"Ta, tata bangun sayang!". Mama Arin mengguncang tubuh Nikita yang sedang terlelap tidur.
"Ada apa, ma?". Nikita mengucek matanya. Bangun perlahan, melihat mamanya menangis langsung membuatnya tersentak.
"Mama kenapa nangis, ada apa ma?". Giliran Nikita yang histeris.
"Embah kamu, sakit. Dia pingin ketemu mama sama kamu, tiap malem dia manggil-manggil kita". Mama meluapkan tangisannya, duduk disamping ranjang. Menundukan kepala dan menutupnya dengan kedua tangan.
"Embah, sakit". Air mata pun menetes tak tertahankan.
**********
Tok...tok...tok...
Nikita membuka pintu perlahan, Dimas berdiri di ambang pintu dengan wajah tegangnya.
"Untunglah kakak belum telat, kakak kira kamu udah berangkat". Dimas menampakan wajah cemasnya.
"Kita naik bus aja Dim, kasian kamu. Jarak Bandung-Surabaya kan jauh". Mama keluar dari balik pintu kamar membawa tas besar.
"Dimas bakal lebih khawatir kalo tante sama Tata berangkat naik bus, ayah sama ibu juga ga tega kalo malem-malem gini tante sama Tata pergi berduaan. Ini udah hampir tengah malem, bahaya tan". Bujuk Dimas.
Akhirnya mama & Nikita menurut, mereka pergi di antar Dimas dengan mobil ayah.
Disepanjang perjalanan Dimas menguap, baru saja dia selesai mengerjakan tugas dan tiba-tiba Nikita menelepon memberitahukan kabar duka. Ayah pun menyarankan untuk mengantar dengan mobil, tidak baik 2 perempuan pergi malam-malam ujar beliau."Kakak pasti ngantuk". Nikita yang duduk disebelah Dimas mengelus pundak Dimas lembut.
"Ga apa, gimana mama, udah tenangan?".
"Udah tidur. Didepan ada minimarket tuh kak, stop bentar ya?".
Dimas mengangguk kecil.
Dimas melirik jam tangannya, jam 04.00 pagi. Nikita keluar dari pintu minimarket, membawa 2 gelas cup ditangannya dan bungkusan plastik.
"Minum dulu kak, biar enakan. Ini rotinya". Nikita menyimpan bungkusan plastik di atas deskpor mobil.
"Mama pasti sedih, sampe tertidur gitu kecapean nangis". Tatap Dimas sendu.
Lalu mengambil gelas ditangan Nikita, meminumnya perlahan.
"Terakhir kita ketemu lebaran tahun lalu, embah larang kita pulang. Dia bilang tinggal aja lagi di Surabaya, ga usah balik ke Bandung". Nikita menghela nafas panjang.
"Udah sebulan lalu sebenernya bule bilang embah sakit, tapi kita belum sempet nengokin".
"Yang sabar, kita lanjut lagi ya". Dimas mengusap kepala Nikita.
Nikita mengangguk pelan.
**********
Hanya beberapa jam mereka bertemu, itu pun lebih baik. Setidaknya embah Murni bisa melihat anak & cucu kesayangannya sebelum berpulang kendati hanya sekejap. Pemakaman langsung dilaksanakan hari itu juga.
"Tata, bukannya hari senin kamu ujian?". Mama Arin bertanya selepas acara pemakaman selesai.
"Iya ma, tapi ini kan masih hari jumat. Besok aja Tata pulang". Rengek Nikita.
"Kalo kamu pulang besok ga ada waktu buat belajar sayang, kamu pulang bareng kak Dim ya, entar mama pulang minggu depan". Mama mengelus lembut pipi Nikita.
"Tapi ma". Nikita cemberut.
"Udah, kasian kak Dim, dia pasti lagi banyak tugas". Pinta mama lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boy (END)
Teen FictionNikita merasa dia punya pacar yang hanya lelaki biasa. Ya, Dimas yang seorang mahasiswa, baik, pintar, dan keren. Sampai akhirnya semua asumsi berubah saat Dimas melaksanakan KKN di SMA 3, sekolah Nikita *** 🚫Masih acak-acakan. Authornya belum semp...