Ch. 11

2.3K 131 4
                                    

hai hai.. aku comeback nih, maaf ya nunggu lama. sebenernya mau upload tiap hari minggu, tapi ternyata --' hari minggu juga padet tugas. udahlah, dari pada bancak berkicau lebih baik kita langsung saja ke cerita, selamat membaca ^^

-------------------------------------------------------------

“Darah!” pekik Vani kaget saat melihat kubangan darah yang cukup banyak. “Siapa yang pernah kesini sebelumnya?” tanya Moly. “Entahlah, setahuku yang tahu tempat ini hanyalah Fayla, aku, dan ratu” jawab Zyko. “Ratu tidak mungkin kesini, kau juga sedang dalam masa penyembuhan, jadi tidak mungkin kau akan kemari, kalau Fayla? apa dia memang kembali kemari?” tanya Revin. “Bisa jadi. tadi juga Fayla berada di rumah bukan” kata Adam. “Darah Fayla kah?, tapi, dengan siapa dia bertarung?” kata Vani sembari mendekati darah itu. “HYA! da-darahnya!” pekik Vani saat melihat darah itu mulai menguap dan menghilang. “Memang darah Fayla” kata Zyko. “Sudah, cepat cari lembaran-lembaran itu” kata Adam sembari memasuki rumah itu makin dalam. Mereka mulai menyebar menuju setiap ruangan yang ada, bunyi derit engsel pintu yang sudah karatan dan rusak memenuhi setiap ruangan berdebu yang mereka masuki.

“Tidak ada, kami sudah memasuki beberapa ruangan, disana hanya ada barang-barang yang ditutupi kain lusuh dan kotor” lapor Vani dan Revin saat  kembali ke ruangan utama. “Kami juga sama, sepertinya rumah ini benar-benar sudah tua dan saat rawan jika kita terlalu lama di sini” kata Moly. Zyko mengalihkan pandangannya pada sebuah pintu dengan warna biru pucat yang sudah memudar karena termakan usia. “Apa kita sudah memasuki ruangan itu?” tanya Adam. “Belum” jawab Zyo sembari mendekati pintu itu.

Cklek cklek..

“Terkunci” gumam Zyko saat terus berusaha memutar knop pintu itu. “Aneh, setiap ruangan tidak ada yang terkunci kecuali ruangan ini” kata Adam sembari memperhatikan pintu itu. “Ini seperti sebuah pintu kamar anak-anak, lebih tepatnya anak perempuan. mungkin sekitar umur 5-7 tahunan, ini perkiraanku saja” kata Vani ikut memperhatikan pintu itu. “Yah, tapi untuk apa seorang anak kecil mengkunci pintu kamarnya? itu sungguh aneh bukan, kebanyakan anak kecil membiarkan pintu kamarnya tanpa terkunci, bahkan ada beberapa yang lebih memilih membuka pintu kamarnya” kata Revin.

Brakk..

pintu itu di dobrak oleh Zyko. “Waa…” gumam Vani dan Moly saat pintu itu sekarang sudah terbuka. nuansa cerah yang ada dihadapan mereka kini memperlihatkan dengan jelas bahwa itu adalah kamar seorang anak perempuan. “Ruangan ini aneh. tidak berdebu dan masih terlihat sangat terawat. tapi kenapa cuma ruangan ini saja?” tanya Revin bingung. “Sepertinya, dia selalu datang kemari” kata Adam sembari memperhatika sebuah Foto yang tertempel di dinding, memperlihatka sebuah keluarga bahagia yang tengah tersenyum, dengan ibu yang cantik, ayah yang tampan, seorang anak laki-laki yang juga tampan juga seorang anak perempuan yang manis. mereka semua serempak menggunakan pakaian berwarna putih.

“Bunkannya itu Fayla?” tanya Moly saat memperhatikan foto itu. “Iya, itu Fayla. dia lucu ya saat masih kecil” kata Vani sembari tersenyum. Zyko tidak memperhatikan teman-temannya yang sibuk dengan dengan foto itu. dia sibuk mengobrak-abrik isi dari laci meja yang berada di sisi tempat tidur warna biru muda itu. “Tidak ada” gumam Zyko, dia berdiri dan segera menuju lemari pakaian. “Hey, tidak sopan membuka lemari pakaian wanita sembarangan” larang Vani saat melihat Zyko hendak membuka lemari pakaian. “Aish, dia hanya anak kecil. memang akan ada apa di dalam lemari ini” kata Zyko. dengan cepat Zyko membuka lemari pakaian itu tanpa memperdulikan gumaman Vani kesal. saat lemari itu terbuka terpampanglah berbagai macam jenis gaun perempuan yang khusus untuk anak kecil. “Aku tidak menyangka Fayla memiliki banyak gaun, kekekeke” kata Revin saat mendekati Zyko. Zyko membuka gaun-gaun itu dan memperlihatkan ujung lemari. “Pisau?” gumam Zyko saat melihat sebuah pisau kecil dengan butiran permata yang tersusun rapi dari pangkal pisau belati itu. “Pisau yang cantik” kata Vani sembari memperhatikan pisau belati itu. “Pegang dulu” kata Zyko sembari memberikan pisau itu pada Vani dan kembali membuka lembaran-lembaran gaun itu. “Ini dia, lembaran-lembarannya.” kata Zyko saat melihat beberapa lembar kertas yang tertempel di dinding lemari itu.

Angel and Dark. Friend or Enemy ? (book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang