Murid-murid sudah berbaris di lapangan. Seperti biasa di hari senin sekolah melaksanakan upacara kenaikan bendera.
Nikita keluar kelas dengan agak lesu, tadi pagi kak Dimas menjemputnya lebih pagi. Setelah ditelpon pukul 04.00 wib Nikita langsung mandi dan bersiap, mungkin karena tidak terbiasa akhirnya sampai sekolah dia agak mengantuk. Sampai di sekolah jam 6 pagi keadaan sekolah masih sepi, duduk sendiri di kelas, bangkunya yang terletak di ujung membuatnya tertidur nyenyak selama hampir 1 jam. Sonya membangunkannya dengan tiba-tiba. Sepertinya Sonya pun baru datang, terlihat dari nafasnya yang ngos-ngosan."Desy mana, Nya?". Tanya Nikita sambil berdiri di belakang Sonya.
"Tau tuh anak, dari semalem gue bbm ga di read-read juga". Sambil membenarkan baju dan rambutnya.
"Loe bangun kesiangan, drakor?". Tanya Nikita lagi.
"Biasa lah gue, apalagi kalo bukan oppa". Jawabnya sambil mengerlingkan mata.
Upacara pun dimulai.
Nikita tidak terlalu fokus gara-gara tidur sesaatnya tadi, matanya serasa berat, kepala agak pusing. Tapi dia tetap berusaha mengikuti upacara dengan khitmad.Bapak kepala sekolah memberikan sambutan. Memberi wejangan dan petuahnya kepada para murid. Tidak seperti biasa, sambutan terasa agak lama. Dan ternyata di akhir pidatonya beliau memberitahukan sesuatu.
"Anak-anakku sekalian, hari ini kita kedatangan tamu, kakak-kakak dari Universitas Mandala Putra Bangsa. Kita beri sambutan untuk mereka".
Tepuk tangan riuh terdengar.
"Apaan sih, rame bener?". Nikita berusaha mengangkat wajahnya melihat kedepan, tapi murid barisan utama mengangkat tangannya bertepuk tangan hingga menghalangi pandangannya.
Nikita kembali tertunduk."Ya ampun Nik, ganteng-ganteng banget tau, apalagi itu yang nomor 3, manis banget sih kayak oppa gue!". Seru Sonya.
"Ganteng, siapa sih, gue ga denger?". Nikita memijat-mijat pelipisnya.
Berusaha menyegarkan matanya, tapi sulit sekali."Silahkan perkenalkan diri kalian masing-masing". Lanjut Bapak Kepsek.
"Selamat pagi semuanya, perkenalkan nama saya Agung Hendrawan, senang bisa melaksanakan KKN disini. Mohon bantuannya". Laki-laki paling kanan memulai lebih dulu.
"Pagi semua, saya Andri Dirgantara. Mohon kerja samanya". Laki-laki nomor 2 berbicara agak singkat.
"Halo, selamat pagi semuanya". Tepuk tangan riuh, sorak-sorak terdengar keras, mayoritas suara perempuan yang mendominasi.
Duugg...
Tiba-tiba Nikita terhenyak, jantungnya berdegup, suara itu tidak asing ditelinganya. Walaupun matanya tidak melihat, tapi dia kenal suara siapa itu. Ditengah tepuk tangan dan teriakan para siswi, hanya dia yang terdiam.
"Kenalkan, nama saya Dimas Arya Wirawan, cukup panggil Dimas. Saya senang sekali karena bisa melaksanakan KKN di SMA 3 ini, murid-muridnya terlihat ceria semua. Mohon bantuan dan kerja samanya".
Suara laki-laki itu, Nikita mengangkat wajahnya, matanya langsung melotot, rasa kantuk dimatanya sekejap hilang begitu saja, mencoba memperhatikan laki-laki itu. Dia berjalan keluar barisan, maju 4 langkah, dan menyelinap di belakang murid barisan utama. Matanya tak berkedip, mulutnya masih ternganga.
"Kak Dim...!". Pekiknya dalam hati.
Beberapa detik dia memperhatikan keadaan didepannya, hingga tidak bisa mendengar laki-laki selanjutnya yang berbicara. Diantara 6 laki-laki itu, dia hanya memperhatikan laki-laki yang berdiri ditengah, meskipun dia sudah mundur kembali ke barisan rekannya, mata Nikita tak berkedip memandang laki-laki yang mengaku bernama Dimas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boy (END)
Teen FictionNikita merasa dia punya pacar yang hanya lelaki biasa. Ya, Dimas yang seorang mahasiswa, baik, pintar, dan keren. Sampai akhirnya semua asumsi berubah saat Dimas melaksanakan KKN di SMA 3, sekolah Nikita *** 🚫Masih acak-acakan. Authornya belum semp...