Part 16

76 3 0
                                    

Sudah beribu kali mungkin, Arga bertanya tentang hal itu. 'Kenapa Galuh tidak pernah menemuinya'. Dan beribu kali pula Ray seperti mengelak dari pembicaraan yang menyangkut adiknya. Bukan tak sadar gelagat aneh yang ditunjukkan Ray, tapi sekali lagi, Arga bukan pribadi pemaksa.

Setelah dosen mengakhiri pelajaran siang ini, Frans yang duduk dibangku depan membalikkan badannya, menghadap pada kedua temannya itu.

"Ray, Ga, siang ini kemana?"

Ray yang sibuk memasukkan alat tulisnya kedalam tas, mendongakkan wajahnya sejenak.

"Ke cafe biasa aja gimana? Udah lama juga nggak kesana kita" dan setelah mengucapkan itu, Ray memalingkan wajahnya kesamping, menatap sekaligus meminta persetujuan Arga. Namun yang ditatap sepertinya tak ngeh juga.

"Hei! Gimana?" tanya Ray sekali lagi.

"Kalian aja, gue ada urusan bentar"

Arga pun bangkit, melangkahkan kakinya setelah menyahuti perkataan Ray. Sedangkan Frans dan Ray hanya menatap punggung Arga yang semakin menghilang saat sahabat mereka itu melangkahkan kaki melewati pintu kelas mereka. Tidak mencoba untuk menghentikannya. Karna mereka tahu, sahabat mereka itu paling tidak bisa diganggu jika tidak sedang dalam mood yang baik.

"Kenapa tuh anak jadi uring-uringan gitu akhir-akhir ini ya? Aneh" ujar Frans yang hanya dibalas Ray dengan helaan nafas.

Dan Arga, setelah meninggalkan kedua temannya itu ia langsung pergi ke taman kampus, sekedar ingin merilekskan fikirannya dengan bantuan Taman yang rindang dan angin yang sesekali menerpa. Entah mengapa, dan alasan apa, Galuh tak lagi mau menemuinya. Bahkan gadis itu pun sepertinya tidak tanggung-tanggung untuk menjauhinya karna sudah beberapa hari ini ia tidak masuk kampus. Fikiran Arga melayang-layang, mengingat lagi apakah ia punya salah sehingga Galuh tak lagi mau menemuinya. Tapi sebesar apa salahnya?

"Iya, kasihan ya si Arga"

Pria yang sedang duduk dibangku taman itu menajamkan pendengarannya lagi saat namanya dibawa-bawa dalam perbincangan beberapa mahasiswi yang juga duduk tak jauh darinya. Mereka sedang bergosip? Tapi, untuk apa namanya disebut-sebut? Apa ini Arga yang lain? Tapi setahunya, yang memiliki nama Arga di kampusnya ini hanya dirinya.

"Kalau jadi gue sih, putusin aja si Galuhnya" Nah kan! Sudah jelas ini dirinya sedang di gossipkan. Siapa lagi yang pacaran dengan wanita bernama Galuh.

"Kenapa harus gitu? Ya kasihan lah si Galuhnya. Lagian nih ya, kalau emang Cinta tuh gitu. Dalam senang ataupun susah itu bareng" tampak salah satu gadis dari mereka menyela.

"Iya. Tapi Arga juga berhak bahagia kali, Bagus juga dia pilih gue dah"

"Ih, nggak boleh gitu. Eh, tapi lo tau darimana kalau si Galuh mengidap penyakit itu?"

"Bokab gue itu kepala laboratorium di rumah sakit yang Galuh kunjungi buat meriksain penyakitnya. Jadi, gue nggak sengaja pas mau bikin surprise bawain lunchnya bokab, dia lagi di lab. Dan gue samperin. Dan saat itu, gue liat ada hasil uji lab atas nama Galuh disana. Yaudah, karna gue penasaran apa itu Galuh teman sekelas kita atau bukan, gue baca. Dan bener, itu Galuh Prihita teman sekelas kita" terang gadis itu panjang lebar. Dan saat mendengar itu, Arga terhenyak. Penyakit? Penyakit apa sampai ia harus menutup diri sampai tidak mau bertemu siapapun bahkan dirinya?

"Ih kasian banget ya. Tapi, kenapa dia sampek nggak mau waktu kita jenguk?"

"Dia bukan nggak mau ketemu kita aja, tapi yang gue denger semua orang. Bahkan Arga juga dia nggak mau. Katanya takut ngeberatin kita, dia nggak mau dikhawatirin. Dan terkhusus buat Arga nih ya, denger gosipnya sih dia biarin Arga supaya dapat yang baru aja, dia nggak mau dia nyusahin Arga, nggak mau Arga sedih. Makanya gue seneng banget karna dapet kesempatan lagi deketin Arga" cengir gadis itu.

"Ih elo mah! Mana mau Arga sama lo. Sadar woy sadar!" teriak dua temannya. Dan kini, Arga sudah tahu semuanya. Kenapa Galuh selalu menghindari semua orang, kenapa ketika ditanya Ray selalu bergelagat aneh, bahkan terkesan mengalihkan topik. Dan sekali lagi Arga bersyukur ia tidak ikut dua sahabatnya itu nongkrong.

•••••

Pagi ini, setelah pembujukan yang berkepanjangan dari bunda, kakak, bahkan ayahnya, akhirnya Galuh mau pergi kekampus. Dan disinilah ia sekarang, menyusuri koridor kampus menuju kelasnya. Namun ada satu yang tidak biasa dipagi ini ketika ia datang. Yang biasanya menatapnya penuh memuja, kini malah sebaliknya. Dan tak jarang dari mereka berbisik-bisik. Tapi ya begitu, Galuh tidak berambisi untuk mendamprat mulut mereka walau bisa mendengar apa yang mereka bisikkan. Dan sepertinya, bukan dirinya yang sakit parah tapi mereka! Tentu saja, sakit jiwa dan fikiran karna selalu menggunjingkan yang tidak penting.

"Ita!" suara itu adalah Keyla. Siapa lagi yang akan memanggilnya Ita kalau bukan Keyla. Galuh memutar bola matanya malas. Namun tak urung ia juga membalikkan tubuhnya untuk melihat Key yang berlari kecil kearahnya.

"Apaan?"

"Ini beneran elo kan? Ya ampun gue seneng banget lo mau masuk lagi, Ta!" ujar Keyla kelewat histeris.

"Ada yang mau gue omongin, Ta. Tapi nggak disini" sambung Keyla. Lalu dengan cepat ia menarik tangan Galuh agar gadis itu mengikutinya.

Dan disinilah mereka, di sebuah cafe yang berseberangan dengan kampus mereka. Setelah memesan beberapa snack dan minuman, Galuh langsung bertanya tujuannya dibawa kesini. Ia tidak suka berbasa-basi.

"Apa yang mau lo omongin, Key?"

Keyla tampak menghela nafas panjang. Menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

"Kenapa lo jauhin Arga?" Galuh tersedak minuman yang sedang ia teguk karna tak siap mendapat pertanyaan seperti itu.

"Lo tau, Ta? Arga juga down waktu tau lo itu hindarin dia. Dia ngira, dia salah apa sampek lo segitu nggak maunya nemuin dia"

"Bu.. Bukan git-" seakan tak membiarkan Galuh memotong ucapannya, Key kembali melanjutkan apa yang ingin disampaikannya.

"Gue benci sama lo, Ta! Sejak kapan lo jadi pengecut, hah? Lo sakit, tapi kita semua disini juga sakit kalau lo sendiri nggak mau berjuang, nggak ngelakuin apapun"

"Gue.. Gue cuma nggak mau kalian tau, Key. Gue nggak mau nyusahin kalian karna khawatirin gue. Apa gue salah? Gue cuma nggak mau egois"

"Apa? Lo nggak mau egois kata lo? " Key menyunggingkan senyum sinisnya, mencemooh kebodohan sahabatnya ini.

"Lo nggak tau segimana frustasinya Arga kan? Lo kira dengan lo menjauh itu bikin dia bahagia? Coba lo fikir, kalau dia sakit karna mikirin lo terus, bukannya akhirnya jadi lo berdua yang sakit? Gue bukan mau ngehiperbola keadaan. Tapi satu yang gue tau pasti, Arga nggak akan ninggalin lo cuma karna lo itu sakit parah, Ta. Please gue mohon, lo buka fikiran lo lebih luas lagi. Lo dan Arga itu sahabat gue, dan gue nggak mau kalian kenapa-napa"

Galuh termenung, memikirkan baik-baik setiap penjelasan yang diucapkan Keyla. Segitu sayangnya ya Arga padanya? Sampai-sampai ia juga menderita?

°°°°°°°°°°

Happy reading:)

Belenggu Cinta Galuh (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang