Ia bukan satu-satunya pemilik sepatu yang berisik di lobby luas gedung ini. Kaki-kaki kecilnya berlari dengan langkah sempit. Sangat jelas, gadis itu terlihat terburu-buru. Rok span coklat kayu yang ia kenakan terlihat membatasi langkah buru-burunya.
Bahu kanan menyangga tas besar dan tangan kiri menenteng paper bag coklat yang berisi barang yang bukan miliknya. Cheryl hampir saja terpeleset dan jatuh di tengah lobby karena high heels miliknya yang licin dan tentu saja bukan diciptakan untuk berlari. Untungnya ia tidak sampai jatuh, buru-buru ia kembali menegakkan tubuhnya dan kembali berjalan cepat, kali ini lebih berhati-hati.
Lobby yang sedang ia sebrangi nampaknya tidak kunjung berakhir. Orang-orang yang sama-sama tidak beruntung seperti Cheryl seakan saling tidak mau mengalah untuk mendapatkan lift. Ia terpaksa menunggu beberapa menit untuk mendapatkan tumpangan menuju lantai 23 dimana tempat kantornya berada.
Seketika ia menyesali keputusannya untuk tidur lebih lama. Ia harusnya langsung bangun dan bersiap-siap untuk berangkat. Entah kenapa hari itu Cheryl tidak ingin pergi ke kantor, membuatnya malas-malasan untuk bangun. Ia tahu kepala editornya akan menyemprotnya karena berani izin disaat kerjaannya sedang menumpuk.
Mana mungkin aku meninggalkan Min Yoongi sendirian. Ia sedang sakit dan itu karena aku. Ayolah Cheryl, berhenti mengeluh. Love is all about taking a risk! Cheryl berkata pada dirinya sendiri dalam hati. Otak rasionalnya terus mengeluh pada hatinya yang sedang dimabuk kepayang karena Yoongi. Hati dan otak Cheryl memang kadang tidak sejalan.
Berkali-kali ia melihat jam yang mengikat tangan kirinya. Lima menit lagi ia harus sampai dan menempatkan sidik jarinya di mesin atau ia akan mendapatkan surat peringatan. Hingga saat ini Cheryl belum pernah terlambat. Sangat disayangkan jika ia harus mengalahkan rekornya selama beberapa bulan belakangan ini.
Tangga darurat! Pikir Cheryl.
Heels dan rok span seketika menahan niatnya. Lantai 23 adalah perjalanan yang jauh. Itu pun tidak akan menjamin ia akan sampai dalam lima menit. Dari pada berlari menaiki tangga dan terlihat kehabisan napas dan di cap bodoh, lebih baik ia menunggu lift dengan tenang.
-----
"Terlambat, Nona Yoon?" Tanya kepala editornya. Mejanya yang tepat berada di depan pintu ruangan memungkinkannya melihat karyawan-karyawan terlambat seperti Cheryl. Wanita single berumur 40-an itu mengangkat kaca mata bacanya dan melihat jam di tangan kirinya.
"Maaf bu. Saya tidak akan mengulanginya", kata Cheryl pasrah sambil menundukkan badannya. Ia menggunakan ekspresi paling menyedihkan untuk meluluhkan hati kepala editornya. Cheryl dengan lihai berjalan cepat sebelum kepala editornya terlanjur mengeluarkan kalimat pedas yang tidak enak di dengar di pagi hari yang sial ini.
"Puas dengan liburan mu?" Tanya Yura tanpa mengalihkan matanya dari layar komputer. Nampaknya ia juga memiliki deadline mencekik sama sepertinya.
"Tentu saja tidak. Bagaimana bisa menikmati liburan saat terbayang-bayang tanggung jawab. Aku butuh liburan yang sesungguhnya", jawab Cheryl. Ia sibuk menaruh tasnya dan merapikan mejanya yang kebetulan terlihat sangat berantakan.
"Hey apakah seseorang menyentuh mejaku kemarin?" Tanya Cheryl kesal. Ia tidak suka seseorang menyentuh barangnya tanpa izin. Bukannya pelit, ia hanya tidak suka seseorang menginvasi privasinya.
"Uh, aku tidak ingat", kata Yura, akhirnya matanya terlepas dari layar komputer dan memperhatikan meja Cheryl yang memang terlihat berantakan. Cheryl menghela napas dramatis. Ia sangat tidak suka lingkungan yang berantakan, paling tidak sesuatu yang bisa terjangkau penglihatannya harus berada di tempatnya. Terpaksa ia melakukan sedikit beres-beres agar ia bisa bekerja dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twenty Two
ФанфикSiapa sangka seorang yang hanya menjadi mimpi bagiku dua tahun yang lalu menjadi kenyataan? Dua puluh dua tahun umurku dan saat itu lah keajaiban sekaligus bencana terjadi. Tidak tahu harus menyalahkan siapa, ia salah dan akupun salah. Seharusnya ak...