1. Valdes Gandaska Jaya

16.5K 1.4K 82
                                    



Menghargai diri sendiri.

Aku tak pernah menduga kalau kata-kata itu yang akhirnya kurenungkan saat ini. Sambil menghembuskan asap rokok berulang kali dan menatap jalanan lengang dini hari ini.

Sudah hampir pukul 4 lebih, dan sudah dari satu jam yang lalu aku berdiri di ujung jalan ini.

Aku bukan gigolo. Karena tanpa meminta pun, uang akan bermunculan untukku. Orang tuaku memiliki pekerjaan yang bukan main-main sehingga uang mereka yang tersalur untukku juga tak main-main.

Tapi aku memang manusia laknat yang tersesat.

Kalian tahu kenapa?

Aku bukan orang yang memiliki keyakinan. Papa seorang Kong Hu Cu sementara Mama adalah Katolik, membuatku berada dalam seutas tali tambang dengan berat yang tak mampu ku timbang.

Aku manusia brengsek yang hidup dalam kisaran seks dan senang-senang belaka. Aku tak pernah sekalipun memikirkan tentang tujuan hidup. Visi dan misi, motto, atau apapun itu. Hal-hal yang menurutku adalah omong kosong dan juga basi.

Itulah aku.

Valdes Gandaska Jaya.

----------

Udara dingin menampar wajah tampan itu berulang kali. Sepasang mata coklatnya menangkap dua sosok di seberang jalan.

Banci-banci memuakkan. Rutuknya.

Apalagi setelah tahu kalau sepasang banci itu sedang menatapnya. Dia juga tahu jika dalam waktu kurang dari lima menit tak beranjak dari tempatnya, ia akan terjebak dengan mereka. Dibuangnya puntung rokok dalam genggamannya yang masih cukup panjang, lalu bergegas menuju tempat dimana ia memarkir mobil.

Dia sudah bersiap membuka pintu mobilnya ketika suara itu tiba-tiba mengusiknya.

'Allahhu Akbar, Allahu Akbar' 2x

'Asyhadu Allaa Ilaaha Illallah' 2x

'Asyahadu Anna Muhammadar Rassulullah'2x

Mengurungkan niatnya yang semula akan memasuki mobil, dia memilih mengarahkan pandangannya kesekililing dan menemukan bangunan megah tak jauh darinya. Tanpa disadarinya, langkah kakinya membawanya memasuki bangunan bercat putih itu.

'Hayya' Alash Shalaah' 2x

'Hayya' Alal Falaah' 2x

Dia terpesona dengan suara yang keluar lewat loudspeaker masjid.

'Ash-shalaatu khairum minan-nauum'

'Ash-shalaatu khairum minan-nauum'

'Allahhu Akbar, Allahu Akbar'

'Laa Ilaaha Illallaah'

Suara yang sangat merdu juga menenangkan hatinya. Siapa pemilik suara itu? suara yang mungkin telah membuatnya jatuh hati karena dengan lancangnya berhasil menggetarkan sanubarinya.

Rasa penasaran itulah yang akhirnya menuntunya masuk menuju ke dalam masjid. Mengabaikan bahwa ia bukanlah seorang muslim, mengabaikan bahwa ia tidaklah ingin bersembahyang di tempat suci itu, dan mengabaikan bahwa ia adalah manusia laknat yang mungkin terkutuk memasuki tempat ibadah itu. Mengabaikan bahwa ia adalah Valdes, seseorang yang tak memiliki keyakinan dengan apapun.

Di dalam masjid, hanya tampak beberapa lelaki tua dengan kain sarung dan baju koko serta peci sedang duduk bersila, ada juga yang melakukan shalat sunah. Valdes memilih berjalan kepojok dan mendudukkan dirinya di sana.

Ia menunggu suara itu berkumandang lagi. Tapi yang ia dengar justru senandung shalawat yang dilafalkan bapak-bapak dengan mic-nya. Seseorang baru saja memasuki masjid, lalu orang-orang di dalam masjid serentak berdiri.

Valdes mengira sudah saatnya ibadah sholat di masjid ini akan di laksanakan. Ia menghela nafas. Memilih bangkit berdiri, ia bersiap pergi meninggalkan masjid itu.

Baru dua langkah berjalan, sesuatu menyentakkannya.

Suara itu berkumandang lagi.

'Allahhu Akbar, Allahu Akbar'

Dengan segera ia menolehkan kepalanya. Mencari pemilik suara itu. Hingga sepasang mata coklatnya menemukan apa yang di carinya.

'Asyhadu Allaa Ilaaha Illallah'

'Asyahadu Anna Muhammadar Rassulullah'

'Hayya' Alash Shalaah'

'Hayya' Alal Falaah'

'Qad qaamtish shalaah, Qad qaamatish shalaah'

'Allahhu Akbar, Allahu Akbar'

'Laa Ilaaha Illallaah'

Seorang pemuda berkulit putih dengan baju koko berwarna putih, berdiri di antara orang-orang yang mulai bersiap melakukan ibadah sembahyang.

"Mohon dirapikan shafnya sebelum kita malaksanakan ibadah sholat subuh berjama'ah." ujar sosok itu setelah meletakkan mikrofonnya. Ia kemudian ikut masuk ke dalam barisan orang-orang.

Valdes masih menatap sosok itu tanpa berkedip, meskipun yang tampak penglihatannya adalah punggung pemuda itu sekarang, tapi jantungnya mendadak berdebar-debar menggila. Ia menelan ludah ketika Imam di depan menyerukan 'Allahhu Akbar' lalu senyum menyeruak di sudut bibirnya sebelum badannya berbalik dan meninggalkan masjid.

__________________

Bersambung

Asmara SubuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang