Berbaikan Sekali Lagi

90 6 0
                                    

Kasak-kusuk kembali beredar di SMA Surya Pelita. Tokoh utamanya siapa lagi kalau bukan Twinzy, Radive, dan Rednan. Dua kali kejadian ala sinetron saat pulang sekolah beberapa waktu lalu cukup menjadi alasan topik ini layak untuk diperbincangkan. Mereka saling memberikan asumsinya tentang apa yang terjadi hubungan ketiga orang itu.

Asumsi terbanyak menyebutkan jika Rednan menyukai Twinzy, makanya cowok itu rela memutuskan Twinza. Kemudian, Radive tak terima jika Rednan mendekati Twinzy, karena itu mereka saling pukul untuk mendapatkan Twinzy. Kondisi Radive pagi ini yang datang dengan luka lebam di wajahnya kembali mempertegas aroma persaingan antara Radive dan Rednan.

"Gila tuh si Twinzy, pakai pelet apa sih sampai cowok-cowok ganteng itu kepincut sama dia?"

"Tau tuh. Si Rednan matanya jereng kali, ya? Kok bisa-bisanya dia mutusin Twinza cuma buat ngedapetin Twinzy. Mending kalau lebih baik, nah ini, downgrade-nya kebangetan."

"Radive juga. Udah bagus sama si Angel, eh malah rela turun kasta. Emang apa sih hebatnya si Twinzy? Cantikan juga gue ke mana-mana."

Kata-kata tak berfaedah ketiga cewek itu langsung terhenti begitu Twinzy berjalan melewati mereka. Twinzy hanya menatap ketiga cewek itu dengan tatapan cuek lalu berjalan cepat menuju kelas.

Padahal, Twinzy sudah merasa beruntung karena pagi ini dia tidak perlu mendengar polusi suara dari mamanya. Namun, rupanya Twinzy terlalu cepat bersenang diri. Tidak ada si monster, cewek-cewek kelebihan bibir mewakili.

Menyebalkan.

Memangnya, tidak ada kegiatan lebih berfaedah lain dari sekadar bergosip? Apa mulut mereka bisa bisulan kalau sehari saja tidak membicarakan kejelekan orang?

Setibanya di kelas, ada Radive yang sedang duduk bersebelahan dengan Angel. Cewek itu kelihatan khawatir dengan kondisi Radive. Serangkaian kalimat penuh perhatian terlontar dari mulut cewek itu.

Twinzy hanya bisa mendesah. Bagaimanapun, dia harus terbiasa melihat pemandangan macam ini.

***

Radive pikir, hubungannya dengan Twinzy sudah membaik seperti dulu. Namun, Radive mendadak meragukan asumsinya setelah apa yang Twinzy lakukan hari ini. Dimulai dari memilih berangkat duluan, hanya membalas seperlunya ketika Radive mengajak bicara, kabur duluan ketika Radive mengajaknya ke kantin, hingga langsung mengibrit begitu saja waktu bel pulang sekolah berbunyi.

Satu pertanyaan di pikiran Radive: mengapa Twinzy seolah menghindarinya?

Ini tidak bisa dibiarkan.

Begitu Radive berhasil menyamai langkah Twinzy, dia langsung menarik Twinzy secara paksa menuju halaman belakang sekolah.

"Ngapain narik-narik gue sih? Gue mau pulang."

"Kenapa hari ini lo menghindari gue? Bukannya kita udah baikan?"

Ditatap seserius itu oleh Radive membuat Twinzy sedikit terintimidasi. "S-siapa yang menghindari lo sih? Pe-perasaan lo aja, kali. Udah ah, gue mau pulang."

Radive menghalangi jalan Twinzy. "Gue nggak akan ngebiarin lo pulang sebelum tahu alasan kenapa lo menghindari gue."

Twinzy menunduk sambil menggigit bibir bawahnya. "Nggak seharusnya gue dekat-dekat sama lo. Lo udah jadian sama Angel. Gue nggak mau Angel cemburu gara-gara kedekatan kita."

Radive merangkum pipi Twinzy, membuat cewek itu mendongak. "Siapa yang bilang kalau gue udah jadian sama Angel?"

Twinzy tahu ini bukanlah waktu yang tepat, tetapi pipinya tiba-tiba bersemu merah tanpa diperintah ketika matanya bertatapan dengan mata hitam Radive.

"Angel yang bilang ke gue."

Radive mengernyit. "Dan lo percaya?"

Twinzy kembali menggigit bibir bawahnya.

"Dari mulut Angel sendiri, Div. Dia bilang gitu ke gue."

"Dan elo percaya?"

"Gue... gue... gue maunya juga nggak percaya, Div. Tap...."

"Gue nggak pernah jadian sama Angel—atau cewek mana pun," kata Radive dengan nada tegas.

"Terus, kenapa Angel bilang gitu ke gue?"

Radive mengedikkan bahu. "Mana gue tahu. Mungkin, dia lagi halu," kata Radive santai. "Dan soal foto-foto itu, gue yakinin kalau itu foto rekayasa. Apa perlu gue bayar ahli buat buktiin kalau foto-foto itu rekayasa?"

Twinzy bisa merasakan keseriusan dalam setiap kata yang diucapkan Radive.

"Gue nggak peduli orang lain mau percaya apa nggak. Yang penting, lo percaya sama gue."

Twinzy tiba-tiba menyadari sesuatu. Benar juga. Seharusnya dia lebih percaya Radive daripada siapa pun di SMA ini. Seharusnya Twinzy tidak langsung percaya dengan kata-kata Angel sebelum mengonfirmasikannya secara langsung kepada Radive.

Duh, mengapa dia jadi bodoh begini?

"S-sori, Div." Hanya itu yang bisa Twinzy katakan.

Radive tersenyum simpul lalu mencubit hidung Twinzy. "Mulai sekarang, nggak ada istilahnya lo menghindari gue. Kalau sampai lo begini lagi, gue jitak ubun-ubun lo," kata Radive. "Besok gue jemput. Nggak ada istilahnya lo berangkat naik ojek."

Twinzy tersenyum lebar.

"Yuk, pulang. Gara-gara lo kita pulang telat." Radive merangkul pundak Twinzy.

"Ye... malah nyalahin gue. Lo sendiri yang ngajak gue ke sini."

Radive mengacak rambut Twinzy dengan gemas. Tatapan mata Radive berubah tajam begitu memikirkan sesuatu. Tuh anak benar-benar udah kelewatan," batinnya.


TWINZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang