Happy reading kalian semua....
Aku berusaha untuk berdiri dan segera menyusul kak Winda.Rasanya kakiku sakit sekali karena terbentur batu.Tapi aku tak peduli dengan itu,aku tak mau melihat orang masih membenciku disaat nanti kalau aku tiada.
"Lo mau kemana?"Tanya kak Vika membantuku berdiri bersama kak Elok.Rasanya aku ingin sekali menjawab namun rasa kaku dimulutku untuk mengeluarkan sebuah kata terasa sangat berat.Pikiranku kacau memikirkan kak Winda.Aku tetap melangkah meski tertatih."Prilly lo mau kemana?"tanya kak Elok namun aku tak menjawab dan terus berjalan mencari Kak Winda.Aku takut...
Aku menemukan kak Winda yang sedang duduk disebuah pohon yang rindang.Dengan ragu – ragu kuhampiri dia.Baru saja kulangkahkan kakiku beberapa langkah ia menyadari keberadaanku."Berhenti lo"ketus kak Winda.Sontak aku kaget dan langsung berhenti."Kak .."ucapku pelan namun masih terdengar olehnya."Gua benci lo Prill"teriaknya.Aku kaget mendengarnya , bagaikan disambar petir aku mendengar ucapannya."Tapi kak apa.."ucapanku terhenti ketika kak Winda beralih menghampiriku dengan raut amarah yang tak dapat dibendung."Gua benci lo PRILLY"teriaknya tepat dimukaku dan meninggalkanku sendirian disini.Aku menatap kosong kedepan dan kata – kata itu selalu terngiang diotakku.Terlalu lama aku termenung disini , berfikir apakah aku selalu membuat orang yang ada disekitarku susah.Air mata ini terus mendesak ingin keluar meski terus kucoba untukku tahan.
"Nglamun aja kerjaannya"ledek kak Al sambil duduk disampingku.Kaget mungkin itu yang kurasakan saat ini karena melihat kak Al yang sudah berada tepat disampingku dan langsung menghapus dengan cepat air mata dipipiku."Prill...kamu nangis ya..?"selidik kak Al menggenggam lenganku.Aku menggeleng cepat dan terus menutup wajahku dengan tangan.Kak Al tetap memaksa melepaskan tanganku dari wajahku.Hingga aku dan dia saling tatap.Menatapnya aku jadi teringat tentang pesta malam itu , dimana ia membawa pacarnya.Namun aku tak boleh cemburu karena dia bukan siapa – siapaku."Prill kamu kenapa?"tanya kak Al menghapus sisa air mataku."Aku gak papa kok kak"bohongku.
"Gak papa kok nangis sih"ujar kak Ali.
"Ini aku Cuma kelilipan"bohongku lagi.Kak Al menghela dan menangkup wajahku dalam kedua telapak tangannya.Aku hanya bisa diam dan menatapnya heran."Kau tahu gadis yang ada didepanku ini gak akan pernah bisa berbohong.Mau dia berusaha sampai keluar keringat sebanyak danaupun ia tak akan bisa.Jadi ceritalah padaku gadis kecil"ucapnya lembut.Akupun langsung tenggelam dalam dada bidangnya dan menangis sejadinya.Dia memelukku erat setia menungguku untuk mengeluarkan satu kata yang mungkin sulit untuk aku keluarkan."Aku gak tau apa salahku kak,hingga dia begitu membenciku"isakku dalam peluknya.
"Gadis kecilku ini selalu kuat dalam menghadapi segala hal.So ... kamu jangan berhenti untuk membuat orang yang membencimu bahagia"nasehat kak Al dan aku hanya dapat mengangguk.
Sedangkan disisi lain terdapat seseorang yang sedang mondar – mandir tak karuan didepan tenda dia adalah Ali."Lo dimana sih"frustasinya dalam hati.Tak lama datanglah Al dan Prilly mereka bergandengan tangan dihadapanku.Aku menatapnya sebal.Dan aku mulai heran dengan perasaanku ini.Mengapa aku merasa tak suka saat melihat mereka bersama?Apa aku jatuh hati pada perempuan itu?.Apa mereka berjalan melewatiku tanpa mengucapkan satu patah katapun.Keterlaluan...
Aku memilih kembali dan berkumpul dengan semua pembina MOS.Mataku tak henti – hentinya memandangi mereka yang sedang duduk berdua."Hai bro lagi liatin apa tuh.Awas nanti matanya bintitan loh"celetuk ardhea.Aku menatapnya tajam dan ..
"Diem lo kebo"bentakku.
"Ali lo gitu ya sama gua ok fine kita putus"candanya sambil bergaya ala perempuan minta putus dari pacarnya.Aku tak menggubrisnya sama sekali namun karena kegilaan yang dibuat olehnya akupun terpaksa meresponnya agar ia cepat diam."Waduh si Ninda sama siapa tuh ganteng banget pacarnya".Mendengar ucapanku tadi Ardheapun menoleh kebelakang.Ya memang Ninda sedang bersama dengan seorang lelaki namun aku kenal dia adalah adik kelas yang dibimbingnya.Dengan wajah marah iapun menghampiri Ninda.Dan merasa lega.
Dan tak lama ada seseorang yang menyodorkan segelas air padaku ketika aku sedang memandang Ardhea yang sedang salah paham terhadap Ninda.Aku menatap heran dengan gelas yang disodorkan,perlahan mataku menyusuri siapa yang sedang memberiku minuman.Aku menatapnya malas ketika aku melihat siapa yang memberiku minuman.
"Hai kak Ali ...ini buat kakak"berinya padaku.Aku tak menjawabnya dan langsung meraih minuman tersebut dengan cepat.Ia menatapku heran tapi aku tak menghiraukannya.Ia menatapku namun aku mengalihkannya , ia menarik lenganku tapi aku tepis dan ia mencubit pipiku dengan keras.Aku merintih kesakitan akibat cubitannya tapi aku tetap saja tak mengeluarkan sebuah kata."Kak Ali lagi puasa ngomong ya?"tanyanya.
"Aku ada salah ya sama kakak?"tanyanya berulangkali sambil mencondongkan wajahnya menatapku.Tapi kualihkan tatapanku menatap lurus sambil tetap setia mengunci mulutku.Kutinggalkan ia karena acara jelajah.Semua para peserta MOS berkumpul membentuk barisan sesuai kelompoknya.Ia menatapku heran dan membuntutiku.Tapi sial....Prilly memilih bersama Al.Tapi aku tak boleh kelihatan kesal didepan banyak orang,aku harus profesional.
"Selamat siang adik – adik "sapaku.
"Siang kak"jawab mereka serentak.Akupun memberikan arahan kepada seluruh peserta MOS agar tidak tersesat.
Secara berurutan para peserta MOS mulai berangkat dipimpin oleh para pembina masing – masing.Dan begitu juga dengan Prilly ia berangkat dengan kelompoknya.Mataku sedari tadi menginginkan apa yang tidak aku inginkan.Mata ini ingin terus menatapnya.Entahlah....aku merasa sangat dibodohi dengan perasaanku sendiri.Aku merasa tidak suka jika Al berdekatan dengannya.dan lihatlah sekarang raut wajahku berubah ketika melihat Al datang menghampiri Prilly dan menemaninya berjelajah.Hati merasa terbakar...
Winda datang dengan raut wajah sedih.Ya..meskipun aku tak suka dengannya tapi aku tak bisa bila melihat seorang perempuan menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOFTGIRL
FantasyPagi - pagi sekali aku sudah siap dengan seragam SMAku . Kuturuni anak tangga satu per satu menuju ruang makan . Terlihat ada tiga insan yang sangat aku sayang mereka adalah orang tua dan adikku . Kusapa mereka dengan senyum mengembang di bibirku...