The Truth

235 17 0
                                    

Twinzy sedang menunggu Radive –yang katanya sedang ada urusan– di depan gerbang sekolah. Di sampingnya ada Nami yang sedari tadi heboh sendiri lantaran Twinzy menceritakan seluruh kejadian yang beberapa hari ini dialaminya.

"Oh My God! Gila lo Zy! Polos-polos gini, ternyata ............................"

"Udah deh Nam, gue malu nih," ucap Twinzy tersipu malu.

"Hehehe..... iya.... iya...... Emm... jadi lo lebih milih Radive nih ketimbang kak Rednan? Hmm, iya sih, kalo lo ama kak Rednan, urusannya bisa panjang."

"....... eh.. eh... tapi perkembangan kalian berdua pesat juga," lanjut Nami.

"Nam....... itu kan cuma..... emm........ cuma...... "

"Cuma apa? Nggak sengaja? Ck, basi deh!"

Beberapa detik setelah itu, sebuah mobil Ferarri merah berhenti tepat di depan Twinzy dan Nami. Mereka berdua langsung mengenali siapa empunya mobil.

{{{{{

"Tu orang ngapain lagi sih ke sini?" gumam Twinzy pada Nami.

"Nggak pa-pa lagi, meskipun playboy dan chicken, tapi wajah cakep nan kerennya itu lho, nggak bisa ditolak Zy."

"Keren apanya sih? Masih kerenan juga pantat panci di rumah gue," gumam Twinzy.

"Heh, masa cowok seganteng dan sekeren itu lo samain sama pantat panci? Mana pantat panci di rumah lo pada item semua lagi. Sadis lo!"

"Hai.......!" sapa Rednan dengan senyum lebar tersungging di wajahnya.

Nami tersenyum lebar, sementara Twinzy hanya memasang wajah datarnya. Para siswa yang hendak pulang kontan mengurungkan niatnya dan lebih memilih berdiam diri di sekitar Rednan. Ke-kepo-an mereka benar-benar berada pada level tertinggi.

"Mau ngapain? Twinza lagi sakit tuh, dia mikirin kakak terus. Dijenguk gih."

"Jalan yuk! Aku kangen sama kamu."

Twinzy berdecak. "Kak, denger ya. Pertama, aku masih kesel sama kakak karena kakak udah nyakitin Twinza. Kedua, aku juga masih belum bisa melupakan peristiwa saat kakak menyuruh orang untuk mengeroyok Radive. Terkahir, apa kakak masih nggak sadar juga kalau aku nggak mau deket-deket sama kakak lagi?"

"Pertama, aku nggak pernah nyakitin Twinza. Cinta itu nggak bisa dipaksakan Zy. Kalau emang aku udah nggak cinta lagi sama Twinza, masa aku harus mempertahankan hubungan kami? Bukannya itu malah menyakiti Twinza? Kedua, masalah Radive sama aku adalah masalah cowok. Menurutku dia memang pantas mendapatkannya, yah itung-itung sebagai pelajaran supaya nggak ikut campur urusanku sama kamu lagi. Terakhir, kamu tuh cuma berusaha nyangkal aja Zy. Sebenernya kamu juga mau kan deket-deket aku? Cuma kamu takut pandangan orang ke kamu nantinya. Kalau masalah itu, nggak usah kamu dengerin lagi. Biarin aja, ntar capek sendiri mereka," ucap Rednan dengan santainya.

"Waduh, bener-bener deh ni orang. Kepedeannya udah kronis," batin Twinzy.

"Ada apa lagi ini?" Tiba-tiba saja Radive datang menghampiri Twinzy. Refleks Twinzy segera berlindung di balik punggung Radive sambil memegang lengan Radive erat.

"Kamu nggak kapok-kapok juga ya?" ucap Rednan tajam.

"Mau main keroyokan lagi? Jadi gitu cara lo menghadapi anak SMA? Ck, pengecut!"

Rednan nampak geram. Tangannya mengepal keras. Ia baru akan melayangkan tinju ke muka Radive saat tiba-tiba Twinzy berdiri tepat di depan Radive. Untung Rednan bisa mengerem tinjunya, hingga tak sampai mengenai Twinzy.

TWINZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang