Orang Ketiga

243 15 2
                                    

"Kamu Radive, kan? Ketua kelas di kelas ini?" Angel menghampiri bangku Radive ketika Bu Dina keluar kelas seusai jam pelajaran Biologi berakhir.

"Iya, kenapa?"

"Aku minta info jadwal pelajaran dong."

Radive mengernyit. "Emang lo belum dikasih?"

Angel menggeleng.

"Oke, bentar." Radive mengambil sesuatu dari dalam tasnya.

Sambil menunggu Radive, Angel menyapa Twinzy yang dari tadi sibuk dengan ponselnya. "Hai, salam kenal. Nama kamu siapa?" tanya Angel ramah.

"Gue Twinzy."

Angel mengangguk. "Eh, kamu kembar kan? Kembaran kamu yang duduk di bangku depan itu, kan?"

"Itu Twinza, kakak kembar gue."

Angel kembali mengangguk. "Kok kalian nggak keluar bareng? Tadi aku lihat dia keluar sama teman-temannya."

"Emang harus ya gue keluar bareng Twinza?"

Angel tersenyum. "Ngggak sih. Cuma aneh aja aku ngelihatnya. Biasanya kan kalau saudara itu deket. Ke mana-mana bareng. Apalagi sekelas. Kembar, lagi. Katanya kan ikatan batin anak kembar itu kuat banget."

Twinzy mendengus sebal. Anak baru satu ini, belum-belum sudah berkomentar seenaknya sendiri.

"Ini." Radive memberikan secarik kertas pada Angel.

"Makasih, ya." Angel baru akan kembali ke bangkunya ketika sesuatu di atas meja Radive menarik perhatiannya.

"Kamu suka baca karyanya Dan Brown juga?"

Satu kalimat yang cukup membuat perhatian Radive tertuju sepenuhnya ke Angel. "Lo juga suka?"

Angel mengangguk antusias. "Banget. Aku koleksi buku-bukunya Dan Brown."

Dan, begitu saja, keduanya terlibat percakapan seru. Sampai-sampai Radive lupa janjinya mengantar Twinzy ke kantin.

***

"Biasa aja kali ngelihatinnya. Sampai mau copot gitu bola mata lo."

Komentar bernada sinis dari Radive membuat Twinzy mengalihkan sejenak perhatiannya dari ponsel ke cowok itu. "Pagi-pagi udah bawel deh," kata Twinzy seraya menjulurkan lidahnya.

"Ih...." Radive mengacak rambut Twinzy dengan gemas. "Kalau mau lihat foto-foto cowok-cowok Korea itu, entar deh pas udah di kelas. Bahaya kalau jalan sambil melototin hape. Bisa jatuh entar."

"Iya... iya...." Meskipun sambil menggerutu, Twinzy menuruti apa kata Radive. Ia menaruh ponselnya ke dalam saku rok.

"Radive!"

Seruan Angel membuat Twinzy dan Radive menghentikan langkah.

"Ini buku yang kemarin katanya mau kamu pinjem." Angel menyerahkan sebuah buku tebal kepada Radive.

Seketika, mata Radive bersinar penuh kebahagiaan. Seolah ia baru saja mendapat harta karun. "Wah, makasih udah lo bawain. Udah lama gue nyari buku ini, tapi nggak ketemu-ketemu."

Angel tersenyum manis. "Kamu udah nonton adaptasi filmnya?"

Radive menghentikan sementara aktivitasnya membuka-buka halaman buku tersebut. Alisnya berkerut. "Em... belum sempet. Lo udah nonton?"

Angel mengangguk. "Tetep nggak seepik bukunya sih. Tapi, not bad lah."

Dan, begitu saja, obrolan Radive dan Angel soal buku—yang Twinzy tidak tahu judulnya apa—berlanjut hingga mereka sampai kelas. Sepanjang perjalanan dari lorong gerbang utama ke kelas, tak sekali pun baik Radive maupun Angel mengajak Twinzy mengobrol. Seolah keberadaan Twinzy tidak ada di antara mereka.

Menyebalkan?

Sudah pasti.

***

Sudah dua minggu Angel menjadi siswa di SMA Surya Pelita. Selama itu pula, hubungannya dengan Radive menjadi makin dekat. Mereka sering menghabiskan waktu istirahat untuk ke perpustakaan, atau berdiskusi seputar buku-buku yang mereka suka. Bahkan, saat jam kosong, Radive memilih untuk mengobrol dengan Angel.

Tak jarang pula mereka belajar bersama di kafé. Otak Angel ternyata seencer otak Radive dan Twinza, sehingga saat mendiskusikan pelajaran pun Angel dan Radive akan langsung nyambung.

Siang itu, Twinzy terjebak bersama Radive dan Angel di kantin. Ya, terjebak di antara dua orang yang membicarakan sesuatu yang—lagi-lagi—tidak dipahami Twinzy.

Twinzy merasa menjadi orang ketiga di antara Radive dan Angel. Orang ketiga yang kehadirannya seperti tidak diinginkan.

Kalau tahu dia akan dikacangin seperti ini, lebih baik Twinzy makan bersama Nami.

Merasa bete, Twinzy memutuskan membuka Instagram. Siapa tahu dengan melihat foto yang segar-segar, pikiran Twinzy ikutan segar juga.

"Lo ngapain sih? Gue panggil dari tadi juga," keluh Radive, setelah usahanya memanggil-manggil Twinzy baru berhasil pada percobaan kelima.

"Oh, lo ngomong sama gue? Gue kira udah lupa kalo ada gue di sini," kata Twinzy, tak bisa menyembunyikan kekesalannya.

"Oh, lagi stalking Instagram-nya artis Korea? Ngapain sih? Nggak penting banget, tahu," kata Angel saat melihat ponsel Twinzy.

Wah, anak baru ini berani-beraninya menghina artis-artis itu. Kadar kesenewenan Twinzy makin meningkat gara-gara kata-kata tidak berfaedah Angel.

"Suka-suka gue dong, kenapa lo yang sewot?"

Angel berdecak sambil geleng-geleng tidak habis pikir. "Kamu suka sama cowok-cowok cantik kayak gitu? Aku sih merinding lihat cowok-cowok dandan kayak mereka. Masa mereka bisa lebih cantik daripada cewek? Jangan-jangan homoseksual lagi," canda Angel.

"Akhirnya, gue nemu juga orang yang sependapat kayak gue. Tuh, Zy denger, ngapain suka sama cowok cantik kayak begituan? Bener tuh kata Angel, mereka homo!" Radive ikut tergelak bersama Angel.

Benar-benar deh dua orang ini. Mereka seolah bersekongkol untuk menyudutkan Twinzy. Radive juga, pakai acara ikut-ikutan segala. Padahal dulu Radive tak pernah seterang-terangan ini mencibir idolanya Twinzy.

"Jadi kamu juga berpikir kayak gitu? Wah, kok kita bisa sehati ya?"

Sehati gundulmu! batin Twinzy kesal menanggapi kata-kata Angel.

"Mereka bukan homo, tahu! Jangan asal bicara deh!"

Kata-kata Twinzy hanya dibalas gelengan dari Angel. Setelahnya, Angel dan Radive membahas soal artis-artis Korea yang di mata mereka tidak ada apa-apanya jika dibanding artis Hollywood.

Twinzy hanya bisa memanyunkan bibir diperlakukan tidak adil seperti ini.

Semenjak kedatangan Angel, Radive terasa makin jauh dari jangkauan Twinzy. Radive jarang menemaninya makan di kantin berdua, hangout bareng, bahkan mengirim pesan WhatsApp pun juga jarang.

Tiap kali Twinzy ingin bercerita ke Radive selalu saja keduluan Angel. Twinzy merasa Angel benar-benar telah memonopoli Radive.

Entah mengapa, firasat Twinzy tidak enak soal anak baru itu.

TWINZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang