Part 14

2.4K 73 0
                                    


Pulang sekolah, Prilly dan teman temannya menuju rumah Tere, diantar oleh Pak Joko, supir Pribadi Siva. Sepanjang perjalanan mereka memikirkan jalan keluar untuk Vina. Vina memang kerap kali terlihat murung, tak mau menceritakan apa yang sedang dialaminya. Sesampainya dirumah Tere, Dini segera mengambil handphone dari saku tas nya untuk menghubungi Tere. Telepon di reject oleh Tere. Tidak lama kemudian dia muncul dari balik pintu dan membuka gerbang untuk mereka semua.

"Vina lagi tidur, gue gak cerita kalian bakal kesini!" kata Tere sembari mempersilakan teman temannya masuk.

"Pak pulang deluan aja, nanti kalau mama tanya. Bilang aja aku kerja kelompok." Siva tidak ingin Pak Joko menunggunya lama. Lalu ia berlari menyusul yang lainnya didalam.

Mereka tengah berkumpul di ruang tamu. Ada yang menopang dagu dengan tangan. Ada yang bersender di dinding. Dan menjentikkan tangan dimeja. Tanda mereka semua sedang memikirkan jalan keluar.

"Gimana ya Pril?" tanya Tere pada Prilly yang memang biasanya pandai memecahkan masalah.

"Gimana kalau kita hubungi keluarganya dia aja? Kita ceritakan yang sebenarnya!" ujar Siva menyahut.

"Jangan!" potong Prilly. "Kita gak usah ikut campur masalah Vina, biar dia aja yang ceritain semuanya. Kita gak tau apa yang sebenarnya terjadi. Cuma Vina yang bisa jelasin. Gimana kalau kita anter langsung dia kerumah keluarganya aja?"

Ide Prilly memang diakui bagus. Tapi diantara mereka tidak ada yang tahu dimana keluarga Vina berada. Jangankan keluarga, selama ini saja Vina tidak pernah mengajak mereka kerumah.

"Bujuk Vina aja biar kasih tau jalan." kata Fika.

"Kalian?" Vina keluar dari kamar Tere dengan wajah baru bangun tidur dan terkejut melihat teman temannya memenuhi ruang tamu. "Tere! Lo kasih tau mereka?" raut wajah kecewa tercetak jelas diwajah Vina.

"Vin gue gak maksud!" Tere terpaku ditempat, tidak tahu apa yang dilakukannya benar atau salah.

Vina segera kembali ke kamar Tere, lalu kembali keluar dengan membawa ranselnya. Bergegas untuk pergi meninggalkan mereka semua.

"Vin ! Lo gak bisa gini!" Prilly segera menghalangi Vina dengan menarik lengannya. "Lo gak nganggap kita sahabat? Gue, Tere, semuanya... Udah nganggep lo keluarga sendiri. Ngapain lo sembunyiin masalah lo? Lo fikir kita kita gak berguna buat lo?"

Kata kata Prilly berhasil membuat Vina mematung sejenak. Bahunya kini bergetar. Prilly merasakan sahabatnya kini sedang menangis. Sontak segera Prilly memeluk Vina.

"Kita semua sayang sama lo!" kata Dini berdiri menggenggam tangan Vina. Yang lainnya ikut menghibur dan meyakinkan Vina, bahwa dia tidak sedang sendirian.

Akhirnya Vina duduk ditengah tengah  mereka semua. Tidak ada yang memaksa Vina untuk bercerita. Mereka menjaga Privasi Vina. Tapi Vina tiba tiba menceritakan segala rahasia hidupnya. Selama ini dia tinggal bersama orang tua tirinya. Dia diadopsi dari sebuah panti asuhan sejak umur sepuluh tahun. Sayangnya ibu tirinya tidak menyayanginya. Ayah tirinya juga terkadang membela istrinya daripada Vina. Vina memiliki adik (anak kandung dari ayah dan ibu tirinya) yang baru berusia lima tahun. Sejak adiknya lahir, Vina kerap kali dipukul bahkan tidak diberi makan karena dianggap tidak bisa menjaga bayi. Dan yang paling parah adalah tadi pagi. Dimana ia menemui adiknya yang terjatuh dihalaman saat ingin pergi sekolah. Siku tangan dan kaki adiknya berdarah. Vina menggendongnya masuk kerumah. Ibu tiri yang melihatnya, mengira itu karena Vina. Akhirnya tamparan keras melayang ke pipi Vina. Vina menangis dan memilih pergi ke rumah Tere yang tidak jauh dari sekolah.

Setelah mendengar cerita Vina panjang lebar diiringi dengan air mata yang mengalir di pipi Vina. Mereka semua akhirnya paham mengapa selama ini Vina mendadak pendiam, memilih pulang lebih dahulu saat hangout. Orang tua tirinya begitu keras, bukan karena mendidik, tapi entah alasan apa memperlakukan Vina seperti itu.

"Jadi lo mau gimana Vin?" tanya Dini.

"Lo gak mungkin balik ke rumah itu kan?" Siva menyambung pertanyaan Dini.

Vina menggelengkan kepalanya, bingung harus bagaimana. "Gue mau balik ke panti aja!"

"Terus gimana sekolah lo?" Prilly menghapus air mata dipipi Vina.

Vina tersenyum. "Gak papa, dipanti nanti gue disekolahin kok."

"Pantinya dimana?"

"Bekasi."

"Yaudah kita anter!"

"Gak usah, gue gak mau ngerepotin kalian."

Tanpa basa basi dan mendengarkan alasan Vina, Prilly langsung menghubungi Mila. "Kak, bisa anter aku ke bekasi?"

"Jauh banget. Ngapain Pril?" tanya Mila kaget dari balik telepon.

"Bantuin temen, yah kak !!" bujuk Prilly. Mila mengiakan tanpa bertanya lagi. "Yaudah aku sms alamat aku sekarang ya kak!"
Tuttt*
Telepon terputus. Prilly sibuk mengetik alamat rumah Tere agar Mila segera menjemputnya sebelum hari mulai sore.

"Gue gak tau harus bilang apa sama kalian!" Vina memeluk mereka semua. "Makasih ya!"

"Kita masih bisa ketemukan?"

"Main aja kepanti, nomer gue juga gak bakalan gue ganti!"

(massage)

From : Mila

Pril, tadi kakak mau berangkat kesana. Tapi cowok itu bilang dia aja yang anter kamu. Sudah izin sama mama juga kok.

Prilly mengernyit heran. Menerka nerka maksud dari perkataan Mila. Tidak lama setelah Prilly memutuskan untuk menelpon Mila menanyakan maksud dari pesan Mila. Ada panggilan masuk dengan nomor yang tidak dikenal. Prilly segera mengangkat telpon. "Hallo?"

"Gue udah diluar."

Prilly masih bertanya tanya. "Gue keluar bentar." Prilly segera bangkit dari duduknya dan pergi keluar. Menjenguk dari balik jendela. Mobil itu. Mobil yang sangat dikenalinya. Mobil yang sama saat mengantarnya sekolah tadi pagi.

"Ngapain sih tu orang, ngikutin gue mulu!" gerutu Prilly dibalik jendela.

"Siapa Pril!"

Kedatangan Dini mengagetkan Prilly. Dia ikut melirik ke arah luar. "Ya ampun !!" Dini kaget saat melihat pemilik mobil keluar dari mobil mewah itu. "Itukan juri ganteng itu!! Ngapain dia kesini?" pandangan Dini menyelidik ke arah Prilly. "Dia jemput lo?"

Prilly menghentakkan bahunya. Tidak menghiraukan pertanyaan Dini. Prilly mengajak teman temannya untuk segera bergegas mengantar Vina. Mereka mengikuti langkah Prilly. "Ayo din lo ikut gak!" kata Prilly pada Dini yang masih memandangi lelaki itu dibalik jendela.

"Ikut ikut!" Dini segera mengambil tas selempangnya sebelum dirinya ditinggalkan.

Sama seperti Dini. Yang lainnya ikut kaget saat melihat sosok Aliando yang sedang berdiri didepan mobilnya menunggu Prilly.

"Prill? Gak salah? Lo tadi nelpon kakak lo kan?" tanya Tere.

"Gak usah nanya soal dia ya. Gue juga gak bisa jawab!" kata Dinda bergegas mendekati lelaki itu.

"Hai Pril!" Aliando langsung menyapa saat sosok Prilly hadir didepannya. "Yuk!" katanya langsung membukakan pintu depan untuk Prilly. Teman teman Prilly terkejut melihat Aliando memperlakukan Prilly layaknya seorang kekasih. Mereka tidak mengetahui sahabatnya kini sedang didekati oleh pujaan satu sekolah.

...

Next

Bintang Dilangit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang