Ch. 3

2.8K 137 10
                                    

“Kita akan pergi ke toko yang berada dimana?” tanya Olin heran. Sudah hampir setengah jam mereka berjalan, namun belum sampai juga. “Sebentar lagi” kata Filia sembari memperhatikan arah jalan. Filia masuk kedalam sebuah gang kecil dan lumayan sempit, Olin yang heran hanya mengikuti gurunya itu. Kanan-kanan-kiri-kanan, Filia sudah berbelok beberapa kali dengan Olin yang masih setia mengekor di belakangnya. “Sampai” kata Filia senang. “Ini sebuah toko pedang?” tanya Olin heran. “Bukan hanya toko pedang, ini adalah toko senjata. Pemilik toko ini selalu membuat senjata-senjata mereka sendiri, setelah itu mereka menjualnya” kata Filia. “Aku juga membeli pedangku di sini” lanjutnya.

Suara lantai yang sudah rusak terdengar sangat jelas saat Filia menaiki anak tangga yang hanya berjumlah tiga tersebut. “Ayo, apa kau tidak mau memilih pedangmu sendiri?” tanya Filia saat sudah berada di depan pintu. “Ah, iya” kata Olin sembari menyusul Filia masuk ke dalam. “Permisi” kata Filia sembari masuk kedalam ruangan yang dipenuhi oleh senjata, mulai dari pistol laras panjang, sampai tombak dan perisai pun ada.olin hanya tercengang saat memasuki ruangan tersebut. “Bagaimana? Sudah kubilang bukan, di sini tidak hanya menjual pedang, tapi mereka juga menjual setiap macam senjata” kata Filia. Terlihat sekali bahwa Filia juga senang berada di ruangan itu. Setelah mereka melihat-lihat senjata yang terpajang di sana, mereka menghampiri sebuah meja dengan 2 orang yang sedang berdiri sembari memberikan senyum kearah mereka berdua. “Permisi, apa kau punya sebuah pedang yang cukup ringan untuk dia?” tanya Filia seorang lelaki yang berada di meja itu. “Oh, yang cukup ringan ya. Hm, Clare bisa kau bawa dia pada ruangan pedang?” tanya pria itu pada perempuan yang berada di sampingnya. “Tentu ayah” kata perempuan yang diketahui namanya adalah Clare. “Sana, ikuti saja dia” kata Filia pada Olin yang dijawab anggukan oleh Olin.

Olin pun mengikuti Clare menuju ruangan pedang, sementara Filia masih berdiri di sana memperhatikan setiap senjata yang terpajang di ruangan itu. Tatapan Filia langsung tertuju pada sebuah pistol berwarna coklat, anak panah berwarna biru laut, dan pedang berwarna merah. “Apa kau tertarik dengan senjata-senjata itu?” tanya sang bapa pada Filia yang sendari tadi menatap senjata-senjata itu. “Iya, sepertinya senjata-senjata ini pernah kulihat” kata Filia. “Senjata-senjata itu adalah senjata para Angel Element. Yah, saya tahu kalau senjata seperti itu dilarang dibuat ataupun dijual di daerah ini. Tapi, saya menyukai senjata mereka. Selain memiliki kekuatan khusus, senjata-senjata itu juga memiliki penampilan yang sangat bagus, para kolektor senjata pasti akan tertarik jika melihat senjata-senjata itu” kata sang bapa pada Filia. “Apa ini asli?” tanya Filia. “Tentu tidak, itu hanya replica buatan keluarga kami saja. Sulit untuk mendapatkan senjata asli itu. Aku dengar Angel Element Api terakhir sudah tewas saat melawan tuan Lucifer, tapi senjatanya tidak ditemukan sama sekali. Bahkan, jasadnya pun tidak ditemukan di tempat dia menyerahkan jiwanya untuk menghancurkan tuan Lucifer” kata bapa itu sembari sedikit berbisik.

Lucifer? –batin Filia

Tiba-tiba sekelebat bayangan tidak jelas muncul di pikiran Filia, membuatnya sedikit agak pusing. ?”Kau tidak apa-apa?” tanya bapa itu khawatir karna tiba-tiba Filia sedikit kehilangan keseimbangan dan terus memegangi kepalanya. “Ti-tidak, saya baik-baik saja” kata Filia. Kalung yang digunakan Filia terasa sedikit panas.

Kenapa ini? Dan apa bayangan tadi? –pikir Filia.

“Ayah, pedang ini cocok untuknya” kata Clare yang sudah berada di ruangan senjata. “Kalau begitu, berapa harga pedang itu?” tanya Filia. “Cuma 38 keping emas saja” kata sang bapa. Filia mengambil keping emas sebanyak 38 dan mengambil pedang yang tadi dibawa oleh Clare. “Pedang wushu. Cukup bagus” kata Filia sembari memberikan pedang itu pada Olin. “Terimakasih” ucap Filia sembari keluar toko itu.

Akhirnya mereka berdua sudah keluar dari toko itu dan kembali kejalan yang biasa. “Terimakasih sudah membelikanku pedang” kata Olin. “Hm, itu tidak gratis” kata Filia. “Apa? Ta-tapi..” kata Olin gelagapan. “Kau, harus membayarnya dengan melakukan tugasmu dengan sebaik mungkin. Dan kau tidak boleh kalah atau lemah dihadapan siapapun” kata Filia. Olin sempat kaget saat Filia mengucapkan hal tadi, tapi lagsung mengangguk penuh semangat. “Aku akan berjuang” kata Olin. “Kalau begitu, aku berpisah di sini ya, aku akan pulang” kata Filia sembari mengambil arah kiri dan meninggalkan Olin. “Terimakasih, guru” kata Olin yang masih sempat terdengar oleh Filia.

Angel and Dark. Friend or Enemy ? (book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang