Chapter 17 || Attacked ||

592 44 13
                                    

Aness melangkah masuk melalui pintu depan kastil dengan tatapan kosongnya. Setelah melesat dari hadapan Bryce dan harus tersasar beberapa kali, Aness akhirnya berhasil menemukan jalan pulang.

Aness memutuskan untuk menyamarkan baunya. Hal itu dilakukannya supaya Bryce tidak bisa mencium baunya. Sebenarnya cukup sulit menyembunyikan bau dari manusia serigala. Penciuman vampire memang peka, tapi penciuman manusia serigala lebih tajam. Kecepatan manusia serigala tidak secepat kecepatan vampire, itulah kenapa Bryce tidak bisa mengejar Aness.

Aness masih berjalan dengan tatapan lurus ke depan, bahkan matanya tak menyadari kehadiran Vincent dan Romero dengan wajah paniknya. Aness baru tersadar saat tangan Vincent menyentuh tangan Aness, memastikan tidak ada yang terluka. "Kau tidak apa? Tidak ada yang terluka, 'kan?" Tanyanya.

Aness menggeleng. "Aku lelah," ucapnya. "Jangan ganggu aku," Aness kembali melangkah. Pergi begitu saja meninggalkan Romero dan Vincent yang saling pandang.

Tak lama, pendengaran Vincent menangkap suara lolongan yang memilukan. Awalnya hanya terdengar satu suara, tapi sepertinya lolongan itu sendiri dibalas kawanannya juga, terdengar saling bersahutan. Bukan hanya Vincent yang mendengar, tapi seluruh penghuni istana.

"Sepertinya sang Alpha sedang bersedih," ucap Romero yang dianggukki oleh Vincent.

Kedua pria yang selama ini menjaga Aness berjalan mengikuti beberapa pengawal yang melewati pintu depan. Vincent bahkan bingung saat menyadari jika Max bersama beberapa pengawalnya.

Jawaban dari pertanyaan di kepala Vincent terjawab sudah. Saat melihat beberapa pengawal membentuk pertahanan. Pasukan Max membentuk lingkaran dengan sang Raja yang berada di tenganhnya.

Satu serigala abu-abu berubah menjadi manusia, seorang pria berambut pirang kotor. Sebelum berdiri tegak, pria itu memakai jubah merah terlebih dahulu, menutupi tubuh telanjangnya.

Pria itu membungkuk hormat di hadapan Max sebelum berbicara. "Maaf atas kelancangan kami, Raja Max," ucapnya dengan formal. "Perkenalkan, namaku adalah Chase Leonard. Aku adalah Beta dari Dark Fire pack,"

Max keluar dari pertahan yang dibentuk pengawalnya setelah yakin jika sekawanan manusia serigala di hadapannya tidak berbahaya sama sekali. "Apa maksud kedatangan kalian di wilayahku?"

"Kami sedang mencari Luna kami, Raja Max," jawabnya.

"Memangnya Luna kalian hilang?" tanya Max penasaran.

Chase menggeleng. "Luna kami pergi begitu saja setelah dirinya memperkenalkan namanya," jelas Chase.

"Maaf jika kami menganggu ketenanganmu, Raja Max, tapi kerajaan Valletta adalah satu-satunya kerajaan vampire di dekat sini,"

"Luna kalian berasal dari kaum kami?"

Chase mengangguk. "Benar, Raja Max," Chase terdiam beberapa saat. "Tapi sepertinya dia tidak berasal dari sini. Karena kami tidak mencium baunya di sini,"

"Kami izin pergi, Raja Max,"

"Kau diizinkan."

Chase kembali membungkuk. "Terima kasih."

Chase lalu berlari meninggalkan daerah kerajaan Valletta diikuti oleh warriornya. Suara retakakn tulang kembali terdengar saat Chase masih berlari. "Keren." Ucap Romero setelah melihat transformasi Chase menjadi serigala abu-abu sambil berlari dan melompat.

***TheUnknownPrincess***

Aness memandangi langit-langit kamarnya. Pikirannya tidak lepas dari sosok manusia serigala yang mengaku jika dirinya adalah takdir pasangan hidupnya. Aness tidak yakin jika sang alpha yang ditemuinya tadi benar-benar takdirnya, tapi apakah detak jantungnya yang meningkat dapat membuktikan itu?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Unknown Princess (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang