Malam itu juga rasanya Deva ingin sekali menghabisi Mia. Tega-teganya dia melakukan perbuatan asusila itu terhadap orang yang tidak bersalah, dan bahkan tidak tahu-menau tentang hubungan mereka.
Mata Deva memerah. Saat ini dia sedang marah besar dengan Mia. Tapi mau bagaimana lagi, Dira sudah merasakan sakit yang diinginkan oleh Mia. Dan Mia sudah merasa senang karena membuat Dia sedikit menderita.
Deva menyerahkan bayaran yang sudah mereka tentukan tadi, dan mencampakkannya dengan kasar. Dia juga menambahkannya lagi untuk biaya perobatan Mia.
"Lain kali kalau ada yang nyuruh seperti itu jangan mau! Lebih bagus lo berdua goyang diatas ranjang daripada melakukan tindakan asusila kaya kemarin. Itu bisa membuat lo berdua gak bisa bertemu dengan orangtua lo ataupun mati!" kata Deva lantang.
Mereka hanya mengangguk paham dengan sedikit ketakutan. Padahal, Deva sudah memasukkan pisaunya kedalam saku jasnya.
Deva berlalu terlebih dahulu meninggalkan mereka berdua yang terlihat seperti orang kebingungan dan ketakutan. Baru kali ini mereka merasakan ada customer aneh seperti Deva yang hampir saja membunuh diri mereka.
***
Pagi ini Deva akan menjemput Dira ~sang pujaan hati~ untuk berangkat kerja bareng. Dia bangun lebih awal daripada orangtuanya. Dan berhasil membuat Mamanya terheran-heran. Bukan karena dia bangun pagi, tapi karena dia senyum-senyum nggak jelas ~seperti orang tidak waras.
Sudah sejak empat hari yang lalu, Deva kembali kerumahnya. Dia tidak lagi tidur di apartemen, karena memang dia tidak bisa jauh dari Mamanya. Walaupun dia sudah tumbuh dewasa, tetap saja seorang anak sangat membutuhkan kasih sayang dan doa seorang ibu. Ditambah lagi, dia adalah anak lelaki dan anak satu-satunya.
Mamanya yang memperhatikan itu juga ikut tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia terlihat seperti lagi bahagia hari ini, pagi ini.
"Ada apa sayang?" tanya Mama tersenyum lebar.
"Emang kenapa Ma?" tanya Deva kembali.
"Dari tadi kamu senyam-senyum gak jelas gitu."
"Mama aja yang merhatiinya terlalu berlebihan" balas Deva kemudian mencium pipi kiri wajah Mamanya.
"Kamu ini, udah gede juga masih aja gak mau cerita ke Mama."
"Yang gede apanya Ma?" tanya Deva tertawa.
Mama memukul lengan Deva dengan kuat, yang berhasil membuat dirinya mendesis. "Ini yang gede."
"Awh, sakit Ma. Namanya juga sering Ngegym jadi ya besar. Biar wanita-wanita pada nempel terus."
"Nih anak ya di bilangin menjawab aja" kata Mama mencubit pinggang Deva.
Saking asiknya berbicara. Tanpa sadar, Mamanya sudah menyusun semua makanan dengan rapih diatas meja makan.
Deva pun ikut duduk berbarengan dengan Papanya. Semenjak perubahannya itu, dia semakin dekat dengan Papanya, sama seperti dekat dengan Mamanya.
"Kamu harus bisa berubah, Dev." Papa menyulangkan nasi ke dalam mulutnya. "Perusahaan batu bara kita nantinya, kan, untuk kamu juga. Untuk masa depan kamu."
"Iya, Pa..."
Papa menenggak habis air mineralnya lalu membersihkan mulutnya dengan serbet. "Kamu jangan iya, iya, aja. Papa sayang sama kamu Dev. Perusahaan itu harus bisa lebih maju lagi, dan Papa harap kamu bisa melakukannya."
"Iya, Pa..." Deva juga baru saja selesai makan dan menghabiskan air mineralnya. "Aku juga udah mikirin apa yang akan aku buat untuk perusahaan kita. Aku akan buat peraturan yang lebih ketat, agar tidak ada lagi karyawan yang suka-suka. Semuanya akan berubah, Pa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Man Love Pleasure
Romance[Romance Story] 21+ Deva Baswara adalah seorang pecandu seks. dia bisa melampiaskan birahi seksnya kepada siapa saja. Tapi, dia tidak biseks dan dia bisa menjaga dirinya dari penyakit mematikan. Dia awalnya menjadikan seks hanya sebagai hiburan, na...