7.Mesin Waktu

62 5 0
                                    

"aku memutarkan kedua bola mataku, menginjakkan kaki rapat pada tanah, retak seluruh permukaan tanah, aku menyesal pernah berbuat hal itu. Tiba-tiba aku ingin memutar kembali waktu, agar aku tak pernah melakukan kesalahan lagi"

"hati-hati dimas," aku melambaikan tanganku saat Dimas pergi berlalu sambil mendorong motor vespa bututnya.

Aku membuka sepatuku, dan mengucapkan salam saat masuk ke dalam rumah, ibuku hanya asik nonton acara televisi, tentang masak-memasak.

"harusnya ibu dulu sekolah tata boga" ucapku meledeknya.

Ibuku hanya terdiam saja, mungkin dia sedang serius nonton. Yasudahlah, ku tinggalkan saja, aku masuk saja ke kamarku.

"ah sial, buku diaryku hilang, bagaimana ini?" ucapku pada diri sendiri.

Aku tak tau harus bagaimana, tapi terlalu banyak kenangan yang ku jadikan angan. Bagaimana jika seseorang membaca dan melihat isi buku itu?

Banyak kemungkinan yang akan terjadi, sangat banyak.

Andaikan aku tak membawa dan membukanya.
Waktu jawablah pertanyaanku, kembalikan buku diaryku.

Aku mengganti pakaianku, dan berbaring di atas tempat tidurku, sambil melihat langit-langit kamar.

Pikiran sangat kosong melompong, benar-benar kosong. Aku terjebak dalam kekosongan.

Gelap, sungguh gelap. Aku tertidur lagi.

****

"tok tok tok" suara ketukkan pintu dari luar kamarku.

Aku terbelalak dan melihat pukul berapa ini, ternyata masih pukul 16.00.

"siapa?" teriakku dari dalam kamar.

"ada Dimas dateng din" ucap ibuku, yang memanggilku.

"iyaa bu" aku bergegas keluar kamar.

Dimas yang duduk di kursi luar sambil menungguku.

"kenapa dim?" tanyaku.

"lo hari ini ada acara ga?" tanya dimas.

"gak ada sih, emang lo mau ajak gue kencan bor? Hahahahaha"

"yeuh, gue mau ngajak lo ke tebing biar mampus mendadak"

"yeuh kutu kupret, emang rem mendadak"

"yaudah, mau ga, sekarang mending lo siap-siap deh" perintah Dimas.

"aih, tapi pake motor lo? Engga deh, ogah gue mogok di tengah jalan, si nyonge kan suka gitu (nyonge=nama motor Dimas)"

"tenang, nyonge dah jinak, udah gue benerin, sono buru" perintahnya lagi.

Aku berlari menuju kamarku, dengan gembira. Beruntung sekali, pikiran kosong tapi ada yang ngajak nongkrong.
Kali ini, aku pergi dengan balutan kaos berwarna coklat, dan sepatu teplek, serta celana jeans dibawah lutut, dan tas kecil yang ku gunakan, dengan rambut yang ku urai.

"yukkk cau" ajakku.

"kali ini lo yang alay bor"

"bodo amat bor"

"jalan bor"

"oke bor hahahahaha" ucapku sambil tertawa dengan keras dan di ikuti oleh Dimas.

"tak ada yang lebih indah di banding seseorang yang selalu menemanimu di saat benar-benar tak ada harapan yang merasuki jiwamu"

"kita mau kemana sih emangnya?" tanyaku.

"liat aja ntar, gausah kepo"

Sangat menyebalkan, dia tidak ingin memberitahu kepadaku, jadinya aku ingin tempe, hihi.

Hingga Kau LupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang