Twelve

53 3 0
                                    

Akhirnya aku sampai di rumah dengan selamat meskipun rasa takut masih menyelimutiku. Hari ini adalah hari yang cukup sial, tidak mungkin 'kan aku terkena sial sampai dua kali? Surely this universe won't hate me that much.

Aku tidak tahu pasti apa yang kulihat dengan mataku tadi di balik pilar. Aku hanya ingin melupakan itu dan kembali menjalani hidup damai. Aku akan menganggap tidak pernah melihatnya. Aku adalah wanita independen yang pemberani, pertahankan itu. Lupakan kejadian menangis di lift tadi, itu adalah ketidaksengajaan.

Gantungan koala dan logo bertuliskan 'I love Japan' dengan beberapa huruf kanji yang tidak kumengerti menghiasi kunci apartemenku, aku mendapatkannya dari Bibi Mary yang menghabiskan hampir setengah dari hidupnya untuk berjalan-jalan. Ya, apartemenku masih menggunakan kunci, tidak seperti apartemen di Korea pada umumnya. Aku memasukkannya ke lubang kunci dan memutarnya dua kali.

Setelah aku memutuskan untuk masuk kuliah dan bekerja, aku sempat depresi memikirkan biaya-biaya selain uang kuliah yang harus kukeluarkan. Aku harus membayar sewa, makan, dan biaya tugas kuliah yang tidak sedikit. Dikarenakan biaya-biaya tidak terduga yang sering muncul setiap bulannya, aku berusaha menekan biaya lain. Hingga suatu hari aku pernah tidak makan selama dua hari atau lebih, aku tidak menghitung berapa lama pastinya. Akhirnya aku memutuskan untuk pindah ke apartemen yang sewanya lebih murah.

Disinilah aku, masih di tempat yang sama. Awalnya kupikir setelah aku mendapatkan pekerjaan yang layak, beberapa aspek dalam kehidupanku akan berubah. Ternyata tidak juga, mungkin dikarenakan dua bulan waktuku bekerja itu masih terhitung sebentar. Lagipula aku juga memanfaatkan satu per tiga dari gaji bulananku untuk menabung, satu pertiga lainnya untuk mengurus asuransi dan biaya tidak terduga, dan satu pertiga yang terakhir baru bisa kumanfaatkan untuk kebutuhan pokok. Ini adalah cara perhitungan yang selalu ibuku gunakan. Gajiku ya... lumayan sih dan aku sangat bersyukur untuk itu. Aku jadi tidak perlu khawatir tidak makan dan harus bekerja hampir dua puluh empat jam dalam sehari. Pendidikan memang investasi yang cukup menjanjikan.

Jika di drama, kalian bisa terlihat lampu otomatis yang menyala di depan pintu masuk apartemen dengan kecanggihannya. Apartemenku tidak memilikinya. Saat ini 2017 dan apartemenku masih terasa seperti tahun 2000 dengan fasilitasnya, meskipun disini adalah ibukota Korea, Seoul. Sebenarnya Itu bukan masalah besar untukku, aku masih bisa melakukannya secara manual.

Hal lain yang mempertahankanku untuk tinggal disini lebih lama adalah ligkungannya yang cukup nyaman, pemilik apartemen atau yang bisa disebut juga dengan induk semang yang baik, dan suasana yang sudah seperti rumah sendiri. Lingkungan sekitar memang agak sepi tapi terbilang aman. Induk semangku bahkan memberikan fasilitas reparasi dan upgrade pada kamar mandiku ketika hari perayaan tiga tahun aku tinggal disana. Ia cukup merasa spesial karena aku bertahan selama tiga tahun disana dan tidak pernah komplain. Total 10 unit apartemen hanya lima yang berpenghuni membuatku merasa lebih nyaman. Aku memang seorang penyendiri.

Aku memasuki apartemen dengan keadaan gelap gulita. Sebelum pergi aku memang selalu meamtikan lampu agar hemat listrik, hal ini sudah menjadi sebuah kebiasaan. Memandang kegelapan yang tidak berujung membuatku lagi-lagi flashback kepada kegelapan di lift tadi dan kata-kata misterius dari Min Yoongi yang membuatku masih bertanya-tanya hingga sekarang.

Mungkin ada baiknya kalau aku bisa punya peliharaan. Aku cukup kesepian berada disini sendirian. Meskipun apartemen ini juga tidak besar bahkan tidak memiliki ruang yang cukup jika seseorang bertamu dan menginap. Apartemen ini hanya memiliki satu rangan besar yang sudah termasuk tempat tidur, dapur dan ruang TV. Disertai dengan satu kamar mandi kecil.

Sepatuhigh heels hitam bermodel stiletto yang kuingat kudapatkan saat sale akhir tahun itu kulepas dan kuletakkan di atas rak di samping pintu. Aku ingin tertawa kalau mengingat hari itu ketika aku harus rela disikut sana sini oleh ibu-ibu dan para wanita pemburu diskon, beruntung aku bisa mendapatkannya sepasang.

Twenty TwoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang