Part 33

2.1K 79 3
                                    

"Cieeee.. pacaran sama ka Ali ya pril?" ejek Deno teman sekelas Prilly.

"Gak kok, cuma temenan doang!"

"Ah masaaa!" suara kelas semakin menggema mendengar jawaban Prilly. Suit suitan saling bersambut dari ujung ke ujung kelas. Prilly merasa malu, mengapa Ali harus datang ke kelasnya dan memperlakukannya seperti itu. Bahagia? mungkin iya, tapi enggan diungkapkannya. Hanya merasa risih, banyak teman diluar kelasnya menperhatikan dirinya. Seakan akan tidak pantas diperlakukan seperti itu oleh seorang Aliando, mungkin mereka iri.

"Bilangin abang lo, jangan nyamperin gue ke kelas lagi!" kata Prilly dengan wajah cemberut.

"Abang?" serentak Siva, Dini dan Mila terkejut dengan ucapan Prilly.

Prilly memperhatikan wajah kaget ketiga temannya. Sedetik kemudian menatap Viara yang masih asik menyalin PR Prilly.

"Iya! tapi lo seneng kan?" sahut Viara yang masih asik mencatat.

"Abang siapa maksud kalian?" tanya Dini memastikan.

"Ali, diakan abang sepupunya Viara?" jawab Prilly.

"Whaaat!!" Sifa terkejut mengetahui hal ini. "Kenapa lo ga bilang dari dulu!"

"Sumpah lo ra! kalo gue punya abang kayak Ali, sumpah deh! kemana mana bakal gue ikutin." kata Dini

"Ah lebay lo!" sahut Mila. "Pantesan, waktu kontes, cuma Viara yang biasa aja ngeliat Ali."

"Masih ada stok gak?" tanya Dini lagi.

"Masih tapi bukan sepupu gue! ganteng juga kok!" jawab Viara.

"Seriusan!" jawab Dini dengan mata berbinar.

"Iya, tukang kebun gue!"

"Yaaaah, asem lo!" Dini menoyor bahu Viara kesal. Viara hanya tertawa melihat ekspresi teman temannya yang terkejut mengetahui dirinya adalah keluarga Aliando.

...

"Pril, ke kantin yuk!" ajak Viara kemudian mengajak teman yang lainnya. "Kenapa Pril?" tanya Viara karena Prilly tidak menjawab pertanyaan Viara. "Pril, kamu baik baik aja kan?"

"Iya, agak ngantuk dikit." jawab Prilly dengan suara sedikit garau.

"Yaudah, gue beliin makanan ya, kita makan dikelas aja bareng bareng." kata Dini

"Gak kok, ini aku udah bawa bekal."

"Gue nitip aja ya, mau nemenin Prilly." kata Viara.

Viara yang mengetahui keadaan Prilly sekarang, tidak ingin meninggalkan Prilly sendirian. Wajah Prilly pucat, dan dirinya tidak seceria biasanya.

"Minggir!" seseorang tiba tiba masuk kekelas Prilly kemudian menghentakkan tangannya keras dimeja tepat dihadapan Prilly. "Lo nantangin gue Pril? Sekali lagi, dan terakhir kali gue kasih tau ke elo. Aliando itu tunangan kakak gue! Mulai sekarang, lo jangan pernah deketin tunangan kakak gue! Kalau lo gak mau disebut wanita murahan!" katanya penuh marah.

"Gue gak.." Prilly memegang kepalanya, kemudian mengerang kesakitan. Viara bergegas memeluk Prilly.

"Lo !" Viara menggempalkan tangannya marah. Tapi keadaan untuk melayani Rara sangat tidak tepat. Viara lebih memilih membopong Prilly ke UKS.

...

"Udah enakan?"

Prilly mulai sadar, setelah beberapa saat tadi tertidur. Aliando yang pada saat itu sedang berada dikantornya langsung mendatangi Prilly setelah mendengar kabar dari Viara.

"Kamu belum makan kan? Aku suapin ya!" kata Ali sambil mengelus pucuk rambut Prilly.

"Aku makan sendiri aja!" Prilly mengambil kotak makan ditangan Aliando.

"Aku yang suapin!" Aliando menarik kotak makan menjauh dari tangan Prilly. Prilly mengangguk kesal. "Maafin aku ya! Nanti aku bakal ngomong sama Rara."

Prilly menggeleng pelan. "Gak usah. Dia berhak marah kok!"

"Gak! Dia gak pantes marah sama kamu!" jawab Ali tegas. Prilly hanya diam.

Viara datang membawakan teh hangat. Suasana menjadi cair setelah kedatangan Viara. Usai makan, Ali membawa Prilly pulang. Karena kondisinya tidak memungkinkan untuk melanjutkan ke jam pelajaran berikutnya.

Diperjalanan, Prilly tertidur cukup pulas. Ali mengelus pipi Prilly lembut.

"Tidur aja kamu gemesin!" bisik Ali sambil terus mengelus pipi Prilly. Tanpa disadari, yang dilakukan Ali justru membangunkan Prilly. Ali menarik tangannya begitu mengetahui Prilly sadar.

"Maaf!" kata Ali.

"Cari kesempatan aja!" kata Prilly kesal. "Aku duduk belakang aja!" kata Prilly melepaskan sabuk pengaman dan ingin pindah kebelakang.

"Gak boleh!" Ali menahan tangan Prilly. "Pake sabuk pengaman lagi!"

"Ih kenapa emang?"

"Aku bukan supir!" katanya dengan wajah pura pura serius. "Pasang!" katanya lagi tegas.

Prilly memanyunkan bibirnya diperlakukan Ali seperti itu sambil menuruti apa yang diperintahkan oleh Ali.

"Kamu tambah cantik kalau kayak gitu mukanya."

Mendengar perkataan Ali, Prilly langsung mengerutkan kedua alisnya. Kemudian Ali menyubit pipi Prilly gemas, membuat Prilly sontak menepuk nepuk tangan Ali. Ali tertawa puas melihat ekspresi wanita ini.

"Kamu mau diapain juga mukanya tetep cantik!" kata Ali memperlihatkan jejeran giginya yang rapi. "Jadi gak usah pasang muka yang bikin aku tambah gemes! Nanti aku tambah cinta!"

cinta.. Prilly terhenyak. Rasanya degup jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Tangannya lemas. Saat Bima mengatakan cinta, perasaan Prilly tidak seperti ini. Apakah ini tanda bahwa dia juga mencintai Ali.

"Kok kamu grogi gitu?" tanya Ali mengambil tangan Prilly kemudian menciumnya.

Nyesss.. Desir darah seakan mengalir cepat. Prilly menatap tangannya yang baru saja dikecup Aliando.

"Aku cinta sama kamu. Tapi belum saatnya, masa aku nembak dijalan gini? ntar kalo ditolak bisa melayang ni mobil!" kata Ali asal.

Prilly mengambil hp nya untuk mencari hiburan apa saja yang bisa mengalihkan perhatiannya.

....

next

Bintang Dilangit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang