"Menurut hadist Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya." (Man ahabba syai'ankatsura dzikruhu)
▪▪▪Inspirator Muda=♦=
Valdes menutup layar leptopnya. Menarik kedua lengannya untuk bertemu di belakang kepalanya.
Menghembuskan nafasnya kasar, ia bangkit dari atas tempat tidur. Menyambar kunci motor, dompet serta jacket. Dia melesat meninggalkan kamarnya.
Motor ninja merah itu melaju tak tentu arah seperti pikiran pemiliknya. Valdes hanya mengendarai motornya begitu saja. Tak memikirkan tujuan atau kemana dia akan pergi.
Sejenis pemikiran mengusiknya sejak sore tadi. Tentang kata-kata Adham.
Sepulang dari menjemput Adham di kampus, Valdes juga mampir ke rumah gebetannya. Bertemu dengan Irul lagi. Cowok itu mengenakan baju koko coklat tua dengan peci dan sarung batik saat dengan tergopoh membukakan pintu gerbang.
"Punten, Mas Adham. Baru selesai sholat Ashar." ucapnya lalu tersenyum ke arah Valdes. Yang tak di gubris cowok cepak itu. Matanya terlalu sibuk menatap apa yang dikenakan Irul.
Adham menggores senyumnya. "Lo naksir Irul, Val? pfft!!?"
Valdes langsung mengernyit. Lalu mendengus, memalingkan tatapannya dari Irul dan berganti menatap Adham. Tanpa permisi, bibirnya mendaratkan satu buah kecupan di pipi Adham. "Lo tau siapa yang udah bikin gue jatuh cinta!" ucapnya sambil melirik Irul. Cowok itu menelan ludahnya mengawasi apa yang baru saja dilakukan Valdes pada Adham.
Adham mengusap bekas sentuhan Valdes di pipinya. Dia terlalu lelah menangkis perbuatan Valdes dan nggak mau ambil pusing. Bahkan mungkin juga mengabaikan jika sebenarnya ada sepasang mata dari sudut lain yang baru saja memperhatikan ketiga orang yang berada di luar gerbang rumah besar itu.
Sambil menunggu Adham membersihkan diri, Valdes duduk dan mengamati keadaaan sekelilingnya. Irul duduk di depannya. Sudah menyiapkan segelas teh dingin di atas meja.
Terakhir kali mampir ke rumah ini. Ia belum sempat melihat apa yang ada di dalam rumah ini. Matanya bergerak memperhatikan. Hingga kepingan manik itu bertemu dengan sesuatu yang terpajang di dinding, tepatnya berada di atas figura foto besar keluarga.
Sebuah tulisan arab yang begitu indah. Mereka timbul dan ada pembatas kaca yang melindunginya. Tatapan Valdes mengarah pada aksara latin yang ada di bawah tulisan arab itu. Dengan pelan, bibirnya berucap membaca aksara itu.
ALLAHU LAA ILAAHA ILLA HUWALHAYYUL QAYYUMU. LAA TA'KHUDZUHUU SINATUW WA LAA NAUUM. LAHUU MAA FISSAMAAWAATI WA MAA FIL ARDHI. MAN DZAL LADZII YASFA'U 'INDAHUU ILLAA BI IDZNIHI. YA'LAMU MAA BAINA AIDIIHIM WA MAA KHALFAHUM. WA LAA YUHITHUUNA BI SYAI-IN MIN 'ILMIHII ILLAA BI MAASYAA-A. WASI'A KURSIYYUHUSSAMAAWAATI WALARDHA. WA LAA YA-UDHUU HIFZHUHUMAA WAHUWAL 'ALIYYUL AZHIIM
Begitu selesai membaca, tatapan matanya jatuh pada foto keluarga di bawahnya. Dengan satu kali gerakan mata, tatapannya langsung terpaku pada satu sosok.
Sosok yang memakai kemeja putih dan celana panjang hitam. Sosok itu bahkan memamerkan senyum di bibirnya. Membuat Valdes menemukan sesuatu yang baru pertama kali dilihatnya.
Sesuatu tentang Adham.
Jika orang itu tersenyum, disudut pelipisnya, di bawah mata kirinya ada semacam garis yang menyerupai sebuah lesung. Membuat perasaan manis menguar dari wajahnya yang juga tegas. Sejenak, Valdes tertegun. Itu adalah ekspresi senyum tulus pertama yang ia lihat di wajah Adham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmara Subuh
RandomSuatu ketika Tuhan menulis sebuah takdir. Seorang yang nggak percaya sama keyakinan bertemu dengan seorang yang nggak percaya sama cinta. Valdes itu manusia laknat dan tersesat. Nggak punya agama apalagi motto dan tujuan hidup. Sayangnya, Tuhan tib...