"bisakah kau hentikan sajak yang mulai mengatur isi kepalaku? Berhenti untuk mengganggu dan mengusik hidupku, berhenti untuk berusaha menyelesaikan masalahku, berhenti untuk tidak pernah ada di dalam hidupku, berhenti untuk menghentikan segalanya"
Aku yang daritadi hanya memandangi hujan, yang sempat aku benci ini, melihat Raden sangat fokus dan selalu melihat ke arah hujan sambil mengetik dengan suara ketikkan yang begitu cepat dan terdengar keras suaranya.
"kenapa lo bisa suka sama hujan?" tanyaku lagi.
"tadikan gua udah jawab, karena pertama kali gua ketemu lo, lo suka sama hujan, menurut gue aneh, tapi ya lumayan buat di jadiin cerita" ucapnya yang tadi menatapku dan menatap kembali layar laptopnya.
"hm.. Gitu.. Boleh tanya ga?"
"kalo belom di larang nanya, ya tanya aja" ucapnya sambil tetap mengetik dan melihat layar laptopnya.
"lo sama Aditya Satya emang ada hubungan apa?"
"oh itu.. Gua sama Adi cuma temenan dari kecil, bokap gua sama bokap dia punya bisnis yang sama dulunya, dan dulu waktu ibu gua masih ada, ibu gue pernah berpesan, kalo Fita dan Adi harus di jodohin, dan sekarang bokap gue nurutin apa yang pernah di sampein ibu gua" ucapnya sambil menatapku dengan serius.
"eh sorry den, gue ga bermaksud... "
"iya gapapa kok, sekarang gua cuma bisa doain yang terbaik buat ibu gua, biar ibu gua bangga liat gue dari atas sana.. " ucapnya lagi.
"bener den... "
"lo mau pulang ga? Pulang yuk, kan kata ibu lo ga boleh terlalu malem.. "
"oh iya den, yauda yuk kalo gitu"
Aku dan Raden pun bergegas menuju mobilnya, hujan telah reda. Jadi, tak akan ada hujan yang menghalangi kaca mobil.
Aku merasa ada perasaan yang berbeda saat berada di dekat Raden, menjadi hangat. Merasa lebih nyaman dari sebelumnya.
Tapi, aku menghentikan pikiran-pikiran yang berlalu lalang di otakku. Tidak mungkin aku menyukainya.
Tidak, sialan. Aku tak ingin terjatuh lagi, untuk kesekian kalinya.
Tak perlu, aku sudah senang dengan kesendirian ini.
"kelak siapa akan tahu? Bersemayam di mana hati ini? Jatuh untuk seberapa keraspun, kau akan tetap ingin"
Sesampai dirumah, Raden membukakan pintu mobil.
"udah sampe nih.. " ucap raden.
"makasih raden.. "
"den, Lo hati hati yaa... "
"siap, pasti kok.. "
Dia berlalu dengan cepat.. Hati ini terasa kehilangan. Hei, Dinda.. Ingat ini belum apa-apa, kau baru mengenalnya.
Ya, memang benar. Aku baru mengenalnya, tapi siapa tau ini menjadi awal perasaan akan menjadi pelabuhan perasaan yang terakhir.
"bu.. Dinda pulang..... " ucapku.
Tak ada ibuku di rumah, pergi kemana ibuku ini.
Yasudahlah, paling ibuku sedang pergi ke rumah tante Anita, karena setiap kejadian yang terjadi, ibu dan tante Anita selali bertemu dan cerita banyak hal.
******
Pukul 22.00, ibuku baru tiba di rumah.
Aku mendengar suara mobil, karena itu sangat terdengar.Lantas.. Aku cepat-cepat berlari untuk menemui ibuku.
Tapi, kakiku di sanggah oleh diri ini, aku lebih memilih membuka jendela, dan melihat siapa yang mengantar ibuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hingga Kau Lupa
RomanceGadis mana yang lebih tangguh, menunggu di lupakan atau melupakan? Dinda Jasmine, selalu merangkai kata yang terlintas di benaknya. "aku dapat memuisikanmu dalam seribu larik" Perasaan bukan untuk di rasakan, namun untuk di rangkai menjadi sebuah...