4.Pelupuk Mata

91 6 0
                                    

"Sudah sempat terjatuh berlian dari mata untuk kesekian kalinya, menggetarkan hati sang empunya. Berlutut menuntut keberuntungan, sembari mendewakan cinta. Tak dapat di pastikan, menjadi mati karena hati. Tak ada sekalipun jasad yang akan busuk tanpa adanya hasrat. Berhenti mengejar langkah-langkah kaki diri sendiri. Menyerahkan diri pada sang pemilik. Aku berdiri pada diri yang mati, tapi ada. Namun, akhirnya terjatuh di pelupuk mata. Pergilah cinta"

Tak ada yang lebih baik dari kesendirian. Ini lebih baik.

****

Pukul 6.30 pagi, aku selalu bergegas berangkat ke sekolah. Di jemput oleh Sahabat kecilku yaitu Dimas Syahrian. Biasa dia di panggil imas, atau ikan emas, entahlah nama dari mana yang dia dapat itu.

Aku berlari ke depan pintu, dan mengikat tali sepatu, dan tak lupa pamit kepada ibuku.

Ayahku, sudah lima tahun lebih meninggalkanku dan ibuku.
Beliau sudah tenang di SisiNya.

Aku tinggal dengan ibuku hanya berdua, aku adalah anak tunggal.
Makanya namaku adalah Dinda Jasmine. Jasmine yang artinya bunga melati, ibuku memberi namaku jasmine karena aku anak pertama kali yang dia milikki.

Dan bunga melati adalah kesaksian cinta ibu dan ayahku, aku di ceritakan oleh mendiang ayahku dulu, bahwa cara mendapatkan hati ibuku yaitu memberinya bunga melati, hihi.

Walaupun orang-orang berkata bahwa bunga melati itu menyeramkan.

Tapi, bagi ibuku bunga melati itu sangat wangi. Namun, semenjak ayahku tak ada, ibuku tak pernah membeli bunga melati lagi.

Ibuku menyukai bunga melati, karena warnanya yang putih dan bersih. Dan tak ada yang boleh menodai putihnya bunga melati.

Maka dari itu, namaku belakangku di tambahkan jasmine, yang artinya tak ada satu orang pun yang boleh menyakitiku.

****

Dimas menungguku di depan rumahku, sambil membunyikan klakson motor vespa bututnya.

"Teeetttt... Tetttt... Tuan putri pake sepatunya lama banget"

"iya bentar kang ojek hahahaha"

Dimas menyodorkan helmnya untuk kupakai. Memang dimas adalah sahabat terbaik yang ku punya.

"tarikkkk mangggg! "

"yoiii nenggg!! "

Hahaha, begitulah aku dengan Dimas. Sangat friendly dan sangat akrab.

Pukul 6.45WIB aku sampai di sekolah, jarak rumahku dan sekolahku hanya sekitar 15 menit saja.

"din, gue masuk duluan ya" sambil melambaikan tangan kepadaku.

"iya dim"

Aku berjalan menuju koridor sekolahku, seperti biasa. Aku di sambut manis oleh teman di kelasku yaitu Risha.

"pagii mbaaa dindaa"

"hahahaha, lucu lu"

"ada anak baru, tapi kelas 12"

"emang bisa apa ris? Kan udah kelas 12"

"biasa, katanya anak anggota DPR"

"oh sekolah pilih kasih banget ya"

"ya engga, ini juga kan baru semester 1, belom semester 2"

"iya juga sih, emang cowok apa cewek?"

"gatau deh kalo itu"

Terputus perbincanganku dengan Risha, di karenakan guru mata pelajaran Kesenian ku datang secara tiba-tiba.

"selamat pagi anak-anak, sekarang kita mulai pelajaran kita yaitu tentang bagaimana menentukan titik pada gambar 3 dimensi"

Hingga Kau LupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang