One

106 5 0
                                    

Berusaha untuk selalu diam dan tenang saat seseorang yang kau sukai berada dalam radius dekat itu sangat sulit. Jantungku ingin meledak karena berdebar terlalu kencang dengan kecepatan tinggi. Min Yoongi memang tidak baik untuk kesehatan.

Aku melakukan rutinitas pagi yaitu memperhatikan Min Yoongi yang sedang berjalan melewati hall divisiku untuk sampai ke studionya. Ia terlihat tampan dengan rambut hitamnya. Lihatlah, ia semakin populer sekarang. Divisiku akan mengheningkan cipta seketika saat ia lewat. Sebenarnya banyak yang berusaha menyapa, tetapi ia selalu membalas singkat atau bahkan kadang tidak membalas sama sekali. Min Yoongi memang bukan seseorang yang suka bersosialisasi.

Lalu, bagaimana denganku? Aku tidak pernah berusaha menyapanya. Aku bukan orang yang satu level dengannya dan kenyataan ini membuatku selalu merasa tidak pantas bahkan untuk berjalan melewatinya atau berada dalam satu lift yang sama. Aku tahu ia tidak akan mengenalku dan ia akan dengan percaya dirinya mengacuhkanku. Min Yoongi adalah seorang jenius musik dan composer terkenal, seorang independen yang dingin, dan laki-laki yang tampan dan penuh kharisma. Sementara aku, hanya seorang adik kelas satu kampusnya dulu yang tergila-gila dengannya dan tidak tahu harus melakukan apa.

Sudah sekitar tiga tahun aku hanya diam memperhatikannya dari jauh. Aku juga ingin menjaganya, tapi karena ia adalah seorang Min Yoongi maka ia bisa menjaga dirinya sendiri dengan sangat baik tanpa bantuan orang lain. Bahkan ia tidak keberatan mengurus teman-temannya yang kadang sangat menyebalkan dan berisik.

Bagaimana ya? Ini adalah perasaan yang sulit untuk digambarkan. Mungkin kalian berpikir aku adalah seorang secret admirer atau kebetulan adalah fans dari sebelum Min Yoongi terkenal. Well, itu memang benar. Tetapi lebih dari itu jika ingin berbicara soal perasaan, perasaanku tidak seremeh 'suka' sebagai fans atau cinta monyet anak SMA tetapi juga tidak se-serius 'cinta'. But I swear to God, I'm really feeling it right now. Deadly serious that I cherish every moment I spent to admire him, I feel every heart beat when I saw him and I just want to say thanks to God because he made him so perfect compared to other human.

Perasaan diam-diam ini sudah berlangsung sekitar tiga tahun. Kadang aku lelah karena tidak bisa melupakannya berhubung aku tahu kalau perasaan ini tidak akan membuahkan hasil. Aku sudah berusaha melupakannya berulang-ulang kali. Aku juga sering mengatakan pada diriku sendiri,'ini hanya seorang Min Yoongi, jangan berlebihan! Masih banyak laki-laki lain yang lebih baik darinya'. Aku juga sering bertanya,'kenapa harus Min Yoongi?' dalam hati. Namun hati ku seolah-oleh berkhianat dan menjawabnya tenang sambil berkata,'karena ia Min Yoongi yang bisa membuat mu jungkir balik kesana kemari tanpa perlu melakukan sesuatu yang berarti, karena ia Min Yoongi makanya laki-laki lain tidak bisa dengan mudah menggantikannya. Laki-laki yang lebih baik memang bertebaran di luar sana, tetapi karena ia Min Yoongi, sudah pasti hanya dia yang aku inginkan'. Kadang aku memang agak bodoh saat jatuh cinta. Eh, cinta...?

"Cheryl Yoon, sekali lagi kau melamun aku akan benar-benar memecat mu!" Ah suara ini, suara kepala editor Lee Youngmi.

Aku langsung melihat ke arahnya dan mengangguk. "Maaf, Bu", kataku pelan. Hampir saja. Ini sudah ancaman yang ke... Yang keberapa ya?

"Ini sudah ancaman yang ke-100, Yoon Jihye! Sebentar lagi kau pasti akan dipecat", aku memutar kursiku ke sumber suara.

"Kim Yura, kau berlebihan! Tidak sampai seratus", kataku sewot pada teman satu kubikelku itu.

"Oh benarkah? Apakah aku salah hitung? Kalau begitu pasti sebentar lagi menjadi seratus!" katanya sambil menaik turunkan alisnya.

"Tidak akan! Lagi pula berhenti memanggilku begitu!" Aku memutar kembali kursiku menghadap meja dan setumpuk naskah yang harus dikoreksi.

Twenty TwoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang