"sebenarnya tak perlu ada tanda tanya yang rumit, hanya saja ada jawaban yang rumit untuk di pertanggung jawabkan, seperti perasaan ini."
Tepat saat ini, tak perlu seseorang yang selalu menemanimu. Tapi, perlulah seseorang yang selalu berada di dekatmu setiap saat.
****
Aku berjalan tepat menuju ke kelas Raden, untuk meminta maaf atas kejadian kemaren yang telah terjadi.
"misi kak, ada Raden Gelano ga?" sapaku pada salah satu senior perempuan.
"belom dateng kayanya" jawabnya.
Aku membalikkan badanku ke belakang, tiba-tiba tepat di belakangku Raden berdiri.
"Raden!" ucapku.
"kenapa? Tumben ke kelas gue" tanya Raden.
"maafin temen gue soal yang kemaren ya" pintaku pada Raden dengan mimik muka yang sangat memohon.
"iya gapapa kok, santai aja din.. "
"serius lo ga marah?"
"iya gapapa Dinda" ucapnya sambil mengelus kepalaku dan mengacak rambutku.
Aku pun tersenyum simpul, dan merasa bahagia. Tapi, satu hal yang tak berani ku tanyakan, tentang masalah Rasna.
Aku takut, kalau pertanyaanku akan membuat masalah yang besar.
Aku takut jika itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang rumit, tanpa jawaban yang sebenarnya.
"lo mau gue anterin ke kelas lo?" tanya Raden.
Aku yang sangat senangpun hanya menganggukan kepalaku.
"yukk" Raden sambil memegang tanganku.
"btw, adek lo Fita kemana?"
"oh, dia sekarang lebih memilih sekolah sama-sama Aditya di Jerman, sekolah desainer" ucap Raden.
Ada sedikit kekecewaan yang secara perlahan merobek hati yang sudah hampir mati ini.
Tapi, aku tak peduli. Dengan adanya Raden disini, hatiku sudah lebih melayang jauh.
"oh gitu" ucapku.
"nih udah sampe kelas lo, belajar yang bener ya " ucap Raden, sambil mengacak rambutku untuk kedua kalinya.
Diapun meninggalkan kelasku, aku duduk di bangkuku, tapi hari ini, Risha izin tidak masuk sekolah, di karenakan neneknya yang sedang sakit, maka dari itu dia pulang ke kampung halamannya.
Dan mau tidak mau aku duduk sendiri hari ini.
Waktu demi waktu berlalu, bell istirahat berbunyi.
Aku yang sudah siap dari tadi untuk keluar kelas, dan pergi ke kantin.Dimas di depan pintu kelasku, terlihat sedang menungguku.
Dan akupun menghampirinya."nape lo bor?" tanyaku pada Dimas.
"kantin nyok"
"dih tumben ngajak ke kantin"
"gapapalah sekali-kali neng"
"iya aa penjual sio maiii"
Aku dan dimas berjalan menuju ke kantin.
Meja di kantin sudah terlihat penuh, karena banyak siswa yang keluar pada jam istirahat. Terlambat sedetik, maka perutmu berpuasa setiap waktu.
"Dim, cepetan, gue makan bakso" ucapku agar Dimas yang membelinya.
"iyaa okay tuan putra"
"kutu kupret! " ucapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hingga Kau Lupa
RomanceGadis mana yang lebih tangguh, menunggu di lupakan atau melupakan? Dinda Jasmine, selalu merangkai kata yang terlintas di benaknya. "aku dapat memuisikanmu dalam seribu larik" Perasaan bukan untuk di rasakan, namun untuk di rangkai menjadi sebuah...