Sixteen

23 5 0
                                    

"Jimin?" Yoongi berbicara kepada orang di seberang sambungan teleponnya. Cheryl yang sedang mencuci piring tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menguping.

Jimin? Jimin yang mana? Pria? Wanita? Atau adikkelas yang itu? TanyaCheryl dalam hati.

"Oh... Kau sudah selesai tes?" Tanya Yoongi. Cheryl menyadari betapa lembutnya suara Yoongi ketika berbicara di telepon.

Mungkin wanita, pikir Cheryl kecewa.

"Bisa tolong jemput aku?" Seketika Cheryl menghentikan segala pergerakannya.

Apa ia masih mabuk? Tidak mungkin ia menyuruh seseorang menjemputnya kesini, ke rumahku, kata Cheryl dalam hati. Keningnya berkerut dan bibirnya sedikit terbuka menunjukkan ketidaksetujuan.

Cheryl berbalik menghadap Yoongi yang sedang duduk di tepi ranjang masih dengan boxer hitamnya yang kontras dengan kulit putihnya,"maaf, tapi Yoongi-ssi..."

"Aku akan mengirim alamatnya lewat chat", kata Yoongi mengakhiri panggilannya tanpa menggubris kata-kata Cheryl sedikitpun.

"Min Yoongi-ssi", panggil Cheryl lebih keras setelah Yoongi benar-benar menutup teleponnya. Masih belum menggubris Cheryl, Yoongi bangun hendak memakai kembali bajunya.

"Min Yoongi-oppa!" panggil Cheryl kali ini lebih keras lagi. Ia sudah menyerah dengan silent treatment yang Yoongi berikan.

"Ya? Kau memanggil?" Tanya Yoongi sambil tersenyum cerah hingga menampilkan gusinya. Kemenangan terlihat jelas di wajahnya. Cheryl sudah menolak untuk memanggil Yoongi dengan sebutan oppa, tetapi Yoongi baru saja berhasil membuat dirinya memanggil Yoongi dengan sebutan oppa.

"Hmm... Bukankah aneh kalau menyuruh orang menjemputmu kesini? Di rumah seorang wanita dan..." suara Cheryl semakin mengecil. Ia berbalik melihat ke arah lain selain Yoongi yang berjalan bebas di depannya.

"Memangnya kenapa?" Tanya Yoongi enteng. Terdengar suara dentingan besi yang menandakan Yoongi tengah memakai celananya.

Memangnya kenapa? Kalau orang tersebut berpikir kami habis melakukan yang yang tidak-tidak bagaimana? Pikir Cheryl lagi.

"Tenang saja, aku akan meminta Jimin menunggu di bawah. Kau tidak perlu mengantarku keluar dan Jimin tidak akan melihatmu. Masalah selesai", Cheryl berbalik hendak membantah lagi tapi kata-katanya hilang begitu saja begitu melihat Yoongi yang memakai bajunya dengan cara yang sangat maskulin. Ia bisa melihat otot-otot lengan dan tubuh bagian atasnya bergerak dengan jelas. Kemudian kepala Yoongi yang keluar dengan rambut berantakan muncul dari lubang bagian kepala.

Banyak film-film luar negeri yang pernah Cheryl tonton, banyak lelaki tampan dengan tubuh bak model di dalamnya melakukan apa yang Yoongi sedang lakukan sekarang. She can't help but stare. Ia mungkin akan menyesal jika Yoongi memergokinya dan mengejeknya soal itu, but screw that Yoongi looks so breathtaking right at the moment.

"Aku akan bergaya, cepat ambil foto", kata Yoongi sambil membenarkan letak jaketnya. Cheryl yang tersadar akan lamunan liarnya tentang Min Yoongi seketika memerah. Anehnya, ia tidak merasa menyesal. Kapan lagi melihat Min Yoongi seperti tadi kan?

"Ah tidak. Maafkan aku", ia membungkuk meminta maaf. Cheryl merasa buruk karena mungkin saja ia membuat Yoongi merasa tidak nyaman. Yoongi hanya tersenyum, lebih tepatnya menyeringai.

Yoongi mengumpulkan barang-barangnya sementara Cheryl hanya bisa melihat dari dapur. Terjadi keheningan yang terasa canggung, paling tidak bagi Cheryl. Ia hanya bisa berdiri sambil bersandar di counter dan memainkan apapun yang tangannya bisa sentuh. Ia sebenarnya ingin membuat Yoongi tinggal lebih lama lagi karna ia belum sembuh sepenuhnya. Tapi bukankah itu akan terlihat aneh? Bagaimana kalau Yoongi berpikir Cheryl sedang memanfaatkan situasinya saat ini? Maka Cheryl lebih memilih diam dan mengikuti keinginan Yoongi.

Twenty TwoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang