3. Resah Hujan

126 10 2
                                    

"Bimbang terjawab seketika, resah pada hujan terdengar. Merayap di bagian kepala terdalam, sekujur tubuh terjatuh lemah, mendiangi kepala yang kosong. Pikirku melayang di balik tirai-tirai kehidupan, awan mulai bersatu. Satu-satu bayangan pun enyah dari hadapan bintang yang jatuh. Sudut-sudut hati mulai terbilang kembali. Kembali datang sembari mengharap dari kecilnya keinginan, kaupun tiada"

Mungkin benar, adanya Adi dan tanpa Adi, hidup ini masih terus berjalan.

Tak sekalipun roda-roda kehidupan berhenti berputar, karena roda waktu mengetahui jawaban dari semua pertanyaan.

Pertanyaan dari masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang.

Pilu ini tak pernah menari-nari di ingatan, seakan mengalir tanpa kesesatan.

Lebih baik tidak pernah kenal daripada harus melupakan.
Biarlah menjadi kenangan dan bukan angan.

***

Hari ini aku sibuk untuk menulis kembali puisi yang baru, untuk aku ikuti lomba-lomba sastra yang lain.

Siang ini, aku harus segera bergegas ke suatu tempat yaitu Sastra Club.

Sastra Club, adalah tempat untuk menyalurkan bakat dan minat seseorang untuk menulis dan mengarang sebuah intuisi yang ada di dalam imajinasi. Begitu classic menurut sebagian orang di luar sana.

Tapi aku suka di tempat ini, Sastra Club berada sangat strategis karena berada di sebelah Mall Daction Jakarta.
Di dalam Sastra Club, terdapat ruangan yang cukup banyak.

Ruangan yang pertama kau akan lihat saat pertama kali masuk adalah ruangan yang isinya karya-karya sastra dari orang ternama.

Entah itu puisi, cerpen, maupun novel, semua tertata rapih disana.
Bahkan gambar diri pembuat novel dan karya sastra lainnya akan di pajang disana.

Biasanya, setiap sebulan sekali, setiap orang yang bergabung di sana, akan mengikuti lomba dan jika ada pemenang maka karyanya akan di pajang di ruangan tertentu. Untuk di jadikan sebuah contoh kepada orang lain dan murid-murid baru.

Ada ruangan di mana kau bisa tenang dan menciptakan karya yang menghabisi imajinasimu.

Yaitu ruangan karya puisi. Di sana kau bisa menemukan orang-orang yang cukup puitis untuk di ajak berimajinasi. Serta ruangan yang berada di sebelah kanan, yaitu karya novel, di sebelahnya pun ada karya poster dan lainnya.

Sangat menarik bukan? Ini adalah tempat terfavoritku. Sangat aku sukai.

Aku senang disini, bahkan di tempat ini kau dapat banyak menemukan inspirasi.

Kata-kata yang pernah mati menjadi berarti lagi, ketika kau bisa memaknai setiap larik dalam puisi.

Disudut ruangan kau dapat melihat ke arah luar jendela, melihat jalanan yang macet, gedung-gedung pencakar langit yang tinggi, dan buih-buih hujan yang menempel di bagian kaca.

Tepat disana, ada teman dekatku yang bernama Daris, dia adalah teman terpuitisku.

Dia selalu membantuku untuk menulis sebuah larik yang tak pernah terbayangkan olehku.
Sangat lucu, apalagi tingkat humornya yang melebihi dewa.

Aku tiba di Sastra Club dan aku buka pintu, dan tak aku sangka, ada Raden di dalam sana, entah aku yang salah lihat, atau ini memang benar nyata, tapi untuk apa?

Ku biarkan isi kepalaku memberikan pertanyaan yang tak ada habisnya.

"ayo cepat pergi kesana." hati dan isi kepalaku selalu berkata seperti itu.
Aku malu untuk menyapanya lagi, setelah ia selalu pergi begitu saja.

Hingga Kau LupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang