Part 26

581 41 2
                                    

Semua terulang kembali, dimana Dimas membonceng Nikita lalu harus menurunkannya beberapa meter jauh sebelum kampus.

"Masa mau gini lagi? Katanya pingin lebih dewasa ga kayak SMA?". Dimas menahan tangan Nikita yang hendak melangkah.

"Belum seminggu aku jadi mahasiswi, feropon kakak sebagai senior terkeren-tercool-terdahsyat, ter-segalanya aja masih melekat diwajah kakak buat para junior. Aku tau kok masih banyak mahasiswi baru yang ngasih kakak surat, bunga, coklat. Coklat yang kemaren kakak kasih juga pasti hadiah dari fans kakak, iya kan?". Nikita mengoceh dengan wajah bersungut-sungut.

Dimas hanya meringis dengan senyum masam.
"Sorry, sayang! Makanya kamu jangan gini terus, kamu ga takut kejadian kayak dulu terulang?".

"Apa?". Nikita bertanya mengerti.

"Desy". Jawab Dimas pendek.

"Temen-temen aku sekarang normal kok, ga pada centil kayak dulu. Ya udah, aku masuk dulu". Nikita melambaikan tangan lalu berjalan.

Dimas pun melajukan motor, melewati Nikita yang masih berjalan.
Diparkiran beberapa mahasiswi berkerumun, saat Dimas turun dari motor lalu berjalan mereka berteriak memanggilnya.
Bunga, coklat, kado kecil. Selama 3 hari ini dia harus kerepotan membawa benda-benda itu ke ruangannya, Nikita harus memalingkan wajahnya saat ada gadis yang meminta selfie segala.

"Ciih, gayanya!". Nikita mendengus kesal.

**********

Nikita duduk bersama Nuri dan Sesil, menikmati semangkok bakso.
Mengobrol kesana-kemari dengan canda tawa yang nyaring, sampai saat tangannya yang naik ke atas karna asyik tertawa, tangan Nikita tak terasa menepuk seseorang yang berjalan melewatinya.

"Sial!". Ucap perempuan itu.

Nikita menoleh seketika, baju senior itu sudah basah karna jus yang dia bawa tak sengaja tumpah akibat ulah Nikita.
"Astaga! Maaf kak, maaf. Aku bener-bener ga sengaja". Nikita meraih tisu lalu membersihkan kemeja ditubuhnya.

Melsa menahan tangan Nikita.
"Loe lagi? Kenapa dari sekian ribu mahasiswa baru harus loe terus yang bikin masalah sama gue?".

Nikita mengerutkan keningnya, berusaha mengingat.
"Dia kan yang suka hukum aku gara-gara kesiangan waktu ospek". Gumam Nikita dalam hati.

"Loe, bikin gue malu! Dan balasannya, gue bakal bikin loe malu juga!". Ucap Melsa dengan senyum sinis.

Nikita tertegun seketika, melihat kesekeliling.
Disaat seperti ini kenapa dia mulai mencari Dimas, dan berharap dia datang lalu menolong Nikita dari kakak senior yang super galak ini.

"Ospek belum berakhir, loe masih berstatus mahasiswa baru". Melsa merunduk berkata didepan wajah Nikita.

Nuri dan Sesil tidak bisa berbuat apa-apa, mereka sudah kapok kalau harus berurusan dengan kakak senior lagi.

"Ma-af, kak..., aku...". Nikita agak terbata.

"Gue maafin dengan satu syarat". Senyum iblis terukir dibibir Melsa.
"Loe harus turutin perintah gue!".

Rasanya Nikita ingin menangis, menjerit ditengah keriuhan suasana kantin.
"Kak Dim...". Hatinya mulai berdoa semoga dia datang.

Melsa menarik Nikita keluar dari tempat duduknya.
"Loe liat para cowok itu, yang duduk dimeja pojokan sana?".

Nikita memperhatikan arah telunjuk Melsa.
"I-itu, senior...".

"Iya, itu senior loe! Loe liat cowok yang lagi duduk baca buku?". Tanya Melsa kembali.

Nikita mengangguk.
Dari sekumpulan mahasiswa itu, hanya satu yang sedang membaca buku. Dan dia duduk membelakangi tempat duduk Nikita, ditambah kepalanya yang agak merunduk, membuat Nikita sulit melihat wajahnya.

My Boy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang