Four : The Most Beautiful Moment in Life Pt. 2

31 3 0
                                    

Suara tersengal itu disusul suara musik bertempo lambat. Sayup-sayup terdengar suara bola basket yang membentur lapangan menandakan temponya. Suara tersengal, musik bertempo lambat dan suara bola basket itu memberi kesan emosional yang sangat kental meskipun lagu ini baru berlangsung beberapa detik. Aku tahu lagu ini akan menjadi sesuatu yang sangat berbeda dan aku tidak siap.

Mataku terus tertuju pada laki-laki itu. Ekspresi wajah dan aura yang ia keluarkan menambahkan kesan yang membuatku semakin merasakan sebuah 'emosi'.

Oneulttara rimi meoreoboyeo. (Lingkarannya terasa semakin jauh dari hari ke hari.)

Ia melakukan rapp. Baru satu kalimat yang keluar dari bibirnya tetapi aku sudah merasa merinding. Suara itu. lagi-lagi udara seakan menipis ketika aku mendengar suara itu.

Hyeonshiri duryeoun sonyeon gongeul deonjilttaemyeon. (Lelaki yang takut akan kenyataan tetapi hatinya berada dalam kedamaian.)

Huh? Aku juga selalu takut akan kenyataan. Meskipun aku tidak bisa menghilangkan rasa takutnya, paling tidak kau tidak melewatinya sendirian. Aku ingin pergi keatas panggung dan memeluknya. Aku tahu bagaiman rasa takut itu.

Hollo deonjineun gong. Rimeul hyanghaeseo naega deonjineun geon sumanheun gomingwasalmui geokjeonggeori. (Melempar bola sendiri. Yang aku lemparkan ke dalamlingkaran itu adalah berbagai pikiran dan kekhawatiran yang tidak terhitung.)

Ketika aku berpikir ia menyampaikan lagu tentang bermain basket, saat itu juga ia membuatku terdiam. Permainan bola basket ini hanya sebuah perumpamaan untuk kehidupannya dan bola basket itu sebagai hal yang ia rasakan. Saat ini ia sedang memiliki banyak pikiran yang ada di dalam otaknya dan kekhawatiran yang dirasakan jiwanya. Ia hanya ingin terlepas dari semua pikiran dan kekhawatirannya maka ia melempar bola itu.

Sesangeulaneun cheok, hajiman ajik seorigeun mom. (Aku berpura-pura mengerti dunia, tetapi tubuhku masih belum siap.)

Lirik yang barusan adalah aku. Berpura-pura mengerti dunia tetapi pada kenyataannya aku belum siap baik lahir maupun batin untuk menghadapinya.

Sesangeda jal doel georamyeo gwaenshiri sorichyeo. Hajiman sesangeun doeryeo geopjeo.(Aku berteriak mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tetapi duniaini membuatku takut.)

Aku merasakan emosi bercampur dalam diriku. This is too much to handle. Segala emosi yang aku rasakan sebelumnya mulai dari insiden dengan Manajer dan kata-kata pedasnya hingga saat ini. Aku merasakan rasa takut yang selama ini berusaha kuhindari muncul ke permukaan. Hidup seorang diri di Korea, hanya memiliki Bibi Mary yang tersisa dalam hidupku, semua pekerjaan sambilan, kuliah, mimpi-mimpi kecil yang membuatku bertahan untuk hidup, dan kesulitan-kesulitan yang kurasakan tiba-tiba saja terbersit dalam otakku. Tanpa sadar bulir-bulir air mata sudah terjatuh. Apa ini? Aku... Menangis.

Deogeamcheoreom peojineun geokjeong, God dammit. (Ke khawatiranku menyebar lagiseperti sel kanker.)

Ya, ke khawatiran dan ketakutan yang selama ini berusaha kuminimalisir menyebar lagi. Seperti yang dikatakan laki-laki itu, kekhawatiran ini menyebar seperti sel kanker yang berbahaya. Jika aku terus berlarut dalam ketakutan ini mungkin aku tidak akan mampu bertahan hidup. Aku berusaha mengatakan pada diriku sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja dan aku bisa melewati semuanya.Tetapi pada akhirnya ketakutan itu akan datang lagi.

Aku jarang menangis dan ini membuatku sulit mengontrol emosi yang tidak terlatih ini. Air mata terus mengalir meskipun otakku sudah mengatakan untuk berhenti. Susah payah aku meredam suara yang ditimbulkan karena aku berada di dekat banyak orang. Tetapi karena disini ruang terbuka dan begitu banyak orang, suara tangisanku yang memalukan tidak terlalu teredam oleh suara musik dan penonton.

Twenty TwoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang