," lanjutnya.
"Bukan itu alasanku," jawab So Ra. "Aku hanya takut, kau akan sedih jika menikah denganku," lanjutnya dengan mata berkaca-kaca.
"Huh?" tanya Dosen Park tidak mengerti.
"Kau pasti sangat sedih saat kehilangan adikmu," ucap So Ra. "Aku tidak mau, karena aku, kesedihanmu jadi bertambah," lanjutnya seraya menitihkan air mata.
"Terima kasih untuk waktu yang selama ini kau habiskan bersamaku," ucap So Ra. "Aku benar-benar bahagia dan bersyukur pernah memiliki dirimu," lanjutnya seraya pergi meninggalkan Dosen Park.
Dosen Park masih terdiam dibangku taman. Dia mencoba mencerna maksud dari perkataan So Ra.
Sepanjang perjalanan pulang, So Ra tidak henti-hentinya menangis. Saat hendak sampai di rumah,tiba-tiba dada kirinya kembali sakit dan dia mengalami sesak nafas.
So Ra memberhentikan laju sepedahnya. So Ra mencoba menahan rasa sakit itu dan mengatur nafasnya. Dan pada akhirnya...
Brukkk
So Ra tidak sadarkan diri.
##########
Don't forget vote + comment ^_^
Btw itu lagu di mulmed, lagu favorit aku lho*enggak nanya thor* recommend banget lagunya, apalagi buat yang gamon *ups* :v
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Him If You Dare
RomanceApa kau percaya takdir? Dulu, pada saat aku hampir mati, aku sama sekali tidak percaya dengan takdir. Tapi, sekarang aku mulai mempercayainya. Aku akan memberitahu pada kalian jalan takdir yang telah aku lewati. Ingatlah satu hal, tidak ada suatu ha...