Time is not to keep going, because sometimes It's warns to stop immediately
♦
***Assalamualaikum...
Kepada buah hati ayah, dimana kasih dan harapan senantiasa bermuara.Genap sebulan telah berlalu dimana aku memilih mengikhlaskan kepergian lelaki pemilik hatiku. Meski kenangan bersamanya tak akan pernah memudar ataupun terkikis.
Genap sebulan juga saat berita bahagia itu disampaikan Syeikh Abdullah. Ayah mertuaku. Pembimbing terbesar dalam hidupku.
Bahwa tepat hari ini, aku akan menjadi seorang ayah.
Tapi entah bagaimana kabar itu justru terasa aneh bagiku. Aku bahagia. Tetapi juga tak mampu mengenyahkan perasaan aneh yang terendap dalam hati.
Ya Allah...
Apa aku sanggup menatap wajah dari anak itu nantinya? karena kenyataanya aku tak membiarkan hatiku termiliki oleh ibu yang telah melahirkannya..
Apa aku sanggup membawa anak itu dalam pelukanku? saat ternyata aku telah memberikan pengkhianatan kepada ibu yang melahirkannya..
Apa aku sanggup menyebut diriku sendiri ayah, saat luka yang justru nantinya akan kuberikan padanya jika ia tahu kenyataan tentang siapa pemilik hati ayahnya.
Apa aku sanggup menjadi sosok ayah yang bisa ia jadikan panutan? karena kenyataanya, aku adalah lelaki yang memuja sesamanya....
****
Hari ini tepat tanggal 24, bulan Syura.
Hari kelahiran buah hatiku. Seorang pangeran yang tampan. Melihat wajah mungilnya, mengingatkanku pada seseorang. Seseorang bernama Kallyangga.
Tatapan bahagia dan bangga bisa kulihat dimata ayah mertuaku. Beliau sendiri yang bahkan meminta kepadaku dan Zahra agar di perbolehkan mengumandangkan Adzan untuk anak kami.
"Mau di panggil siapa jagoan kecil eyang?"
Aku masih ingat, syeikh Abdullah menyerahkan bayi itu kedalam gendonganku.
Pertama kalinya dalam hidupku, aku memeluk anugrah terbesar dari Allah. Hatiku berdebar, perasaan gelisah serta rasa bersalah musnah begitu saja ketika mataku menatap sosok yang begitu menakjubkan ini.
Ya Allah...
Dia adalah putraku. Dia adalah darah dagingku. Dia adalah malaikat kecilku.
Tanpa bisa menunggu, aku memberikannya nama itu. Nama yang mengingatkanku pada seorang pemuda yang penuh semangat, penuh rasa ingin tahu, dan pemuda yang menelusuri jalan Allah bersamaku, hingga di penghujung batas waktunya di dunia. Pemuda yang selalu tampak ceria di depan siapapun, meski kenyataanya memendam sakit yang tak tertahankan.
Aku menatap bayi mungil dan tampan dalam pelukanku lantas memanggilnya dengan satu kali sebutan nama 'Kallyangga Lazuardy'
"Nama yang bagus." Aku tersentak saat ayah mertuaku mengatakan hal itu. Ada rasa bersalah yang timbul dalam sanubari.
Ya Allah... apa yang akan beliau katakan seandainya tahu siapa pemilik nama itu sebelumnya.
"Bagaimana, Nduk. Kamu setuju?" tatapanku beralih ke arah Zahra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmara Subuh
AcakSuatu ketika Tuhan menulis sebuah takdir. Seorang yang nggak percaya sama keyakinan bertemu dengan seorang yang nggak percaya sama cinta. Valdes itu manusia laknat dan tersesat. Nggak punya agama apalagi motto dan tujuan hidup. Sayangnya, Tuhan tib...