Three : The Most Beautiful Moment in Life

37 5 0
                                    

Hari sabtu adalah hari yang paling sibuk dalam seminggu. Total aku memiliki tiga pekerjaan sampingan yang harus kulakukan. Aku tidak pernah sesibuk ini dalam hidupku. Pergi kesana-kemari, mengerjakan pekerjaan-pekerjaan sepele untuk bertahan hidup dan pekerjaan yang aku lakukan sekarang adalah yang paling sepele menurutku yaitu mencuci piring.

Shift-ku hari ini berlangsung selama tiga jam dan dalam tiga jam pula aku hanya mencuci piring. Aku bukan tipe orang yang membanggakan pekerjaan mencuci piringnya meskipun itu pekerjaan yang cukup baik dari pada menjual diri. Aku tidak setegar itu, atau mungkin belum setegar itu. Jadi mengatakan ini agak memalukan sebenarnya.

"Pagi, Cheryl! Seperti biasa, selalu cantik~" sapa Yein, seorang senior perempuanku membuatku tersipu malu.

"Tidak, aku biasa saja~", kataku. Kenapa aku selalu begini? Seharusnya aku mengatakan terima kasih atau hal semacamnya. Mengingat kata guru Bahasa Inggris-ku dulu, kalau dipuji harus mengatakan terima kasih.

"Terima kasih, sunbae", kataku sambil membungkuk.

Banyak orang yang mengatakan aku cantik, tidak laki-laki dan juga tidak perempuan. Mereka semua mengatakan aku cantik. Tapi tidak ada dari laki-laki yang mengatakan aku cantik yang ingin mengetahui tentang diriku lebih jauh. Atau lebih singkatnya, aku memang cantik tapi aku bukan tipe wanita yang akan disukai. Ini menyedihkan karena itu semua membuatku tidak pernah berkencan sama sekali. Ya, sama sekali.

Aku tidak menyukai semua perhatian yang orang-orang berikan padaku ketika mereka baru mengenalku. Kadang sebagian dari mereka terlihat 'fake'. Mereka akan memujiku cantik dan berusaha dekat denganku menggunakan segala cara, mungkin mereka berpikir aku ada orang yang menyenangkan. Tetapi setelah mereka mengenalku baru beberapa hari, mereka akan menjauh seperti aku sudah melakukan sebuah kesalahan fatal. Aku memang seorang yang terlahir 'kaku', lalu aku harus bagaimana? Kalau mereka tidak menginginkan orang seperti ku menjadi temannya lebih baik keluar dari hidup ku, hell I will hold the door for you. Meskipun kadang aku berpikir, am I not that worth it?

"Cheryl, kita dipanggil Manajer!" kata Yein sunbae.

Aku mengikuti langkah Yein sunbae yang mengarah pada ruangan loker karyawan. Aku hampir berlari mengikuti langkah Yein sunbae yang bergerak sangat cepat. Manajer kami memang sangat galak sampai tidak ada orang yang berani bicara bahkan menarik napas terlalu keras ketika ia bicara.

"Selamat pagi semuanya, hari ini kita akan kedatangan Mr. Abelano. Bekerjalah dengan baik tanpa kesalahan, karena saya tidak mentolerir kesalahan!" kata Manajer dengan singkat, padat, dan jelas. Ia langsung pergi setelah selesai dengan langkah congkak yang membuatku heran, mengapa ada orang sepertinya? Oh by the way, Mr.Abelano adalah pemilik dari restoran Perancis bintang lima tempatku bekerja ini.

Jika Manajer mengatakan untuk tidak membuat kesalahan sepertinya aku justru akan membuat kesalahan fatal hari ini. Aku tidak bisa diancam seperti itu karena aku akan terus memikirkan kata-kata ancaman tersebut dan malah melakukannya. Aku harus berhati-hati!

Aku mengambil apron yang tergantung di dekat pintu kemudian memakainya, tidak lupa mengikat rambut karena si Pak gendut alias Manajer akan sangat marah kalau melihat perempuan dengan rambut tergerai di dapurnya. Aku buru-buru kembali ke dapur dan hendak memulai sesi cuci piring.

"Hey, kemana sarung tangannya?" Tanyaku pada seorang rekan kerja yang kebetulan terjebak denganku di balik wastafel, perbedaannya ia adalah orang yang mengelap piring setelah di cuci.

"Kemarin seseorang merusaknya, jadi harus dibuang karena sudah tidak berfungsi lagi dan Manajer belum mengganti yang baru", katanya sambil merapikan beberapa piring dan alat masak.

Twenty TwoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang