Warning! Typo's everywhere...
***
"Akhirnya aku menemukanmu, Putri Emerald,"
Tubuh Aness membeku seketika. Keringat dingin bisa Aness rasakan pada telapak tangannya. Memori kelam masa lalu yang sudah Aness kunci rapat-rapat akhirnya muncul ke permukaan dengan mudahnya.
Sudah lama tidak ada yang memanggilnya seperti itu. Sudah lama Aness tidak dipanggil dengan nama tengahnya. Sudah lama juga Aness tidak dipanggil dengan embel-embel 'Putri' bersamanya.
Sudah lama sekali.
Aness bisa merasakan jika siapapun yang ada di belakangnya, sekarang sedang berjalan menghampirinya. Suara langkah kakinya terdengar semakin kencang, lalu berhenti di depannya. Sebisa mungkin Aness bersikap tenang, berpura-pura jika tidak ada yang menemaninya.
Seorang pria kini duduk dengan santainya di bangku yang ada di hadapan Aness. Masih dengan tatapan tenangnya, mata Aness menatap tepat ke manik mata coklat milik pria itu. Rambut panjang sebahu membuat pria itu terlihat seperti tukang pukul.
"Apa aku mengenalmu?" Tanya Aness. Walaupun Aness sedang bertanya, tapi wajahnya tidak menunjukkan kebingungan.
Datar seperti biasa.
Aness memandang datar pria gondrong di hadapannya yang saat ini sedang tertawa renyah. Memangnya apa yang lucu dari pertanyaannya.
"Tentu kau tidak mengenalku, Tuan Putri," ucapnya. "Tapi kami mengenalmu dengan baik," sambungnya.
Kami? Ingin rasanya Aness mengernyitkan keningnya, tapi ia tahan sebisa mungkin. Aness tidak boleh menunjukkan kebingungannya, terlebih pada orang asing.
"Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan," ucap Aness, masih datar menatap sosok di depannya.
Dengan begitu, Aness langsung berdiri dari duduknya, menyambar tasnya. Aness langsung melenggang pergi, menjauh dari pria asing yang datang tanpa diundang. Bagi Aness, topik yang membahas tentang siapa dirinya di masa lalu adalah akhir pembicaraan. Aness tidak mau masuk kembali ke dalam kenangan mengerikan itu.
"Dan aku bukan Putri Emerald," Aness mengucapkan penyangkalannya saat ia sudah berjalan beberapa langkah dari pria itu.
Sambil berjalan, Aness bisa mendengar pria itu tertawa renyah. "Sampai jumpa lagi." Suara itu lalu lenyap bersamaan dengan hembusan angin.
Aness merutuk pria itu dalam hatinya, siapa juga yang ingin bertemu dengannya lagi.
Aroma hutan hujan yang bercampur dengan sesuatu yang alami berebut masuk ke dalam hidungnya. Aness tahu jika ada yang menunggunya di luar perpustakaan.
Benar saja. Mata hijau Aness langsung bertatapan dengan mata biru milik murid baru itu. Tatapan bingung lebih mendominasi di wajah pucatnya.
Aness berjalan pergi melewati Jason, menganggap jika pemuda itu tidak pernah dilihat oleh Aness. Berjalan dengan tenangnya seolah tidak terjadi apa-apa. Merasa diabaikan, Jason mengejar Aness, menyamakan langkah Aness. Jason baru berjalan normal saat ia sudah di samping Aness.
"Siapa kau sebenarnya?" Aness bisa merasakan rasa penasaran Jason.
Aness tidak menjawabnya. Kakinya masih tetap berjalan. Aness jelas menganggap pertanyaan Jason adalah sebuah angin lalu.
"Aku tahu kau adalah vampire, tapi aku tidak tahu dari kalangan mana," Aness masih belum mau menanggapi Jason. Langkah kakinya menjadi gusar saat Jason masih setia di sampingnya. Menunggu perempuan itu menjawab pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unknown Princess (On Hold)
VampirePutri dari kerajaan vampire yang memegang tinggi kekuasaan dari kerajaan vampire lainnya. Hidupnya yang bahagia sekejap berubah menjadi tragis saat dirinya disalahkan atas perbuatan yang tidak pernah dilakukannya. Dicibir... Dipandang ji...