Part 32

1.7K 59 2
                                    


"Akhirnya aku bisa tidur dikamar aku sendiri!" kata Prilly pada Ali yang sedang mendorong kursi roda untuk mengantarkan Prilly ke kamarnya.

"Iya, kamu harus jaga kesehatan setelah ini! Aku gak mau liat kamu sakit lagi!" tegur Ali sambil mengelus bahu Prilly.

"Yaudah, kalau aku sakit gak usah dijenguk!"

"Kok gitu?" tanya Ali bingung.

"Kan gak mau liat!" kata Prilly diiringi tawanya.

Setelah mengantar Prilly kekamarnya, Ali menghampiri kedua orang tua Prilly yang sedang berbicara diruang tamu. Ali menghampiri mereka karena ingin berpamitan pulang. Berjarak tiga meter, langkah Ali terhenti. Setelah melihat ibu Prilly menangis. Perasaan tidak enak muncul, kemudian dia memutuskan untuk berbalik. Baru saja melangkahkan kaki, suara serak Ayah Prilly memanggilnya. Kemudian Ali tersenyum dan mendekati kedua orang tua Prilly dengan perasaan bingung.

"Nak Ali !"

"Iya om.." jawabnya lembut.

"Prilly punya penyakit serius" Bleg! jantung Ali rasanya ditusuk oleh benda tajam. "Om, minta tolong kamu jaga dia. Sementara om dan tante mengurus pengobatan untuk Prilly."

"Mma..maaf om, tante.. Kalau Ali boleh tau, Prilly sakit apa?"

"Kanker.." sahut ibunya Prilly lalu sesaat kemudian isak tangis keluar dari mulutnya.

Ali menahan bulir bening dimatanya. Rasanya tidak percaya akan hal yang baru saja didengarnya.

"Kanker otak, dari perkiraab dokter sudah tumbuh dari dua bulan yang lalu." kata ayahnya. "Saya akan mengusahakan pengobatan untuk Prilly. Tapi saya mohon, nak Ali rahasiakan ini dulu dari Prilly."

"Baik om."

Sebelum pulang, Ali melihat Prilly dari balik pintu. Terlihat tidurnya pulas. Wanita itu, wanita yang dicintainya, harus mengalami hal serumit ini.

"Aku sayang kamu pril, aku pulang dulu!" bisiknya dari balik pintu.

...

Malam itu. Malam terpahit yang pernah dialami oleh seorang pria tampan, Ali. Sesampainya dirumah Viara. Ali terduduk lemas didepan rumah. Viara yang mendengar suara motor Ali, langsung membukakan pintu untuk Ali. Tapi pemandangan yang dilihatnya tidak seperti biasanya. Kalau biasanya setelah bertemu Prilly dia terlihat senang dan bahagia. Kali ini lelaki itu sedang duduk membelakanginya seperti sedang memikirkan sesuatu. Viara berusaha mengagetkannya, tapi justru Ali tak menghiraukan gurauan Viara. Viara semakin bingung dengan keadaan lelaki ini.

"Kenapa bang?" tanya Viara kemudian ikut duduk disampingnya. "Ditolak Prilly?" kemudian tertawa. "Prilly emang gitu, suka gengsi! dia sebenernya suka sama abang!"

Ali menatap Viara. "Prilly sakit kanker ra!"

Viara langsung terkejut dan tidak percaya. "Kaka bercanda?" tanyanya memastikan.

Ali hanya menggeleng lesu.

...

"Pagi ma, pa!" sapa Prilly menghampiri ayah dan ibunya dimeja makan.

"Pagi sayang, semangat banget!"

"Iya mah, kan dijemput Ali!" sindir ayahnya, kemudian tertawa ringan.

"Ih papa, emang Ali jemput?"

Ayahnya mengangguk. "Papa titip kamu ke Ali, hari ini papa sama mama berangkat keluar negeri, ada yang mau diurus!"

"Ih emang aku bayi dititip titip!" Prilly mengambil roti selai yang diberikan ibunya. "Kok mendadak pa?"

"Iya, ada sedikit problem sama kerjaan papa! Kamu jaga diri ya!"

"Siap!" sahut Prilly.

Prilly langsung pamit setelah mendengar bunyi mobil Ali masuk kehalaman rumahnya.

...

"Ini!" Ali menyerahkan bekal makanan untuk Prilly. Prilly membuka kotak makan itu, lalu terkejut melihat isinya. Nasi merah, tahu, sayuran, dan ayam.

"Kamu kira aku diet!"

"Kamu harus makan, jaga kesehatan!" kata Ali.

"Iyaa! bawel!" Prilly kesal karena Ali terlalu memprotect dirinya.

...

"Prilly!!!" sapa teman sekelasnya saat Prilly baru saja memasuki ruangan. Viara langsung menghampiri Prilly dan memeluknya erat. Air mata meluncur bebas dari mata Viara. Prilly bingung dengan temanny yang satu ini.

"Woy ra! lo tiap hari jengukin Prilly berasa lo yang paling kangen! gantian dong!" kata Sifa.

Saat pelukan dilepas Sifa bingung melihat air mata kesedihan diwajah Viara.

"Ra? lo nangis?" tanya Sifa.

"Kenapa nangis ra? lo ada masalah?" tanya Prilly. "Maaf selama gue sakit, gue gak pernah dengerin lo curhat lagi!"

Viara menggelengkan kepalanya. "Gue cuma seneng Pril, akhirnya bisa belajar bareng lagi sama lo!"

Sifa bergidik, sepertinya ada yang aneh. Dia tahu betul teman yang satu ini sangat jarang menangis. Apalagi dengan alasan senang.

Kehebohan dikelas berlanjut setelah Ali datang ke kelas Prilly. Semua wanita siap menyerbu, seperti sedang melihat artis ngetop.

"Pril!" panggil Ali.

Prilly langsung menghampiri Ali kedepan kelasnya. "Ini!" Ali menyerahkan sebotol air mineral. "Maaf tadi lupa ngasih. Jaga kesehatan ya!" Ali mengelus rambut Prilly lembut.

"Iyaa! udah berapa kali bilang gitu!" Ali mencubit Pipi Prilly kemudian berlalu pergi. Aura patah hati menghiasi semua pasang mata yang melihat adegan itu.

Beberapa komentar yang dilontarkan orng orang disekitar Prilly terdengar ditelinganya.

"Pakai susuk apa ya dia!"

"Beruntung banget si Prilly."

"Pendek gitu, kok kak Ali mau!"

"Kak Ali mabuk kali ya?"

Perkataan itu sudah tidak terdengar setelah Prilly masuk kekelasnya.

Next..

Bintang Dilangit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang