Part 18

606 41 0
                                    

Di kantin, Desy tertawa bahagia, saat tahu keputusan kepala sekolah mengenai hukuman untuk Nikita. Drop Out.

"Ga salah gue bawa dia ke lab!".

"Loe kejam, Des...". Sonya berkata lirih.

Sonya pikir, ini sudah diluar kewajaran.
Desy yang selama ini dia anggap baik, ternyata serigala berbulu domba.
Dia terus mencari cara untuk membalas sakit hatinya pada Nikita.

"Ga usah ikut campur loe!". Maki Desy.

"Nikita sahabat kita, loe inget pertama kita ketemu? Kita dihukum gara-gara ketawa bersamaan, kita ketawa liat senior yang nge-MOS kita jatoh, trus dia marah akhirnya nyuruh kita bersihin taman sekolah?". Sonya berusaha mengingatkan.

Desy mendelik. Lalu mengalihkan pandangan. Tentu saja dia ingat kejadian 2 tahun lalu itu.
Dimana sejak hukuman itu mereka mulai dekat, bahkan mereka dijuluki trio centil.

Desy awalnya baik, tidak menaruh dendam sama sekali pada Nikita.
Sampai dia menaruh rasa suka pada Reynaldi, ya sang casanova itu sebenarnya adalah cinta pertama Desy.
Tapi sayang, Rey lebih tertarik pada Nikita.

Berada dalam satu eskul, membuat mereka lebih dekat. Melihat mereka sering mengobrol, bermain gitar, dan bercanda bersama. Membuat Desy sakit hati.
Desy berusaha menepis semua perasaannya.

Desy ingat dimana mereka membuat kesepakatan ikrar janji mereka sebagai Joceba, jumbo centil bahagia.

"Loe suka sama kak Rey?". Desy bertanya seusai Rey memberikan coklat pada Nikita.

"Suka, kak Rey baik, suaranya bagus, pinter...".

"Loe udah ditembak?". Desy memotong kata-katanya.

"Hah, ga lah! Gue nyadar diri Des, gue siapa dia siapa. Lagian gue belom dikasih surat ijin pacaran ama nyokap".

"Trus, kok dia kasih coklat?". Desy menatap coklat ditangan Nikita.

"Ga tau, katanya sih tanda terima kasih, kemarin gue bantuin dia nyatet nama-nama anak sosis".

Suatu hari Desy menangis, dan bercerita perihal keretakan rumah tangga orang tuanya.

"Gue benci bokap gue!". Desy menangis dipangkuan Nikita.

"Sabar Des, gimana pun juga dia bokap loe! Gue emang ga tau gimana rasanya, tapi loe mesti bisa kendaliin perasaan loe". Nikita berusaha menenangkan.

"Loe tau, kenapa gue ga mau pacaran, karna gue benci cowok!". Hujat Desy.

Sejak itu, mereka berkomitmen.
Tidak ada pacaran dalam kamus mereka.
3 cewek cantik, centil, periang, dan cukup ternama di sekolah. Jelas mengundang banyak perhatian dengan ikrar mereka, Jomblo-jomblo bahagia.

Dan ternyata itu berhasil membuat Rey mundur selangkah demi selangkah, dia mulai menjauhi Nikita dan membatasi kedekatannya.

"Berhasil!". Itu yang Desy ucapkan, saat melihat Rey mulai mengacuhkan Nikita.

Nikita baik, bahkan terlalu baik untuk Desy.
Setiap Desy ada masalah, dia dengan sukarela menjadi pendengar dan memberi solusi yang terbaik.

"Besok acara rapat ortu, gue ga tau, nyokap bokap bisa dateng apa ga?". Keluh Desy.

"Kalo ortu loe ga dateng, biar nyokap gue yang jadi wakil".  Nikita tersenyum merangkul bahu Desy.

Mama Arin sangat baik, ramah, dan perhatian.
Beberapa kali Desy dan Sonya berkunjung ke rumah Nikita, terlihat kedekatan dan keakraban antara ibu dan anak.
Desy tersenyum kecut melihatnya.

"Kapan gue bisa kayak gitu sama nyokap?". Keluh Desy.

Nikita selalu lebih istimewa di hadapan Desy. Setiap semester Nikita menjadi peringkat 1, dan Desy berada di posisi ke 2.

Menginjak kelas 2, mereka mencalonkan menjadi ketua kelas. Dan ternyata hasilnya seri.
Nikita mengalah, dia mundur dan lebih memilih menjadi sekretaris.

"Loe, cuman caper!". Kecaman pertama sebagai luapan rasa gengsi Desy.

Selanjutnya, semua perhatian dan kebaikan Nikita seolah hanya sandiwara untuk Desy.

**********

Mama Arin dan Dimas duduk di hadapan Pak Jauhari, kepala sekolah SMA 3.

"Saya mohon pak, jangan keluarkan Nikita". Pintanya.

"Kenapa kamu ngotot sekali Dimas, memangnya kamu tau kalau Nikita tidak bersalah?". Tanya pak Jauhari.

"Sa-sa-ya..., maksud saya, Nikita itu kan murid baik, pintar, berprestasi...".

Mama Arin hanya memandang Dimas sarkastik. Tidak bisa memberi pendapat apapun.

"Justru itu yang saya heran, mereka itu anak IPS, kenapa masuk ke ruangan lab?". Pak Jauhari menatap Dimas.

"Dan kamu tau, itu kesalahan fatal". Pak Jauhari menekan kata-katanya tegas.

"Permisi pak, boleh saya ikut bicara". Sonya berdiri di ambang pintu.

"Silahkan, masuklah". Pak Jauhari memberi isyarat.

Dimas menatap Sonya, dan tersenyum kecil. Lalu Sonya menatap Mama Arin, mengangguk kecil.

"Desy yang bersalah pak, bukan Nikita. Saya tau waktu itu Desy mau mengajak Nikita ke lab, saya sudah larang, tapi dia keras kepala. Saya memang tidak ada ditempat sebagai saksi, tapi Desy bercerita kalau kecelakaan itu karna ulahnya, bukan Nikita. Justru Nikita yang menolongnya, membawa Desy keluar tepat waktu". Terang Sonya.

"Begitu? Lalu, apa motifnya Desy melakukan itu?". Pak Jauhari bertanya tegas.

Sonya menatap Dimas.
Dimas memberi kode, dia menggerakan matanya.

"Desy, Desy suka sama..., kak Rey. Bapak ingatkan di hari perpisahan, kak Rey dan Nikita bernyanyi di panggung, itu sepertinya yang membuat Desy kesal sama Nikita". Ucap Sonya.

Dimas tersenyum kecil.
Mama Arin masih diam, belum mengerti apa-apa.

**********

"Makasih, Nya! Loe emang sahabat terbaik gue...". Nikita memeluk Sonya.

"Makasih, udah jaga rahasia ini". Dimas tersenyum menatap Sonya.

"Ga apa kak, Niki sahabat aku". Sonya merunduk.
"Maaf, ya Nik?". Lalu menghapus air matanya.

"Kenapa minta maaf?". Dimas bertanya heran.

"Selama ini gue tau soal kekesalan Desy sama loe, tapi gue diem. Gue lebih milih ikut apa yang dia suruh, tanpa berusaha menyadari kalo loe yang tersakiti. Gue ga bisa apa-apa, loe tau kan keadaan gue gimana? Selama ini kalo ada apa-apa, gue selalu minta tolong sama Desy". Sonya menangis kembali.

"Gue tau...". Nikita memeluk Sonya.

Mama Arin keluar dari ruangan kepala sekolah, diiringi Desy.

"Des, tunggu Des! Gue mau ngomong...". Nikita meraih tangan Desy.

"Diem loe! Puas loe sekarang! Gara-gara loe gue di D.O...". Desy menunjuk wajah Nikita.

Mama Arin mendekati mereka, meraih pundak Nikita.

"Tata, udah sayang". Mama Arin tersenyum sambil mengangguk, memejamkan mata sedetik sebagai isyarat.

Nikita mengangguk, lalu mundur dari hadapan Desy.

"Dan loe Nya, jangan pernah temuin gue lagi!". Desy menunjuk Sonya.

Dimas mengelus pundak Sonya.

Perhatian Desy beralih pada Dimas, matanya berlinang air mata.

"Jahat!". Lalu berbalik dan pergi.

**********

My Boy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang