Chapter 04 || I'm Not a Princess ||

628 49 0
                                    

Vincent memberi kode pada Aness dengan mengarahkan dagunya ke lemari buku yang ada di pojok ruang kerjanya. Aness yang mengerti langsung mengangguk menyetujui. Vincent menggeser satu buku dari sekian banyaknya buku yang ada di lemarinya, menekan tombol kecil yang tadi tertutup buku. Tombol itu berwarna serasi dengan lemari, warnanya coklat tua.

Lemari buku itu bergeser saat Vincent menekan tombolnya. Ruangan dengan gaya klasik langsung terlihat di depan Aness. Ruangan yang di dalamnya ada satu meja dan satu kursi. Sofa panjang yang sangat nyaman, dengan pemutar vinyl yang ada di sampingnya. Tiga rak buku berukuran sedang diletakkan di belakang meja dan kursi.

Di samping rak buku, terdapat satu ranjang berukuran sedang dengan seprai berwarna merah. Ranjang itu sengaja diletakkan di sana. Terkadang ranjang itu dipakai tidur oleh Aness sambil menemani Vincent di perusahaannya.

Aness menghempaskan tubuhnya di atas sofa hitam yang ada di ruangan itu, diikuti dengan Vincent di sampingnya. Mereka sama-sama terdiam, menunggu Aness yang memulai pembicaraannya.

"Di sekolah ada murid baru," Aness memulai pembicaraannya. Vincent sepertinya tertarik dengan apa yang akan diucapkan Aness.

"Jason Sanchez,"

Vincent langsung merubah posisi duduknya menghadap Aness. Ekspresinya kaget mendengar penuturan Aness. Dalam kepalanya, Vincent memiliki pertanyaan. Hanya namanya yang sama, atau memang wujudnya yang sama.

"Dia anggota kerajaan. Aku melihat tanda mahkota di pergelangan tangannya,"

Vincent menghela napas panjangnya. Ia kenal dengan Jason Sanchez. Anak dari Geraldo Sanchez, Raja dari kerajaan Sanchez. Aness menyandarkan punggungnya, lalu memijat batang hidungnya. Kejadian hari ini benar-benar membuat Aness pusing. Belum lagi masalah pria gondrong itu.

"Apa kau yakin?" Hanya itu yang mampu diucapkan oleh Vincent. Dia sudah kehabisan kata-kata mendengar penuturan Aness.

"Ya," jawabnya. "Aku juga mencium hutan hujan dari tubuhnya. Kau tahu 'kan aroma sejuk yang menenangkan?" Vincent mengangguk.

Aroma hutan hujan yang dicium Aness adalah aroma khas yang dimiliki vampire dari kalangan bangsawan. Sama halnya dengan aroma Aness yang sebenarnya, tapi Aness sudah lama menyamarkan aromanya. Kedatangan Jason membuat Aness kembali mencium aroma itu lagi. Sejak Aness menyamarkan baunya, ia sudah tidak pernah mencium aroma seperti itu lagi.

Aness diajarkan Vincent untuk menyamarkan baunya sejak usia Aness menginjak tepat delapan belas tahun, dan itu sudah terjadi sekitar seratus tahun yang lalu. Aness bahkan sudah melupakan kapan tepatnya itu.

Vampire memiliki dua aroma yang berbeda. Aroma hutan hujan dimiliki oleh vampire kalangan bangsawan. Sedangkan aroma besi berkarat dimiliki oleh vampire dari kalangan bawah. Aness bisa mencium bau itu dari Vincent, tapi bau Vincent tidak seburuk vampire gondrong itu.

Bertahun-tahun tinggal bersama Vincent dan Romero membuat Aness bisa membedakan bau mereka berdua dengan vampire lainnya. Begitu juga sebaliknya dengan Vincent dan Romero, ia sudah hafal betul bagaimana bau Aness.

"Ada yang memergokiku di sekolah," ucap Aness saat mengingat pria gondrong itu.

"Ada vampire liar yang mengetahui siapa aku sebenarnya. Dia memanggilku Putri Emerald,"

Vincent kembali terkejut. Kejadian yang dialami Aness sepertinya sangat tidak mengesankan. Selama seratus tahun, baru kali ini ada yang tahu identitas Aness yang sebenarnya. Vincent menangkap raut wajah Aness yang menunjukkan ekspresi terlukanya. Pemuda itu tentu tahu apa yang dirasakan Aness saat ini. Vincent tahu jika Aness akan merasa terluka saat mengingat nama itu.

The Unknown Princess (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang