Adham menatap motor ninja Valdes yang menghilang ditingkungan bertepatan dengan suara motor lainnya yang berhenti di depannya.
"Baru pulang Fid?" sapanya. Cowok yang mengendarai motor Vario itu melepas helmnya. Muhammad Khafid Ramadhan, salah satu penghuni kost di tempat Haji Zhaifudin. Yang juga naksir anaknya Pak Haji, "iya nih Dham, gila capek banget gue. Berasa remuk nih tulang." Keluhnya sambil menuntun motor ke garasi.
"Restoran rame?" tanya Adham lagi setelah selesai menutup gerbang. Setaunya Khafid memang kerja sambilan di restoran.
"Rame banget. Badan udah lengket, bau lagi. Ga betah gue."
"Emang bener. Gue aja mau muntah nih!"
"Sialan lo Dham!" Khafid meninju bahu Adham lalu mereka berjalan beriringan menuju kamar kost.
Tapi masalahnya, tepat saat keduanya sampai di depan pintu rumah yang punya kost, terdengar suara-suara cukup mengusik. Obrolan penghuni rumah yang mau nggak mau tetap saja sampai di telinga Adham maupun Khafid. Keduanya berhenti melangkah saat mendengar suara gebrakan yang cukup keras dari dalam rumah.
"ANNISA!! Abah tidak pernah mengajarkan kamu untuk membantah orang tua kamu." Adham dan Khafid saling pandang, baru kali ini mereka mendengar Haji Zhaifudin bicara sekeras itu. terlebih dengan anaknya sendiri. Keduanya terdiam sampai nggak berani beranjak sedikitpun dari tempat mereka.
"Dengerin omongan Abah kamu, Nduk." Itu suara Budhe Sari. Adham penasaran, ada apa sebenarnya? Kenapa Annisa kena sidang Pakdhe dan Budhenya?
"Ngger, dengarkan Abah. Adham itu anak orang punya. Kita hanya orang kecil dimata mereka. Lagipula, kalian masih ada hubungan saudara. Dia itu keponakan Abah dan Ummi. Hal seperti itu nggak bisa di terima umum. Nggak pantas."
Adham mengernyit, kenapa namanya di bawa-bawa? Ia menoleh ke arah Khafid yang sepertinya sama bingungnya dengan dirinya.
"Terus Abah sama Ummi mau membiarkan Adham tersesat lebih jauh lagi? dia sama Valdes juga sama-sama laki-laki, Bah. Apa itu pantas di muka umum? Annisa nggak mau Bah, nggak boleh. Lebih baik Adham bersama Annisa. Annisa menyukai Adham, Abah.. Ummi.. Annisa menginginkan Adham!"
DEG
Jantung Adham mencelos. Dia menelan ludahnya kemudian menoleh pada cowok yang berdiri disampingnya. Timbul perasaan tak enak yang tiba-tiba merambati hatinya. Sementara Khafid berdiri membeku tanpa suara. Ditepuknya bahu Khafid. Tapi cowok itu malah menunduk.
"Fid...." Suara Adham mengambang terdahului oleh seruan Khafid, "Gu-gue mau cepetan tidur, Dham." Khafid langsung melesat pergi, meninggalkan Adham yang terkesiap. Ia mengusak rambutnya, bingung. Belum kelar urusannya dengan Valdes, sekarang tambah lagi Annisa dan Khafid.
Masalah hati memang nggak ada habisnya. Masalah hati memang membingungkan.
*****
Hari dan Dessy saling menatap lalu sama-sama menghela napas. Sudah beberapa hari ini Adham jadi sosok yang berbeda. Kalau ada Annisa, dia pasti jadi diam seperti patung. Adham sendiri jadi serba salah, Khafid mendiamkannya dan anak-anak kost yang lain seperti Dean, Oky, Veri, dan Radit terus membrondongnya dengan pertanyaan ada apa, kenapa yang bikin Adham makin pusing.
"Dham, lo nggak ikut kita ke bazar? Lumayan buat refreshing." Tutur Dessy mencoba menghancurkan keheningan. Adham cuma menggelengkan kepala. Membuat kedua pasangan itu saling tatap dan mengangkat bahu.
Lalu Annisa tiba-tiba bangkit berdiri, menarik tangan Adham. "Aku pengen ngomong." Cetusnya.
Sayangnya baru juga mau melangkah, tangan Adham yang bebas sudah diraih seseorang, "Ad! Ajarin gue sholat." Bukan hanya Annisa dan Adham yang terkesiap, tetapi Hari juga Dessy sama-sama melongo. Ini Valdes kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmara Subuh
SonstigesSuatu ketika Tuhan menulis sebuah takdir. Seorang yang nggak percaya sama keyakinan bertemu dengan seorang yang nggak percaya sama cinta. Valdes itu manusia laknat dan tersesat. Nggak punya agama apalagi motto dan tujuan hidup. Sayangnya, Tuhan tib...