Part 13

2.4K 84 0
                                    


"Ehmm.." Prilly berdehem untuk mengetes mikrofon dihadapannya. "Nama saya Prillyna Tasya siswi kelas XI hoby saya main gitar, nyanyi, dan baca novel umur saya jalan 17 tahun saya anak kedua dari dua bersaudara kakak saya perempuan dan saya tidak memiliki saudara laki la...!"

"Cukup. Terlalu lengkap!" Shila menghentikan Prilly yang berbicara panjang lebar tanpa jeda sedikitpun. "Oke! Saya dan Pak Aliando tanya aja dan kamu jawab poinnya. Gak usah panjang lebar kayak tadi." Shila tersenyum geli. "Sudah pernah ikut lomba musik sebelumnya?"

"Belum." jawab Prilly singkat padat sesuai arahan dari juri dihadapannya.

"Selain gitar, alat musik yang kamu bisa apa?" tanya Aliando sambil menatap dua bola mata indah Prilly.

"Cuma bisa gitar."

"kalau pacar udah punya?"

Prilly tersentak mendengar pertanyaan itu. Ia lalu menatap Aliando dan kini dua pasang bola mata indah itu saling menangkap satu sama lain. Prilly tidak menjawab, karena menurutnya itu bukan pertanyaan yang seharusnya dipertanyakan dalam kontes music.

Shila pun ikut terkejut mendengar pertanyaan Aliando. Setelah dilihatnya Prilly tidak ingin menjawab Shila cepat cepat mengambil alih pertanyaan. Setelah berbagai pertanyaan dijawab Prilly. Barulah Shila dan Aliando memberikan tantangan untuk Prilly menyanyikan lagu daerah khas Maluku 'waktu hujan sore sore' dan satu buah lagu taylor swift 'we are never ever getting back together'.

"Kemari!" kata Aliando.

"Ini liriknya, buat jadi versi kamu sendiri ya!" kata Shila sambil menyerahkan dua lembar kertas.

"Ini dinyanyiin sekarang? Aku gak hapal!" tanya Prilly dengan wajah polosnya.

"Gak, ditampilin besok. Kamu latihan aja dulu." timpal Aliando. "Besok pulang sekolah langsung ke aula ya."

"Teman kamu yang tidak masuk hari ini, kasih tau juga ya." sambung Shila.

Prilly mengangguk, mengucapkan terimakasih, lalu pamit pergi dari ruangan aula.

...

Prilly duduk didepan aula sambil membaca lirik yang diberikan Shila padanya. Tiba tiba Prilly ingat sesuatu merogoh kantongnya. Mengambil handphone yang tadi sempat dimatikannya saat jam pelajaran berlangsung. Dia teringat Tere dan Vina. Masih bertanya tanya dalam hatinya. Prilly segera menghubungi Tere. Beberapa kali tidak diangkat. Prilly memutuskan untuk menghubungi Vina. Tapi tidak ada juga jawaban. Perasaan Prilly masih tidak tenang. Tidak lama handphonenya bergetar, Prilly segera melirik handphonenya dan ternyata satu pesan diterima.

(massage)

Tere :

Pril, Vina ada dirumah gue skrg. Nyokap tirinya kasar sama dia. Gue gk tega ninggalin dia, mkanya gue gak msuk. Ntar plg skolah mampir ya. Sebenernya Vina gak mau kalian tau. Tapi gue mau kita semua sama sama bantu dia. Gue gak tau harus gmn. Vina gk berani plg k rmh dy. Gue prlu lo smua. Tp kalian jangan bolos ya.

Prilly terkejut. Setega itukah ibu tirinya Vina? Prilly tidak habis fikir. Seorang Ibu walaupun bukan Ibu kandung. Tapi dia memiliki sebuah hati nurani seorang Ibu. Tidak adakah perasaan kasih itu? Tapi Prilly tidak ingin berfikir terlalu keras. Dia ingin tahu hal apa yang terjadi baru akan menyimpulkan.

(massage)

Oke re. Tenang aja.
Pulang skolah kt smua kesana.

-reply-

Bel istirahat berbunyi. Seluruh siswa siswi berhambur keluar dari kelas untuk pergi kelapangan, ke kantin, ruang guru, toilet, juga perpustakaan. Bisa ditebak tempat mana yang paling penuh,kantin. Prilly tidak terlalu suka antri di kantin, biasanya dia lebih memilih ke kantin di istirahat ke dua. Walaupun kadang yang tersisa hanya makanan yang jarang dibeli oleh siswa siswi.

"Pril !"

Prilly mendongak, melihat siapa yang memanggil namanya.

"Lo dipanggil Bu Santi."

Mendengar apa yang telah dikatakan Fika. Denyut nadi Prilly berdetak cepat. Prilly tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Keringatnya menetes ke pelipis mata. Banyak masalah yang harus dijalaninya hari ini. Oke! Prilly mau menghadapinya. Tapi dia meminta Fika untuk menemaninya menghadap Ibu guru killer itu di ruang guru. Akan ada konsikuensi yang diterima. Dan ia harus siap siap menanggung malu jika kenyataan membuat dirinya dipermalukan didepan guru lainnya.

"Permisi!" Prilly mengetuk pintu ruang guru lalu masuk bersama Fika yang dari tadi digandengnya. Melihat ibu Fika duduk meja paling ujung dekat ruang kepala sekolah. Prilly langsung menarik nafasnya dalam,menghembuskan, lalu melangkah menghampiri Bu Santi. "Maaf bu." Prilly menatap Bu Santi yang masih memeriksa tumpukan tugas diatas mejanya.

"Prilly.. Prilly..." Bu Santi menggelengkan kepalanya, hanya menatap sebentar lalu kembali memeriksa tugas. "Saya tidak mau ini terulang lagi."

"Baik bu, tidak akan saya ulangi lagi. Saya akan lebih giat mengerjakan tugas." Prilly lega dia tidak dimarah marahi oleh Bu Santi dihadapan guru guru lainnya. Fika hanya membisu disamping Prilly sambil memperhatikan pas bunga cantik di atas meja Bu Santi.

"Oke, ini hukuman untuk kamu." Bu Santi mengambil lembaran kertas dari laci mejanya lalu menyerahkan untuk Prilly. "Dikumpul besok, dan tidak ada tapi tapian." Bu Santi segera menegaskan sebelum pertanyaan keluar dari mulut Prilly.

"Baik bu, permisi." sambil berjalan meninggalkan ruang guru. Prilly memandangi lembaran kertas yang diberikan Bu Santi padanya.

"Liat Pril." Fika mengambil lembaran kertas itu dari tangan Prilly. "Gila 20 soal, susah susah pula."

Prilly hanya bisa mendengus kesal. Karena ini kesalahannya, dia menerima hukuman itu. Dan akan meminta bantuan pada Mila untuk mengerjakannya. Hari ini Prilly akan disibukkan dengan sederet tugas dan masalah yang harus dipecahkan.

...

Bintang Dilangit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang