Part 15

2.3K 78 0
                                    


"Silakan masuk!" Aliando mempersilakan teman teman Prilly untuk masuk ke dalam mobil. Mereka langsung berhambur di bangku belakang yang mampu menampung jumlah mereka. Prilly Ingin masuk ke bangku belakang, tapi Viara menghalangi.

"Lo didepan aja, dibelakang udah penuh!"

Prilly terpaksa menghampiri Aliando yang masih ditempat,membukakan pintu mobil depan. Ini kali ke dua Prilly menumpang di mobil Aliando. Dan sekarang Prilly duduk tepat disampingnya. Perasaan senang sedang menggeluti fikiran Aliando.

"Hai kak, kenalin aku Tere!"

Aliando mendengar sapaan dari Tere. Dengan sopan dia menatap dan tersenyum pada gadis itu. "Aliando!" sahutnya. "Lo yang kemarin main piano kan?"

"Iya bener kak!!" kata Tere memajukan wajahnya ke sandaran bangku Prilly.

"Oh iya ini kita ke mana?"

"Bekasi kak! Ini alamatnya!" Vina memberikan secarik kertas kepada Aliando.

"Oke!" Aliando bersiap untuk melajukan mobilnya.

"Kalian kenapa tiba tiba mau ke bekasi?"

"Panjang ceritanya kak!" kata Dini.

"Kalau kak Aliando, kenapa bisa jemput kita kita? Tadikan Prilly telp kakaknya, kok Kak Aliando yang dateng?"

"Iya tadi kebetulan mampir kerumah Prilly, terus ketemu Mila katanya mau anter Prilly ke Bekasi. Daripada Mila yang anter karena dia cewek. Mending gue kan yang anter kalian!"

"Lo kerumah gue? Ngapain?" tanya Prilly heran.

"Kak Ali tau rumah Prilly? Kalian udah deket?" Dini penasaran.

"Prill! Lo kok gak cerita ama kita kita?"

"Iya Pril, gue jadi ketinggalan gosip nih!"

Aliando hanya bisa tersenyum tanpa menjawab pertanyaan mereka. Sedangkan Prilly terlihat kesal, teman temannya sedang tidak berpihak padanya. "Apaan sih kalian!" kata Prilly malu.

"Itu kenapa kok ada yang sedih gitu?" tanya Aliando saat melihat Vina dari kaca depan.

"Ini Vina kak, panjang ceritanya!" sahut Dini lagi.

"Yaudah kalo gak mau cerita. Intinya masalah apapun itu, pasti ada jalan keluarnya. Masalah itu ada agar kita bisa satu tingkat lebih pintar dan dewasa." Aliando memberikan pencerahan sembari memperhatikan jalanan. "Terkadang masalah yang kita jalani itu tidak seberapa dibanding masalah yang dihadapi orang diluar sana. Tergantung kita menyikapi masalah itu."

"Tapi aku tidak seberuntung teman temanku." kata Vina.

Ucapan Vina membuat seisi mobil terdiam menatapnya. Dini segera memeluk Vina diikuti yang lainnya.

"Vin, lo jangan bilang begitu. Kita semua sayang sama lo. Jangan pernah berfikir seperti itu. Lo punya banyak prestasi dibanding kita kita. Otak kita mah gak seberapa dibanding lo. Jangan pernah ngomong kayak gitu lagi." Prilly meraih tangan Vina, menggenggan erat meyakinkan diri Vina bahwa yang dikatakannya tidaklah benar.

Aliando tertegun mendengar perkataan Prilly. Inilah Prilly yang sebenarnya. Dibalik sifat cuek terhadap dirinya.

"Oke sebelum ke bekasi. Vina mau kemana?" tanya Aliando. "Makan? Mall? Gue traktir. Tapi gak boleh murung lagi."

"Gue laper, mau makan nasi padang!" Ujar Vina.

"Giliran makan aja, seneng lo!" kata Siva heran melihat Vina yang tiba tiba bersemangat.

"Yeyy biarin tau. Emang lagi laper nih!"

Akhirnya mood Vina kembali normal. Kini dia sudah mulai tenang. Akhirnya bisa kembali ke panti. Tempat dimana dia menemukan teman teman yang bernasib sama dengannya. Tempat dimana ibu ibu panti sangat menyayanginya dengan penuh kasih sayang. Tempat yang dulu pernah menjadi saksi pertumbuhan dirinya tanpa sosok ibu dan ayah. Vina melupakan masalah dirumahnya. Dia benar benar tidak ingin kembali lagi kerumah itu. Rumah yang membuat hari hari Vina menjadi tanpa warna. Dimana Vina diperlakukan layaknya pembantu rumah tangga. Bahkan usaha Vina untuk mengambil hati kedua orang tuanya pun tidak pernah dihargai sedikitpun.

"Oke kita ke resto padang ya!" Aliando celingak celinguk memperhatikan jalan mencari tempat yang dituju. Sesekali dia memandang wajah Prilly yang terpaku menatap jalanan. Sedang teman temannya dibelakang bersorak ramai.

Aliando memarkirkan mobilnya. Prilly segera turun sebelum Aliando membukakan pintu untuknya. Takut teman temannya semakin bertanya tanya padanya.

Mereka mencari tempat duduk yang nyaman. Dibagian pojok meja panjang  dengan bangku sepuluh buah saling berhadapan. Viara segera mengarahkan Prilly untuk duduk disampingnya. "Gue ambil kerupuk bentar!" Viara beranjak dari tempat duduknya.

Aliando datang dan duduk disamping Prilly. Prilly langsung menoleh mencari sosok Viara. Viara datang membawa kerupuk lalu duduk dibangku sebrang Prilly sambil tersenyum. Prilly sadar temannya yang satu ini tengah menjodohkan dirinya dengan Aliando.

Makanan datang dan disusun rapi ditengah meja panjang itu. Mereka tinggal memilih makanan yang diinginkan. Sementara yang lain berebut memilih makanan, Prilly hanya diam memandangi.

"Pril? Lo gak suka?" tanya Aliando yang melihat Prilly tanpa ekspresi.

"Oh gak, gue cuma bingung mau makan yang mana!" Akhirnya Prilly hanya mengambil bebek goreng yang tergeletak dihadapannya.

"Makan yang banyak!" Aliando mengacak acak rambut Prilly.

Prilly tidak menyadari, bahwa teman temannya kini tengah memperhatikan dirinya.

"Cieeeee!" Ejek Vina.

Prilly senang akhirnya Vina bisa tersenyum lagi. Walaupun yang menjadi korban adalah dirinya.

"Kok kalian bisa deket sih?" kata Vina sambil memakan makanannya. "Yey kak Ali bukannya jawab malah senyum senyum!"

"Iya kak jawab dong, kita kan penasaran!"

"Ih kalian apaan sih?" Prilly mencoba menghentikan pertanyaan temannya sebelum pertanyaan itu melebar kemana mana.

"Gue sama Prilly cuman temenan kok." sahut Aliando membuat Prilly sedikit tenang. "Gak tau nanti!" sambungnya membuat Dini tersedak tiba tiba. Viara memberikan air minum untuk Dini. Prilly ikut kaget, tapi tak ditunjukkannya.

"Ampe keselek gue." kata Dini. "Yah gue sih dukung banget kalian berdua." mendengar apa yang dikatakan Dini. Prilly langsung melototi dirinya agar tidak berbicara lebih lagi.

Usai makan mereka kembali melanjutkan perjalanan. Hari sudah menunjukkan pukul lima sore. Prilly melihat ke arah jam tangannya.

"Gak usah khawatir, gue udah izin kok sama nyokap lo!" kata Aliando pada Prilly, seolah tahu apa yang difikirkannya. Seperti biasa Prilly tidaj menjawab.

Yang lainnya tertidur karena kekenyangan. Suasana hening tanpa keributan teman temannya. Prilly mengurungkan niatnya untuk tidur. Walaupun dirinya juga sedang mengantuk. Aliando memutar music kesukaannya. Prilly ternyata satu selera dengan Aliando. Hampir semua music yang diputar Aliando adalah lagu kesukaannya.

"Lo suka lagunya?" tanya Ali melihat Prilly menjentik jentikkan tangannya diatas ransel yang dipangkunya.

"Iya, suka!"

"Gue seneng denger suara lo! Nyanyi dong!" bujuk Aliando.

"Lagi gak mood nyanyi."

"Shila juga suka sama suara lo. Kata dia, lo punya bakat didunia music. Lo cuma perlu kepercayaan diri. Karena dari awal tampil, lo kayak sedikit kaku dipanggung. Sebaiknya ..." Aliando menghentikan pembicaraannya saat melihat lawan bicaranya tengah tertidur. Aliando mengusap rambut Prilly lalu terkekeh melihatnya.

...

Next

Bintang Dilangit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang