Part 5

91 7 0
                                    

Setelah Galuh lihat jarum jam menunjukkan pukul 10 malam, ia semakin mengajak kakinya itu untuk mondar mandir. Abangnya itu belum juga sampai rumah. Padahal sudah sejak tadi ia menunggu. Apa dia tidak jadi datang? Sesegera mungkin Galuh menepis fikirannya itu. Ia yakin, abangnya pasti juga merindukannya. Jika selama ini ia sabar menanti untuk bertemu abangnya setiap lebaran idul fitri, karna selama sembilan tahun ini Galuh dan abangnya hanya bertemu sekali dalam setahun, kenapa ia tidak bisa bersabar jika hanya menunggu hanya untuk beberapa jam lagi.

Senyumannya kembali mengembang saat mercedez berwarna hitam kilat memasuki gerbang rumah mereka. Jika biasanya ia hanya melihat mobil ini dimansion eyangnya, tapi kini ia senang akhirnya abangnya pulang kerumah.

Ada alasan kenapa abangnya itu tidak boleh bertemu keluarganya yaitu karna sudah menjadi adat dari keluarga Brotoasmoro untuk di didik sekeras mungkin dimansion neneknya sebelum akhirnya ia dilantik sebagai penerus perusahaan yang sesungguhnya.

"Lihatlah adik kecilmu, Ray. Ia tidak pernah bisa jauh dari kebiasaannya itu untuk tidak menunggumu" perkataan Mr. Brotoasmoro sukses membuat Ray terkekeh. Memang benar perkataan ayahnya itu, meski adik kecilnya itu sudah hampir beranjak dewasa sekarang karena mereka hanya berbeda dua tahun. Namun sikap manjanya beserta dengan sifatnya yang manis bak bocah berusia lima tahun yang meminta permen dari ibunya itu menunjukkan bahwa ia masih belum bisa dikatakan seutuhnya menjadi gadis dewasa. Walaupun terkadang ia tau, disatu kesempatan adiknya ini bisa terlihat lebih dewasa dari usianya yang baru menginjak 21 tahun.

"Bang!" Galuh lari sambil memanggil abangnya itu membuat Ray semakin rindu dan tidak sabar memeluk adik tercintanya itu.

"Oh Galuh Prihita Brotoasmoro, adik kecilku udah dewasa sekarang heh?"

"Kenapa lama sekali abang pulang? Aku rindu, sangat sangat rindu, bang!"

Ray langsung melirik ayahnya mencoba memberitahu bahwa ayah lah yang akan menjelaskan.

"Oh, tadi abang dan ayah harus menyelesaikan sedikit masalah dikantor, sayang. Dan kenapa hanya abang yang dipeluk, ayah tidak?" dengan malasnya Galuh langsung mengangkat bahunya.

"Entahlah, yah. Rasanya malas. Soalnya ayah udah nggak bolehin aku kos lagi"

Ayahnya pura pura cemberut guna menahan tawanya, sedangkan Ray pura-pura berdecak.

"Sejak kapan ayah bolehin kamu kos? Bahkan abang juga nggak akan mengizinkan kamu tinggal sendiri diluar sana dengan sifatmu yang masih manja"

Ya ampun, Galuh langsung teringat dengan itu semua. Dia kan memilih kos agar ia lebih mandiri. Tapi memang menghilangkan sifat putri raja darinya sulit.

Ia berdehem pelan sebelum menyahuti perkataan abangnya.
"Abang pasti lapar kan? Ayo temenin aku makan, aku lapar bang"

Ray hanya terkekeh melihat sikap adiknya yang selalu mengalihkan pembicaran jika membahas sifatnya yang masih manja.

*****

Arga membuka matanya perlahan, menyesuaikan matanya dengan cahaya matahari yang menyusup masuk dari celah-celah jendela yang tidak tertutupi Gorden.

Ini akhir pekan. Seperti biasanya, Ray, Arga, Keyla dan Frans akan berkumpul menghabiskan weekend mereka dirumah salah satu dari mereka secara bergantian. Dan hari ini adalah giliran rumah Ray.

Jarum jam menunjukkan pukul delapan pagi. Masih dengan rasa kantuknya akhirnya ia memilih mandi sebelum nanti ia turun kebawah untuk sarapan.

Lima belas menit berselang, Arga keluar dari kamar mandinya. Ia masih memakai celana training panjang karna nanti ia akan jogging sebentar namun belum menggunakan apapun untuk menutup dada bidangnya itu. Tangannya sedang mengusap-usap rambutnya yang belum mengering menggunakan handuk.

Belenggu Cinta Galuh (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang