E L E V E N

125K 1.7K 20
                                    

Hingga malam tiba, Dira belum juga sadarkan diri. Sejak kejadian tadi, dia pingsan karena merasakan sakit batin juga sakit fisik. Deva yang hampir melakukan kekerasan asusila terlalu agresif hingga dirinya tidak terkendalikan. Dan menyebabkan Dira merasakan sakit teramat dalam. Sejak dulu, Dira selalu menjaga dirinya dari sentuhan para pria nakal, sebab ia memiliki prinsip--yang menular dari ibunya.

Deva yang menemaninya sedari tadi merasa bersalah dan hanya bisa menunggunya sadar. Kenapa dia tidak bisa mengendalikan dirinya. Dia tahu kalau Dira adalah seorang wanita yang polos. Karena terlihat dari sikapnya yang selalu biasa saja ketika berhadapan dengan Deva. Berbeda dengan wanita-wanitanya yang lain.

Deva menundukkan kepalanya dan berdoa dalam hati. Di raut wajahnya terlihat rasa cemas yang sangat dalam. Karena baru kali ini dia melihat wanita yang akan merasakan kenikmatan bersamanya namun, dia malah merasakan sakit.

Tidak lama setelah pikiran Deva melayang-layang dan dia berdoa, Dira akhirnya sadar. Dia masih berusaha melihat-lihat sekelilingnya. Mengedip-ngedipkan matanya berkali-kali. Dia tampak bingung dengan keberadaan dan keadaannya. Dimana dia tampak terkejut ketika melihat selang infus yang tergantung pada sebuah penyangga. Dira pun mulai menyadari bahwa dirinya saat ini sedang berada di rumah sakit. Tetesan infus kini mulai terasa mengalir ke dalam pembuluh darahnya. Dahinya pun berkerut saat melihat punggung tangan kirinya tertusuk sebuah jarum infus. Dira mencoba berpikir keras, apa yang sudah terjadi padanya hingga kini ia berada di rumah sakit.

"Saya dimana?" tanya Dira sedikit terisak.

"Kamu dirumah sakit, tadi kamu pingsan" balas Deva sedikit senyuman.

"Nggak, tadi saya baik-baik aja. Apa yang kamu lakukan dengan saya?" tanya Dira kemudian terisak dengan sedikit kencang.

"Maaf kan saya, tadi saya kehilangan kendali. Sekali lagi saya minta maaf" kata Deva dengan kepala menunduk. "Sekarang kamu jangan mikirin apa-apa lagi, kamu butuh istirahat, kata dokter kalau stamina kamu sudah pulih, kamu boleh pulang."

Dira tidak menanggapi ucapan Deva. Dia kembali menangis dan berusaha memalingkan pandangannya ke arah lain. Dia sedang tidak ingin memandang wajah bejat Deva. Dipikirannya saat ini adalah, kenapa dia selemah ini. Kenapa dia bisa sampai pingsan karena Deva akan...

Dira merasakan nyeri pada dadanya, lebih tepatnya bagian tengah tubuhnya. Dia sekarang tersadar, karena Deva memerasnya dengan sedikit kuat tadi. Air matanya kembali jatuh, walaupun hanya bagian itu yang sakit, tidak sampai bawahnya. Tapi dia merasa sedikit kesal, karena selama ini dia menjaganya untuk orang yang benar-benar menjadi masa depannya dan sehidup-semati.

Selama ini Dira hanya pacaran sebanyak empat kali. Walaupun banyak yang mengejarnya, tapi dia tahu bagaiman sifat mereka masing-masing. Mereka hanya menginginkan tubuhnya bukan cintanya. Dira bukan tipe cewek yang lemah, tapi siapa sangka jika dia berpacaran dengan seorang lelaki bejat. Pasti dia bakalan kalah juga, karena tenaga seorang wanita walau sekuat apapun bakalan kalah dengan tenaga seorang lelaki dewasa.

Dira sedikit risih saat ini. Karena Deva selalu melihatnya dan memperhatikannya. Sudah tahu dia tidak suka diperlakukan seperti itu, kenapa masih dilakukannya. Dia berharap ada orang lain yang akan menjaganya disini, untuk satu malam ini aja. Karena dokter tidak mengijinkannya pulang malam ini, tapi besok.

Seakan tuhan mendengar permohonannya. Imam datang dengan wajah yang sedikit cemas.

"Dira kenapa bro?"

"Dia tadi pingsan diruangan."

Dira menatap Deva, berharap menjelaskan semua kejadiannya. Tapi nihil, Deva tidak melanjutkan ucapannya.

Man Love PleasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang