T E N

135K 1.5K 46
                                    

Dira lagi-lagi hanya tersenyum, kemudian mengikuti langkah kaki Deva.

"Kamu kok dari tadi senyam-senyum gak ikhlas gitu sih?" Tanya Deva pada Dira.

"Kamu perhatiin itu?" tanya Dira sedikit malu.

Gimana nggak malu, ternyata dari tadi Deva memperhatikannya. Warna pipinya bagaikan kepiting rebus, tapi hanya sesaat. Kemudian kembali lagi seperti warna semula.

"Iya, kenapa? Gak boleh?"

"Gakpapa, cuma saya gak suka aja diperhatiin seperti itu."

"Oh, yaudah lain kali saya akan lebih merhatiin kamu" Balas Deva yang mengeluarkan senyum miring di bibirnya. Senyum itu sangat manis, dia biasa menggunakan senyum itu hanya untuk memikat hati seorang wanita yang ingin di kerjainya saat dia lagi kepingin, atau saat hasratnya sudah diujung.

Dira berdecak, "Ter-se-rah" katanya dengan nada kesal.

"Dir mending lo jangan seperti itu, coba bersikap seperti biasa. Gue nggak bakal ngejar-ngejar lo. Tapi karena sikap lo seperti itu, membuat gue sangat tertarik untuk terus-terusan ngejar lo sampai kapan pun. Lo termasuk tipe yang gue inginkan, dan lo pasti sangat jago diranjang. Gue pengen itu. Kata Deva dalam hati.

Mereka sudah berada di parkiran kantor. Saat Dira akan membuka pintu mobilnya, tiba-tiba saja Deva langsung membukakannya untuk Dira.

"Silahkan tuan putri."

"Ma-ka-sih."

"Sama-sama ratu cuek..." Sayang, ingin sekali bibir Deva berkata seperti itu, tapi belum saatnya. Dia bakalan mendapatkan seorang ratu cuek. Cuek banget.

Deva kemudian menuju kearah sebelah kanan bagian mobilnya. Dia kemudian masuk dan tersenyum sambil melihat Dira. Dia memundurkan mobilnya yang di arahkan oleh satpam kantor.

Saat akan menekan pedal gas mobil, tiba-tiba saja kaca mobil Deva diketuk.

"Lo mau makan siang kan bro? Gue ikut ya."

"Imam lo ganggu aja."

"Lo kan bisa sendiri."

"Lagi males gue bro" kata Imam dengan raut muka sedih "Parah banget lo."

"Yaudah gapapa gabung aja" ajak Dira.

Deva berdecak kesal mendengar ajakan Dira. Kenapa saat dia ingin berduaan dengan Dira, selalu aja ada yang ganggu. Mungkin belum waktunya, tapi dia akan terus berusaha mendapatkan Dira.

Kebiasaan seorang Imam untuk menjahili sahabatnya ini. Coba saja kalau sehari nggak ganggu Deva, mungkin hidupnya terasa hampa. Begitupun dengan Deva. Mereka berdua memang orang Dewasa yang sangat tampan juga bersikap kekanan-kanakan saat bersama. Tapi mereka nggak perduli, selama itu akan membuat pikiran mereka merasa terhibur.

"Sekarang kita mau kemana?" tanya Imam.

"Gue jadi gak mood ada lo" balas Deva dengan kesal.

"Lo kenapa man? Gue kan nggak ganggu, atau jangan-jangan..."

"Kita ke restoran biasa aja" balas Dira memotong percakapan dua orang rekannya itu.

"Oke" balas Deva dengan suara malas.

"Kenapa sikapnya berubah? Daritadi dia kelihatan bahagia, tapi sekarang malah sebaliknya" Dira bertanya dalam hatinya.

Selama diperjalanan, Dira kali ini tidak diam seperti biasanya. Dia bercerita panjang lebar dengan Imam, tanpa memperdulikan keberadaan Deva. Deva seperti seorang supir yang akan mengantar anak ABG. Bisingnya melebihi anak sekolahan jaman sekarang.

Man Love PleasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang