Februari, 2017
Jika mengingat momen ketika member Bangtan minus Jin dan Hoseok memergoki kami, maskudnya aku dan Min Yoongi, di perpustakaan membuatku ingin mengubur diri di dalam tanah hidup-hidup. Itu sangat memalukan. Min Yoongi terlihat sedikit malu bahkan ia tidak menatapku sama sekali, padahal aku mengharap ia menuntut sedikit penjelasan. Benar dugaanku, digosipkan dengan perempuan sepertiku memang memalukan. Min Yoongi adalah orang nomor satu yang harus mengetahui cerita di balik gosip itu. Tetapi aku tidak bisa mengatakannya, seperti ada yang menahanku. Atau mungkin di dalam hatiku yang paling dalam sebenarnya aku sedang menahan diri untuk tidak mengatakan kejadian sesungguhnya karena aku ingin hal itu jadi kenyataan.
Agak sulit keluar dari situasi itu. Member Bangtan terus bertanya banyak hal padahal trio junior-ku sudah tahu kalau itu hanya rumor yang tidak berdasar. Mereka hanya menikmati waktu ketika mereka bisa menggoda seniornya, aku tahu itu. Wajah mereka mengatakan segalanya.
Kalian mungkin bingung mengapa Min Yoongi dan Kim Namjoon ada di kampus hari itu, aku pun bingung. Namun semuanya sudah terjawab. Min Yoongi melakukan pengabdian kepada universitas dengan 'magang' disana selama sekitar dua tahun. Ini adalah salah satu alasan mengapa ia tidak datang pada hari kelulusannya, dan kau tahu apa yang hebat? Aku bisa melihatnya hampir setiap hari! Well, sebenarnya tidak juga, aku hanya berusaha mengintip ke studio tempatnya berada.
Tidak hanya Min Yoongi yang melakukan pengabdian, tetapi juga Jung Hoseok. Dari pada Min Yoongi sebenarnya aku lebih sering melihat Jung Hoseok. Kami sempat bekerjasama untuk projek kelulusanku. Awalnya aku takut bertemu dengannya. Takut kalau ia masih mengingat bahwa aku yang memberinya bunga saat wisuda, bunga yang seharusnya untuk Min Yoongi. Parahnya, surat yang kutulis untuk Min Yoongi lupa diambil dan baru teringat saat aku sudah di rumah. Ku harap Jung Hoseok tidak menemukannya atau paling tidak langsung membuangnya.
Gosip tentang skandal-ku dan Min Yoongi? Terbang dibawa angin entah kemana. Orang-orang menemukan bahwa aku tidak asyik untuk dijadikan bahan gosip, makanya mereka berhenti membicarakannya. Sampai detik ini pun aku belum berhasil menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Min Yoongi. Aku yakin ia pasti sudah lupa.
Bolehkan aku menyebutnya kisah cinta? Meskipun aku tidak tahu pasti perasaan apa yang kurasakan terhadap Min Yoongi. Perasaan fans terhadap idola juga cinta kan? Baiklah, mari menyebutnya dengan kisah cinta.
Kisah cinta yang tidak maju dan tidak mundur ini begitu melelahkan, sungguh. Ketika tahun terakhir aku kuliah dan tahun terakhir magang pula untuk Min Yoongi, ia digosipkan berpacaran dengan seorang gadis satu angkatanku. Aku mengenalnya, ia adalah gadis yang cukup populer meskipun berbeda jurusan denganku. Ia cantik, tinggi, pintar, dan lembut. Gambaran gadis sempurna yang selalu mendapatkan peran protagonis dalam sebuah kisah. Aku bahkan tidak berani membandingkan gadis itu dengan diriku. Ia dan Min Yoongi ada di level yang sama, tidak heran banyak yang menggosipkan mereka.
Aku adalah seseorang yang lebih suka berpikir positif dari pada mencari hal yang negatif, karena itu aku tidak langsung percaya pada rumor tersebut. Aku terus menyangkal ketika mendengar seseorang membicarakan hal itu. Tidak menyangkal pada orang-orang itu tentunya, hanya menyangkal pada diriku dengan mengatakan kalau itu tidak benar. Tepatnya aku belum bisa menerima kenyataan.
Sampai suatu hari aku menemukan Min Yoongi jalan dengan seorang gadis. Gadis itu, gadis yang ramai dibicarakan. Ternyata rumor itu memang benar. Ketika aku akan pergi ke perpustakaan, lagi-lagi aku bertemu dengan Min Yoongi tetapi sayangnya ia tidak berjalan sendirian. Gadis itu memeluk lengannya mesra dan yang lebih menyakitkan adalah melihat Min Yoongi menikmatinya. Kadang mereka saling bertukar senyum, senyum yang tidak biasa menghiasi bibir Min Yoongi tiba-tiba bertengger disana seperti ia sudah tersenyum seperti itu sejak lahir. Ia tersenyum sangat lebar dari telinga kanan sampai telinga kiri hingga memperlihatkan gusinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twenty Two
FanfictionSiapa sangka seorang yang hanya menjadi mimpi bagiku dua tahun yang lalu menjadi kenyataan? Dua puluh dua tahun umurku dan saat itu lah keajaiban sekaligus bencana terjadi. Tidak tahu harus menyalahkan siapa, ia salah dan akupun salah. Seharusnya ak...