8. Take it Bless to Us

7.3K 878 149
                                    

'Mengenal islam tanpa akal hanya akan menciptakan keyakinan tanpa Tuhan'
■Home Islami■

°°♦♦°°

Duduk di boncengan motor Valdes, pikiran Adham justru jadi amburadul.

Setelah mendengar penjelasan cowok yang maksa buat pdkt dengannya ini, nggak tahu kenapa Adham yang malah jadi deg-degan. Padahal bukan dia yang mau jadi mualaf.

Sedangkan Valdes. Dia justru mesam-mesem lihat mata Adham yang mirip orang punya hutang banyak. Dari tadi ia perhatikan tatapan cowok yang di boncengnya ini selalu nggak fokus.

Tak butuh waktu lama sampai akhirnya motor ninja itu parkir di depan gerbang rumah Pak Haji Zhaifudin. Adham turun dari motor dan mengernyit saat melihat Dessy dan Hari sedang bolak-balik dari mobilnya ke dalam rumah sambil mengangkat kardus-kardus.

"Assalamualaikum" salamnya lalu menghampiri tempat kost.

"Waalaikumsalam. Dham, jangan bengong aja. Bantuin dong!" Hari dan Dessy sama-sama melihat ke arahnya. Sedangkan Adham tetap bingung. Ada acara apa, kok sampai dua sejoli ini datang ke rumah Pakdhenya.

"Ada apaan nih?" pertanyaan Valdes sangat mewakili isi pikirannya.

Melihat Valdes, mendadak Hari jadi mengkeret. Dia mundur sedikit menjauh. Ingat kalau Valdes itu doyan batangan maupun nggak. Makanya Hari takut terancam, seperti Adham yang sekarang di tempelin Valdes kemana-mana.

Valdes memutar bola mata. Siapa juga yang naksir Harinata Katiyanto. Sampai saat ini, cowok yang menempati peringkat pertama di hati dan pikirannya adalah Adham. Nggak ada yang lain.

"Ngapain lu ngehindarin gue? gue kagak doyan kok sama lu." ucap Valdes apa adanya.

"Pftt!!" Dessy malah hampir aja kesedak nahan tawa. Sampai akhirnya dapat pelototan tajam dari pacarnya, si Hari.

"Kan Pakdhe ngadain acara kirim Do'a. Val, Dham. Masa kalian nggak tau sih." Dessy ungkap bicara lalu membawa kardus berisi snack-snack ringan dan meletakkannya di meja teras depan. Dia lantas berjalan lagi mendekati Adham dan dua cowok lainnya.

"Emang Annisa nggak ngasih tau lo Dham?" Hari menambahkan sambil mencoba mengangkat kardus berisi gelas air mineral.

Adham langsung manyun. Dan ekspresi itu sempat di tangkap Valdes. Dia heran, bahkan ekspresi manyunnya Adham kenapa bisa terlihat menggemaskan dimatanya..?

"Oh.. cewek itu. Ngambek kali, abis di tolak Adham." Ucap Valdes dengan gaya bicara yang meremehkan. Tapi sukses bikin Dessy dan Hari melongo nggak percaya. Keduanya langsung menoleh ke arah Adham. Minta penjelasan.

"Apa??? lo nolak Nisa? Kok bisa?" Dessy langsung natap muka Valdes. Jenis tatapan menuduh, seolah-olah gara-gara Valdes, Adham jadi nolak Annisa.

"Ya bisalah. Adham kan bukan orang maruk, makanya udah cukup ada gue disampingnya." senyuman Valdes langsung tertuju kepada Adham, sementara Adhamnya sendiri malah melengos meninggalkan ke tiga orang yang lebih asyik nyebut-nyebut dirinya.

Dia jalan menuju ruangan kostnya dulu. Terbesit penasaran, siapa kira-kira yang menempati kamar itu sekarang.

"Woi Dham!!" sosok Oky muncul dari dalam kamar kostnya sebelum Adham sampai di depan pintu mantan kamar kostnya. Disusul Radit yang nongol di belakangnya. Kedua cowok itu langsung geret Adham. Dari yang ngunyelin, ngacak rambut sampai kepala Adham yang masuk ketek. Dan rangkulan hangat sahabat juga nggak ketinggalan.

"Tumben lu inget kita-kita!" Radit menyampirkan lengannya dengan nyaman di bahu Adham.

"Lah. Lo pada yang ngelupain gue. Udah gue kasih alamat lengkap juga pada gak nongol." Adham menggerutu sedangkan Oky dan Radit cuma cengar-cengir. Mereka langsung menggeret Adham menuju tempat kosan mereka. Sayangnya, belum juga mau jalan, Valdes sudah berdiri sambil menatap duo pasangan penghuni kamar kost itu pakai tatapan memperingatkan.

Asmara SubuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang