Part 28

1.6K 65 5
                                    


Sepulang sekolah, sahabat Prilly datang menjenguk Prilly dirumah sakit. Prilly masih terlihat pucat. Viara, Dini, Sifa dan yang lainnya berusaha menghibur Prilly agar dirinya bisa lekas sembuh dan kembali pulih.

"Eh ada kalian, ini bunda bawakan camilan." Dilara datang membawakan beberapa camilan untuk tamu yang datang.

"Wah tante repot-repot. Kami udah mau pulang kok tante!"

"Kok cepet?"

"Belum pulang kerumah tan, tadi langsung kesini pulang sekolah." Mereka menyalimi tangan Dilara satu persatu untuk pamit pulang.

"Hati hati dijalan yaa, udah senja! Makasih ya udah jengukin Prilly!"

"Iya tante.."

...

"Emm guys! Kalian deluan aja, aku ada yang ketinggalan!" Viara kembali masuk kedalam rumah sakit. Dia terus saja mengotak atik handphonenya sepanjang koridor rumah sakit. Tanpa sadar dia menabrak seseorang hingga handphonenya terpental kebelakang.

"Ya ampun neng, kalau jalan jangan main hape atuh!" kata seseorang disekitarnya.

"Maaf pak! Maaf!" Viara meminta maaf pada seseorang yang baru saja ditabraknya. Beruntung bapak itu tidak emosi.

Viara segera mencari handphonenya yang terpental cukup jauh. Viara menepuk jidadnya saat menemukan handphonenya dalam keadaan yang tidak semestinya. Layarnya pecah. Dia segera mengambil dan memperhatikan detail kerusakan handphonenya. Dan ya! Handphonenya rusak. Viara menggeleng gelengkan kepalanya. "Kenapa lo rusak disaat gue perlu banget lo!" gerutunya.

"Hei! Lo temennya Prilly kan?" seseorang menepuk bahu Viara dari belakang.

"Eh iya! Lo Bima kan?" sahut Viara setelah menengok ke belakang dan mengingat siapa orang yang sedang menyapanya.

"Yaudah yuk, gue mau ke ruangan Prilly. Mau bareng?" Viara mengangguk.

Viara masih saja berkulat dengan handphonenya. Tapi kali ini dia berusaha agar handphone itu bisa hidup bagaimanapun caranya. Dari digoncang, diketuk, hingga mencoba menekan semua tombol yang ada.

"Kenapa handphone lo?"

"Tadi kebanting, terus ya gini layarnya pecah!" Katanya sambil mengangkat kedua bahunya.

"Coba liat!" Bima memperhatikan kerusakan handphone Viara. "Ini tinggal lo ganti LCD-nya aja! kayaknya handphonenya masih bagus kok!"

Viara mengangguk paham.

...

"Eh nak Viara? ada yang ketinggalan?"

"Gak tante, masih pengen nemenin Prilly."

"Oh yaudah! kebetulan, tante minta tolong jagain Prilly ya, tante mau pulang sebentar ngambil selimut buat Prilly." kata Dilara.

"Siap tante, bakal aku jagain!"

"Saya anter tan." kata Bima.

Seusai Bima dan Dilara keluar untuk pulang. Viara segera menghampiri Prilly dan duduk senyaman mungkin disamping Prilly.

"Prill.." Viara memanggil dengan pelan.

Prilly membuka matanya pelan lalu menatap Viara. "Viara?" suaranya terdengar lemas.

"Gue mau cerita sesuatu, tapi maaf kalau waktunya gak tepat!"

"Apa ra?"

"Bang Ali, Pril!"

"Ali? kenapa?"

"Bang Ali itu... dia kaka sepupu gue." Viara menahan tubuh Prilly saat dia mencoba untuk bangkit.

"Kenapa lo selama ini gak cerita?"

"Maaf Prill, gue cuma takut, kalau lo tau Bang Ali itu sepupu gue, lo gak bakal mau cerita ke gue tentang dia." Viara menggenggam tangan Prilly. "Gue tau semuanya Pril, Bang Ali banyak nanya nanya tentang lo ke gue." Viara berdiri dan duduk mendekat ke samping Prilly. "Dia cinta sama lo Pril..banget!"

Air mata Prilly kembali menetes. "Kalau dia cinta sama gue, kenapa dia ninggalin gue ra?"

"Dia pergi bukan buat ninggalin lo, Prill! Ada hal yang membuat dia memutuskan untuk pergi."

Banyak hal yang ingin Prilly tanyakan. Tapi dadanya sesak. Prilly teringat saat dimana dia dan Aliando menuliskan sebuah surat dan dilempar kelaut. Dimana saat itu perasaannya hancur. Dia mengira saat itu akan menjadi awal yang baru karena sudah berhasil membuka hatinya untuk Aliando, tapi ternyata saat itulah perpisahan antara mereka.

Viara menundukkan wajahnya. Matanya menatap handphonenya kembali. Dia kembali merutuki kebodohannya merusak handphone disaat yang tidak tepat.

"Gue bakal bawa Bang Ali buat lo Pril." Viara mengusap rambut Prilly pelan.

"Gak ra! Gue mau cinta yang ngebawa dia kesini, bukan lo, bukan siapapun!"

Setelah Dilara dan Bima datang Viarapun pamit pulang.

...

Prilly membuka handphonenya. Banyak pesan masuk dari teman temannya yang mengucapkan lekas sembuh. Tapi tidak satupun ada panggilan bahkan pesan dai seseorang yang sedang ada difikirannya.

Next

Bintang Dilangit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang