Married (?)

831 80 16
                                    

Sudah 3 bulan semenjak kepergian namja itu. Belum banyak yang berubah terutama pada diri Bae Irene. Yeoja itu masih saja sering menangis. Seperti saat ini, Irene menangis di antara jutaan molekul air yang jatuh menghantam bumi.

Dinginnya seakan menusuk permukaan kulitnya. Hanya dengan secangkir coklat hangat dia duduk sendiri di dapur apartemen yang sejak 3 bulan yang lalu berhasil menjadi tempat untuk meluapkan kerinduan kepada seorang namja.

"Aku merindukanmu Lay. Apa kau tidak merindukanku juga?"

Entah sudah keberapa kalinya Irene menangis. Mungkin seratus. Dua ratus. Bahkan tiga ratus. Entahlah, sudah terlalu sering.

"Sesakit inikah dilupakan olehmu? Bahkan kau tidak menghubungiku." Irene memukul dada kirinya yang terasa sangat ngilu.

"Apa kau begitu membenciku Lay." Monolog Irene itu hanya dapat disaksikan hujan yang setia menemaninya.

Selama beberapa menit Irene terus bertahan dengan isakannya, hingga suara bel menghentikan tangisan itu. Irene membasuh wajahnya agar tidak terlihat kacau. Siapapun itu, yang jelas Irene tidak ingin menunjukkan kesedihannya.

"Hai." Sapa seorang namja setelah melihat Irene membuka pintunya.

"Ini. Aku membelinya untukmu." Kyungsoo. Dia membawa beberapa makanan yang biasa Irene beli. Sejak beberapa bulan yang lalu, Kyungsoo dan Irene lebih dekat. Dekat sebagai dosen dengan mahasiswanya, juga dekat sebagai seorang namja dan yeoja.

"Gomawo. Masuklah." Ajak Irene pada Kyungsoo.

Namja mungil nan imut itu masih berdiri di ambang pintu. Ragu untuk masuk ke dalam rumah yang penuh dengan kenangan manis Irene bersama namja itu.

"Kenapa diam? Masuklah." Ajak Irene sekali lagi.

"Bolehkah aku masuk? Inikan tempat paling berharga untukmu. Jika ada orang asing masuk--" ucapan Kyungsoo terpotong ketika Irene berhasil meraih pergelangan tangannya dan menggeretnya masuk.

Nyaman. Mungkin itu yang dirasakan oleh Kyungsoo. Pantas saja Irene akan selalu merasa lebih baik, jika sudah datang ke tempat ini.

Irene datang menyusul Kyungsoo untuk duduk di sebuah sofa putih dan menyaksikan sebuah film komedi yang mungkin akan membantu Irene.

Tawa Irene menggelegar ketika melihat seorang manusia sedang mencoba berdiri dari tumpukan lumpur pekat dengan wajah yang sudah tak terlihat. Mata Kyungsoo melirik kebahagiaan Irene, walaupun dia yakin hatinya masih sangat hancur. Ingin sekali dia membantu Irene untuk pulih seperti sebelumnya. Irene yang selalu ceria seperti sedia kala. Bukan sebuah ilusi yang ia gunakan sebagai topeng seperti saat ini.

"Ren, aku menyukaimu." Tubuh Irene menegang, saraf serta otaknya seolah berhenti bekerja. Indra pendengarannya tidak sedang bermasalah kan? Kyungsoo dosen pembimbingnya menyatakan cinta? Tunggu, ini pernyataan cinta kan?

"N-ne?"

"Aku menyukaimu Bae Irene." Tegas Kyungsoo sekali lagi. Memperjelas setiap kata yang mungkin sangat sulit dimengerti oleh yeoja di sampingnya ini.

"Kau bercanda ya?" Irene terkekeh dengan harapan mencairkan suasana aneh yang dia rasakan.

"Aku serius."

"Aku ingin kau menjadi kekasihku. Ani, istriku."

"Mwo??!" Irene terkejut bukan kepalang. Dosennya ini mengajak menikah.

"Aku tidak memaksamu untuk menjawab iya. Tapi aku mohon, jawab sekarang Bae Irene."

Irene diam menatap namja di depannya ini, sungguh dia tidak ingin menyakiti Kyungsoo. Dia juga pernah berada di posisi ini, mengungkapkan sebuah perasaan, dia tidak ingin Kyungsoo merasakan apa yang pernah dia rasakan.

Just You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang