Ngambek

213 13 0
                                    


Akhirnya, Twinzy menghirup udara bebas. Seminggu lebih ia harus terbaring tak berdaya di rumah sakit.

Selama itu pula, Radive dan Tante Ivy selalu bergantian menjaga Twinzy. Mama? Ah, monster bermulut cabai itu mana mungkin peduli terhadapnya. Jangankan menjenguk, sekadar mengirim pesan ataupun menelepon pun tidak dilakukannya.

Hari ini, tepat seminggu Twinzy menginjakkan kaki di sekolah setelah ia sakit. Selama itu pula, Radive makin perhatian kepadanya. Angel pun tak se-intens dulu mendekati Radive.

Ternyata, ada manfaatnya juga Twinzy sakit. Ia jadi punya banyak waktu dengan Radive tanpa harus direcoki Angel.

Namun, kelegaan Twinzy hanya bertahan sesaat. Itu setelah Angel kembali mendekati Radive.

Seperti kali ini, Angel mengajak Radive mengerjakan tugas kelompok di sebuag kafe. Berhubung Twinzy juga sekelompok dengan dua orang itu, mau tak mau ia ikut juga. Meski sebenarnya Twinzy enggan. Karena ujung-ujungnya, Twinzy akan kembali menjadi obat nyamuk.

"Jadi menurut kamu kita pakai cara ini?"

"Menurut gue sih mending kita pakai cara ini. Lebih ringkas. Lagian, jawabannya sama aja, kan?"

Kedua orang itu sibuk mendiskusikan tugas. Tak sekali pun baik Radive maupun Angel mengajak Twinzy ikut berdiskusi. Mereka seolah skeptis duluan dengan kemampuan Twinzy mengerjakan tugas-tugas itu.

***

Sudah tiga puluh menit berlalu dan baik Angel maupun Radive masih sibuk mendiskusikan tugas. Mereka sama sekali tidak menghiraukan Twinzy.

Kalau sudah fokus terhadap suatu hal, Radive memang tidak akan menghiraukan orang-orang di sekitarnya. Twinzy tahu benar itu. Namun, bukan berarti cowok itu melupakan kehadiran Twinzy di situ dong? Memangnya dia kira Twinzy pajangan rumah?

Ponsel Twinzy berdering. Sesuatu yang pada akhirnya berhasil menarik perhatian Radive dan Angel.

"Apaan? Pasti mau ngutang lagi. Kirain. Hah? Beneran? Kapan? ­Serius? Hah? Si Senja gabung cover dance juga? Oh, kirain. Iya, iya, pastilah gue dateng. Oke."

Selesai menutup ponselnya, seulas senyum tersungging dari bibir Twinzy.

"Dari siapa?"

Seingat Twinzy, itu adalah kalimat pertama Radive yang ditujukan padanya setelah tadi menanyakan Twinzy mau pesan apa.

"Nami," sahut Twinzy singkat.

"Kenapa?" tanya Radive lagi.

"Dia ngajak gue ke acara K-pop Cover Dance Festival minggu ini. Shanin sama Senja juga ikut. Lumayan kan bisa ketemu mereka. Udah lama kita nggak kumpul-kumpul."

Bayangan Twinzy akan bertemu teman-temannya semenjak SMP membuatnya tak sabar menantikan acara tersebut.

"Kpop Cover Dance Festival? Acara yang isinya nari ala artis Korea itu ya?" tanya Angel.

Huh, ikut nimbrung aja, batin Twinzy.

"Iya. Kenapa emang?"

"Itu acara paling nggak penting dan nggak jelas yang aku pernah lihat." Angel mengatakan itu dengan intonasi yang dibuat se-lebay mungkin. "Aku dulu pernah diajak temenku. Aku kira acaranya bakal gimana. Ternyata... datang cuma buat lihat artis KW. Dandanan, gaya bicara, style-nya dimirip-miripin sama artis Korea. Udah gitu dancer-nya sok ngartis. Padahal kan jelas-jelas cuma jadi wannabe-nya artis-artis Korea. Please deh!" cerocos Angel panjang lebar.

"Namanya juga cover, pastilah gayanya dimirip-miripin, itu namanya totalitas!" tukas Twinzy.

"Kalau bagiku sih mereka nggak kreatif. Menurut kamu gimana, Div?"

"Hah? Aku sih juga ngerasa kayak gitu. Kurang kerjaan aja niru-niru artis."

"Tuh kan, Zy, Radive juga sepemikiran dengan aku."

Twinzy hanya bisa menggembungkan pipi. Mereka berdua benar-benar tega! Awas saja Radive. Twinzy tidak akan tinggal diam diperlakukan seperti ini.

***

Setelah beberapa menit yang terasa selamanya, Radive dan Angel selesai mengerjakan tugas mereka. Mungkin, Twinzy adalah orang yang paling bahagia dengan hal ini. Karena itu artinya dia bisa langsung pulang dan bergelung manja dengan bantal dan guling kesayangannya.

"Div, kamu bisa nggak nganterin aku pulang? Sopirku lagi nganterin Mama ke bandara."

Permintaan Angel membuat Twinzy menatap tajam ke arah cewek itu. Apa maksudnya, coba? Dia kan tahu kalau Radive pulang bareng Twinzy. Terus kalau Angel minta diantar pulang Radive, Twinzy bagaimana?

"Tapi kan gue sama Twinzy."

Angel memelas. "Yah, Div, rumahku jauh banget dari sini. Masa kamu tega biarin aku pulang sendiri?"

Dan lo tega ngebiarin gue pulang sendiri? balas Twinzy dalam hati.

Egois sekali cewek satu ini.

Ekpresi memelas Angel sepertinya mampu membuat Radive bimbang.

"Zy... lo...."

Twinzy sungguh tidak percaya dengan hal ini. Jangan bilang kalau Radive mau mengantar Angel dan menyuruh Twinzy pulang sendiri.

"Lo nyuruh gue pulang sendiri?"

Radive menggaruk kepalanya. Ia seolah kebingungan harus menjawab bagaimana.

"Div, ayo," kata Angel dengan nada manja.

"Tuh, anak orang udah kebelet pulang. Anterin sana," kata Twinzy ketus lalu melangkah keluar kafe.

Radive Baghaskara, lihat saja nanti!

***

Keesokan harinya, Twinzy membuktikan ucapannya. Berawal dari memilih berangkat ke sekolah naik ojek online hingga melancarkan aksi tutup mulut selama di sekolah.

"Tuh mulut nggak bisa lebih maju lagi? Kenapa lagi? Kesambet setan PMS, ya?" tanya Nami dengan santainya, ketika mendapati Twinzy sedang bertopang dagu di salah satu sudut kantin sambil sesekali meneguk es tehnya.

Twinzy hanya menatap sebal Nami lalu kembali meneguk es tehnya.

"Suami lo mana?" Nami duduk di kursi yang ada di hadapan Twinzy.

"Tau."

Mendengar jawaban Twinzy yang menyiratkan kekesalan, Nami mengendus sesuatu yang janggal di sini.

"Oh... lagi ribut ceritanya? Pantes aja muka lo udah kayak baju nggak disetrika gitu."

Tak jauh dari tempat mereka berada, Nami melihat Radive memasuki area kantin. Spontan, Nami melambaikan tangan ke arah Radive.

"Lo apain istri lo? Sampai angker gitu wajahnya."

Belum sempat Radive menjawab, Angel tahu-tahu menghampiri cowok itu. "Hei, tempat kita di situ." Angel menunjuk salah satu tempat yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.

Nami menatap penuh selidik pada cewek yang beberapa minggu lalu sempat menjadi pembicaraan hangat anak Surya Pelita.

"Lo mau ke mana?" tanya Nami ketika melihat Twinzy bangkit dari duduknya.

"Kelas," sahut Twinzy singkat lalu segera pergi dari tempat itu. Tanpa sekali pun menatap balik Radive.

Tidak ada tanda-tanda Radive akan mencegah Twinzy. Cowok itu hanya menatap punggung Twinzy yang makin lama makin menjauh. Hal itu membuat Nami menatap Radive dan Angel secara bergantian.

Firasat Nami mengatakan, kekesalan Twinzy ada hubungannya dengan dua orang di hadapannya.

Dan, ada sesuatu mengenai Angel yang membuat Nami merasa tidak nyaman. Entah mengapa, cewek itu sepertinya berbahaya.


TWINZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang