13.Pesona

75 5 0
                                    

"tak terasa aku telah jatuh hati, lagi. Tak ku sangka jatuh hati ini untukmu, wahai pria pemanis dada. Izinkan aku bersandar pada kaki-kaki pundakmu, lumuri aku dengan manisnya kehangatan pelukmu."

Dua hari telah berlalu,aku sudah si-
ap untuk menjawab pertanyaan da-
ri seorang Raden Gelano.

Seseorang yang mampu, berhasil
membuatku jatuh hati kepadanya.

"gimana? Kamu mau kan jadi pacar aku?" tanya Raden kepadaku,yang langsung saja menatap mataku dengan serius.

"mencoba, aku mencoba untuk tetap memiliki hati, ketika cinta telah hadir, mengapa tak ku ambil? Sedangkan,kamu telah membuatku jauh lebih dari rasa terpesona."

"jadi intinya apa?"

"intinya apa ya? Hemmmm....."

"Intinya kamu mau jadi pacar aku."

"gitu apa intinya?"

"mau aku ulang kata-katanya?"

"coba?" tanyaku dengan nada menantangnya.

"aku tidak pernah menjuluki rasa cinta dengan cara mencoba, ketika
cinta hadir, mengapa tak ku terka?
sedangkan, kamu membuatku terpesona setiap saat."

"ih apaan sih? Kok ga ngulang?"

"aku mengulang untuk menjawab kata-kata kamu."

Aku langsung saja memeluk Raden,
masa SMA ini sangat lengkap, jika bertemu dengannya.

***

"bu... Ibu akhir-akhir ini pergi sama siapa sih? Kok ga pernah cerita-cerita..." ucapku dengan wajah cemberut.

"iya nak, ibu kemaren pergi sama om Faris, maaf ya jadi pulang larut malam."

"om Faris itu kerjanya apa sih bu? Terus kok bisa ibu pulang larut malam, sama om Faris pula."

"iya nak, ibu kan tiap hari ngejahit, kebetulan, dia nawarin ibu kerjaan. Dia baik banget orangnya, dia itu anggota dewan."

"anggota dewan? Kok bisa jemput ibu tiap hari?"

"kan dia teman SMA ibu nak, jadi reunian dikit gak papa kan?"

"iya bu, gak papa?"ucapku. Aku ingin bertanya yang lebih dalam lagi kepada ibuku. "ibu suka sama om Faris?"

"apa maksud kamu?" tanya ibuku sedikit terkejut.

"ya engga, kalo ibu suka ya ga.... "

"udah ga usah di bahas, sarapannya di habisin mubadzir, itu ntar Raden nunggu depan rumah."

"iya iya bu." terpotong sudah pembicaraanku, karena ibu sepertinya tidak ingin membahasnya.

"buuu aku pergi dulu ya." aku melirik ke arah luar, sepertinya Raden menjemputku, sambil melahap roti, dan menyergap susu.

"iyaa hati-hati kamu nak."

"siap buuu..."

***

"pagii.. Princess.. "

"haloha pagi, princess apa ni?"

"Cinderella ya, biar jadi babu."

"sekarang jadi suka ngelawak?biasanya diem sambil liatin jalan."

"soalnya, ada sule di mobil ini."

"hah demi apa?"

"kamu sulenya hahahaha."

Raden, lelaki yang tiba-tiba berubah
menjadi lebih menyenangkan.

*drt. . Drttt....*
Ponsel Raden tiba-tiba bergetar..

Hingga Kau LupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang