Ch. 22

3.9K 196 104
                                    

Bruk!

Tubuh Adam menabrak tembok dengan cukup keras. “Adam, cukup! Kita masih membutuhkan dia dalam keadaan hidup” ucap Revin setelah menendang Adam. Adam berusaha berdiri, menghiraukan setiap tulang yang patah. “Kami hanya ingin menanyakan beberapa hal padamu, maaf kalau Adam berlaku kasar. Matenya baru saja diambil alih oleh klanmu. Bisakah kita melakukan ini dengan kepala dingin dan tanpa kekerasan?” tanya Vani. Werewolf itu menggerang, berusaha berdiri. Vani tetap was-was. “Baiklah” ucap werewolf itu dengan suara serak. Vanipun tersenyum. “Bisakah aku saja yang mengurus dia? Sepertinya kalau kalian yang mengurusnya akan makin kacau” kata Vani. Para angel element yang lain saling menatap. “Dia berbahaya, aku tidak akan membiarkanmu berdua saja dengannya Vaniku” ucap Revin khawatir. “Aku setuju dengan Vani” ucap Zyko sembari mendekati Adam. “Biar Vani yang mengurusnya, kita harus mengurus dia dulu” kata Zyko lagi sembari membopong Adam yang sudah kehabisan tenaga. Revin tetap tidak mau pergi dari samping Vani. “Revin! Apa kau tidak mau membantuku!?” tanya Zyko dari luar ruangan. Vani menatap Revin. “Kau tidak percaya padaku? Aku bisa menangani dia. Pergilah, atau aku akan marah padamu selama-lamanya” kata Vani dengan sedikit kesal. “Ta-tapi..” ucap Revin terputus. “Baiklah kalau kemauanmu adalah dibenci olehku selama-lamanya” Vani melebarkan sayapnya. “Oke oke, aku pergi. Tapi kau jangan membenciku” ucap Revin sembari mencium Vani kilat lalu pergi keluar ruangan. Vani hanya bisa terdiam dengan muka merah padam.

“Ehem.. ehem..” werewolf itu berdehem saat Vani hanya terdiam. “Ah, maaf. Lupakan kejadian tidak penting tadi. Baiklah, aku akan mulai bertanya. Tapi, bisakah kau merubah wujudmu menjadi sosok manusia dulu? Aku kurang suka berbicara dengan srigala” kata Vani. “Baiklah” ucap werewolf itu. Tiba-tiba bulunya itu masuk kedalam kulit, ukuran tubuhnyapun mengecil, ekornya menghilang entah kemana, telinganya berpindah menjadi di sisi kepala, bukan diatas. “Aku sudah selesai” ucap seorang lelaki yang sekarang berdiri dihadapan Vani, bukan sosok srigala lagi. Tinggi, tampan, dengan rambut hitam yang tidak terlalu panjang, dan sebuah pisau di pinggir pinggangnya.

“Oke, setidaknya ini lebih baik. Duduklah” kata Vani sembari menyuruh lelaki itu duduk di pinggiran kasur yang sekarang sudah tidak berbentuk akibat hancur. “Hm.. aku tidak suka suasana seperti ini. Seperti mengintrogasi seekor tikus -_-. Kenapa juga kalian harus menghancurkan tempat ini-” perkataan Vani terputus. “Kau ingin mengintrogasiku atau curhat denganku?” tanya werewolf itu heran. “Eh? Hehehe.. maaf-maaf. Oke, pertanyaan pertama. Siapa namamu?” tanya Vani dengan muka seriusnya. “Denis” jawab lelaki itu.

“Apa kau dari klan kegelapan?” tanya Vani lagi. “Aku pengelana, jadi aku tidak mengikuti klan apapun” jawab Denis. “Kau klan Netral?” tanya Vani lagi. “Iya, aku tidak mengikuti klan apapun. Kebanyakan klan netral adalah werewolf. Karena kami suka pertempuran, jadi baik klan kegelapan ataupun klan angel seperti kalian bisa menjadi musuh kami” jawab Denis. “Baiklah, tapi kenapa kau bisa dikendalikan oleh sihir black magician? Bukankah klan netral berpindah tempat tinggal? Bisa jadi kalian seperti tidak pernah tidur, karena dalam sehari kalian bisa berpindah tempat sebanyak 4 atau 5 kali” tanya Vani lagi. “Memang bergitu, hidup kami memang nomaden, karena banyak yang memburu kami, mengajak kami mengikuti salah satu klan. Kebetulan waktu itu aku sedang menetap di daerah klan kegelapan, dan entah kenapa aku masih tetap ingin disana. Selama lebih dari 2 hari aku tinggal disana, dan ternyata aku bertemu dengan seseorang” jawab Denis itu sembari menegadah, mengigat semua memorinya.

“Siapa?” tanya Vani. “Mateku, Alice” jawab Denis. “Alice hm.. dia dari golongan apa?” tanya Vani lagi. “Dia black magician, sudah tingkat 2. Cukup tinggi.” jawab Denis sembari tersenyum membayangkan wajah Alice. “Apa Alice yang melakukan ini padamu?” tanya Vani lagi dengan tingkat penasaran yang cukup tinggi. “Bukan” jawab Denis singkat. “Lalu, kau tahu siapa yang melakukan ini padamu?” tanya Vani. “Tahu” jawab Denis singkat kembali.“Bisakah kau langsung menjawab dengan rinci? Sehingga aku tidak harus kembali bertanya” tanya Vani cukup kesal. “Tidak” jawab Denis kembali. Vani menunduk, berusaha meredam emosinya. “Huh..” Vani kembali mendongakan kepalanya, menghirup udara sebanyak mungkin. “Baiklah, huh.. Siapa yang melakukan ini padamu?” tanya Vani. “Aku tidak bisa memberitahumu” jawab Denis. Vani kesal setengah mati pada lelaki dihadapannya sekarang. “Kenapa tidak bisa?” tanya Vani dengan emosi yang tertahan. “Jika aku memberitahumu, Alice akan dalam bahaya” jawab Denis. Vani membelalakan matanya, emosinya lenyap mendadak. “O-oh.. baiklah, kami akan berusaha menyelamatkan Alice jika kau memberitahu kami siapa yang melakukan ini padamu” kata Vani. “Kalian akan membunuh Alice” kata Denis sinis. “Kami tidak akan membunuh orang yang harus dilindungi” kata Vani. “Alice adalah klan musuh kalian, kalian pasti akan membunuh dia jika dia sudah berada disini” kata Denis. “Aku janji akan menjaganya. Lagipula, black magician seperti dia pasti bisa menjadi white magician” kata Vani dengan senyum. “Jadi tolong, beritahu siapa yang melakukan hal seperti ini padamu, dan apa yang akan mereka lakukan pada Alice” lanjut Vani. “Kau tidak mungkin bisa menjaga Alice sendiri” kata Denis sembari memalingkan wajahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Angel and Dark. Friend or Enemy ? (book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang