Sweet And Warm

771 92 9
                                    

Jangan tanya kenapa sekarang yeoja itu ditutupi dengan selimut tebal berbulu warna putih. Bibir tipisnya membiru dan terus bergetar ketika tetesan air jatuh dari ujung rambutnya. Mengkhawatirkan memang, jika melihat kondisi yeoja ini.

Dengan secangkir coklat panas, Lay memasuki kamar yang beberapa hari ini dihuni oleh Irene. Dia menghembuskan nafas berat melihat Irene yang masih saja kedinginan.

Tangannya terulur memberikan coklat panas itu. Irene menerimanya lalu segera menyeruput minuman hangat itu, agar tubuhnya merasa lebih baik.

"Masih dingin?" Tanya Lay dengan nada khawatirnya.

Irene hanya mengangguk sebagai jawaban. Bibirnya masih bergetar tidak mampu mengeluarkan sepatah kata.

Melihat itu, Lay mengambil cangkir yang berada di tangan Irene dan memindahkannya ke atas nakas. Detik selanjutnya, tangan Lay menggenggam tangan Irene dan menggosoknya agar rasa hangat muncul dari tubuhnya. Lay juga meniup perlahan tangan Irene, dengan harapan kehangatan yang dia rasakan juga tersalur pada Irene.

Yeoja bermarga Bae itu merasa ada sesuatu yang aneh dengan jantungnya. Darahnya berdesir hebat seakan ada sengatan listrik disana. Hatinya menghangat melihat perlakuan manis Lay. Tapi bibir dan tubuhnya masih bergetar kedinginan.

Mata mereka saling bertemu. Sungguh, Lay benar benar tidak tega melihat kondisi Irene sekarang. Entah apa yang ada di pikiran Lay, namja berdarah China itu semakin mendekatkan diri pada tubuh Irene. Kondisi Irene yang seperti ini, membuat Lay tidak bisa menahan diri untuk tidak mencium bibir tipis yang sedari tadi terus bergetar.

Perlahan tapi pasti, bibir Lay menempel di bibir tipis Irene. Tak ada penolakan. Sejak awal Lay tidak berniat buruk pada Irene, dia hanya ingin menghangatkan tubuh yeoja itu. Dan dulu dia sempat mendengar sebuah cerita, bahwa ciuman adalah hal terhangat saat kedinginan. Siapa tau hal itu juga berhasil pada Irene? Mungkin itu yang ada di pikiran Lay saat ini.
.
.
.
.
.
.
Kelopak matanya terasa berat ketika dia merasakan siluet cahaya mulai memasuki celah korden kamarnya. Tubuhnya ingin sekali menggeliat kalau dia tidak merasakan sebuah tangan berat sedang melingkari pinggang kecilnya. Dia sangat ingin membalikkan tubuhnya agar dapat melihat siapa seseorang yang sedang tidur di sampingnya. Jujur, dia terlalu takut untuk memastikan.

Perlahan dia mulai bergerak membalikkan tubuhnya. Seakan tersengat listrik lagi, tubuhnya kembali menegang saat melihat Lay tengah tertidur dengan pulas.

Ya tuhan, apa yang dia lakukan disini?

Irene menelan kasar ludahnya, dan terus menatap Lay di tengah tidurnya. Pikiran Irene mengular kemana mana. Dia memeriksa seluruh pakaian yang dia gunakan, dan masih utuh.

Huft, syukurlah

Ditatap lagi wajah damai Lay yang tengah tertidur. Kedua sudut bibirnya terangkat saat melihat Lay tengah tertidur. Sangat tampan memang. Hatinya seolah ada pesta kembang api yang sedang meletup, ketika tau namja di sampingnya ini adalah Zhang Yixing.

Irene sangat menikmati pemandangan di depannya ini, hingga tidak sadar bahwa Lay sudah membuka matanya.

"Good morning" Sontak Irene segera menjauhkan diri dari Lay, saat mendengar namja itu bersuara.

"M-morning." Irene tampak bergetar ketika menjawab ucapan selamat pagi dari Lay.

"Wae?" Lay kembali bersuara ketika mendapati wajah gugup Irene.

"Kita tidak melakukan apapun."

What the??

Bukan itu yang ada di pikiran Irene. Dia hanya terlalu gugup dengan posisi sedekat ini dengan Lay. Seumur hidupnya, dia tidak pernah merasakan posisi ini. Bayangkan saja, kalian berada di posisi Irene. Kalian juga pasti sangat gugup.

Just You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang