Another Truth

229 14 0
                                    

Sudah seminggu lebih Twinzy menginap di rumah Radive. Walau ia sama sekali tak keberatan jika harus tinggal sementara di rumah Radive, tapi kan tetap saja ia tidak enak hati jika harus berlama-lama di sana. Sepertinya tidak ada tanda-tanda juga sang mama akan menarik hukumannya. Mengharapkan mama menarik hukumannya bagaikan mengharapkan lebaran Monyet terjadi, atau SpongeBob dan Pattrick bisa berteman akrab dengan Squidward, atau Mister Crab berubah jadi dermawan.

Akan tetapi seperti yang selalu Twinzy katakan, di setiap masalah selalu ada berkah terselubung. Bagaimana tidak, selama masa terusirnya dari rumah, Twinzy bisa dekat dengan Radive dan bundanya. Twinzy bisa makan bersama tanpa merasakan ada monster mengerikan yang siap menerkamnya. Twinzy bisa menghabiskan waktu seharian untuk mengobrol atau bercanda dengan Radive. Yang jelas hal ini membuat hubungan Twinzy dan Radive menjadi lebih dekat dan menghangat.

{{{{{

"Halo, non Twinzy. Ini Bi Nia non."

"Oh, iya Bi. Ada apa?"

"Itu Non, non Twinza. Non Twinza..........."

"Twinza kenapa Bi? Sakitnya tambah parah?"

"Anu non, di mulutnya keluar busanya, trus kejang-kejang segala. Bibi bingung harus telepon siapa lagi. Nyonya tadi bilang mau jemput tuan di bandara. Pas Bibi telepon nomornya nggak aktif. Bibi jadi takut, Non kalau non Twinza kenapa-napa."

"Yaudah Bi, Twinzy langsung ke sana." Telepon pun ditutup.

Twinzy pun buru-buru pergi menuju rumahnya. Saking terburu-burunya ia sampai tak melihat Radive keluar dari kamarnya sampai suara Radive menghentikannya.

"Mau kemana?"

"Anu...... itu..... Twinza......" jawab Twinzy terbata-bata. Nadanya sarat kecemasan.

"Tunggu di situ bentar." Radive lalu masuk ke kamarnya lagi, beberapa saat kemudian ia keluar. Tanpa banyak bicara ia lalu menggenggam jemari Twinzy dan mengajaknya keluar rumah.

{{{{{

Twinzy duduk di sebuah deretan kursi yang terletak di depan ICU. Ada Radive di sampingnya yang terus berusaha menenangkannya –yang kini dilanda kecemasan hebat. Tadi sewaktu ia menghampiri Twinza, kondisi kakak kembarnya itu begitu memilukan. Tubuhnya semakin kurus, mukanya pucat, ditambah busa yang terus menerus keluar dari mulutnya disertai kejang-kejang.

"Gimana kondisinya Twinza?" suara papa barusan membuat Twinzy mendongakkan kepalanya.

Twinzy hanya menggeleng lemah. "Belum tahu, Pa. Dokter belum keluar daritadi."

Papa lalu duduk di kursi di seberang Twinzy. Sang mama sedaritadi hanya sibuk menangis histeris. Papa terus saja berusaha menenangkan mama.

Beberapa saat kemudian dokter keluar dari ruangan.

"Dok, bagaimana keadaan anak saya?" tanya mama penuh kekhawatiran.

"Saya perlu berbicara dengan orang tua pasien. Apa bapak dan ibu adalah orang tua dari pasien?" papa dan mama Twinzy langsung mengangguk. Kemudian dokter itu mengajak papa dan mama Twinzy berbicara di sebuah ruangan.

{{{{{

Twinza sudah dipindahkan ke kamar pasien. Kondisinya sudah jauh lebih stabil dan lebih baik. Mama dan papa masih belum kembali dari pertemuannya dengan dokter. Sementara Twinzy sedari tadi hanya duduk di sofa yang berada di sudut ruangan bersama Radive yang selalu setia mendampinginya.

Selang beberapa waktu kemudian pintu terbuka. Papa berjalan menghampiri Twinza yang masih tertidur di tempat tidur pasien. Sedangkan mama berbelok ke arah Twinzy.

TWINZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang